Worldometers Catat Jumlah Kematian Indonesia Akibat Virus Corona Tertinggi di Asia Tenggara

Penulis: Ika Wahyuningsih
Editor: Putradi Pamungkas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pandemi global virus corona

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Indonesia saat ini menjadi negara dengan kasus tertinggi kedua di kawasan Asia Tenggara dengan 37,420 kasus, setelah Singapura dengan 40,197 kasus.

Jumlah ini adalah data data terakhir hingga Jumat (12/6/2020), seperti dipublikasi di Worldometers.

Meski demikian, angka kematian Indonesia termasuk yang tertinggi di Asia Tenggara dan Asia Timur, di luar China.

Hingga Sabtu sore, tercatat ada 2,091 kasus kematian karena virus corona di Indonesia.

Sedangkan, Singapura yang jumlah kasus infeksinya lebih tinggi, mencatatkan 25 kematian.

Sejumlah pihak bahkan menganggap, jumlah kematian sesungguhnya lebih besar dibandingkan angka yang dilaporkan oleh pemerintah.

Baca: Penelitian Terbaru, Mutasi Sebabkan Virus Corona Lebih Mudah Menginfeksi Manusia

Baca: Vaksin Polio Disebut Mampu Berikan Perlindungan Sementara Terhadap Virus Corona, Ini Penjelasannya

Rasio kematian di Indonesia (5,6 persen) di atas rata-rata rasio kematian negara-negara lain di Asia Tenggara di kisaran 2,7 persen.

Epidemiolog pun Juru Bicara Satgas Covid-19 Rumah Sakit UNS Tonang Dwi Ardyanto mengatakan, sebagian besar kasus kematian di Indonesia karena adanya penyakit penyerta atau komorbid pada pasien Covid-19.

Hal ini mengacu pada data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan pada Rabu (3/6).

Dikutip Tribunnewswiki dari Kompas.com, berdasarkan data tersebut, Tonang mnegatakan, angka kematian dengan komorbid (penyakit penyerta) tunggal sebanyak 26,34 persen.

Sedangkan, pasien meninggal dengan komorbid ganda menembus lebih dari 50 persen.

Baca: Inilah Daftar 8 Pasar di Jakarta yang Pedagangnya Positif Terinfeksi Virus Corona

Coronavirus.(CNN) (CNN)

Dia pun juga mengatakan adanya pasien yang meninggal murni karena Covid-19 sebanyak 7,31 persen.

"Disampaikan bahwa angka kematian dengan kelompok tanpa komorbid itu jumlah meninggal proporsinya 7,31 persen. Untuk kelompok dengan komorbid tunggal itu angkanya 26,34 persen. Sementara dengan komorbid ganda, lebih dari satu penyakit itu 50 persenan," ujar Tonang, Jumat (12/6/2020).

Walaup mempunyai kasus kematian tanpa penyakit penyerta, Tonang menyebut, angka itu lebih rendah dibandingkan laporan beberapa negara yang mencapai 20 persen.

Dia menjelaskan, hal itu disebabkan respons berlebihan imun tubuh pasien terhadap virus corona sehingga membahayakan nyawanya.

"Kenapa terjadi, walaupun tidak ada komorbid, tapi kalau respons imunnya itu memang memberikan reaksi yang disebut badai sitokin, maka akhirnya membawa pasien ke dalam kondisi yang tidak dapat ditolong," jelas dia.

Menurut dia, seseorang tanpa komorbid tidak menjamin memiliki imun yang kuat.

Baca: Bill Gates Sering Dituduh Menjadi Sosok di Balik Teori Konspirasi Virus Corona, Berikut Alasannya!

Soal kemungkinan kematian disebabkan oleh telatnya penanganan, Tonang mengatakan, pasien yang ada saat ini cenderung dalam cakupan pasien.

Kendati demikian, dia tak menafikkan fakta tentang rumah sakit yang sangat penuh di awal pandemi dulu.

Tonang menjelaskan, total pasien yang diumumkan pemerintah tersebut tidak semuanya dirawat di rumah sakit.

Halaman
12


Penulis: Ika Wahyuningsih
Editor: Putradi Pamungkas
BERITA TERKAIT

Berita Populer