Dalam pertunjukan itu, gamelan Jawa mengalun perlahan dan suara sinden menyelinginya.
Sang dalang kemudian bersuara dengan lantangnya dan cahaya meredup, ayangan Gatotkaca, Arjuna, hingga Semar dan Petruk berkelebat.
Di gedung yang dibatasi dinding kaca hijau toska itu ada sekitar 130 wayang kulit Jawa yang dipamerkan wayang versi Mahabarata dan Ramayana.
Ada Arjuna dan keempat saudaranya, dan tentu saja Hanoman dan Wibisana sebagai bagian dari epik Ramayana.
Uniknya, inilah pertama kali wayang kulit Jawa itu ditampilkan ke hadapan publik Swiss.
"Karena pada awalnya memang koleksi pribadi orang Zurich, yang disimpan untuk kenikmatan sendiri,“ kata Eva Christiane von Reumont kepada Kompas.com
"Bukan hanya soal penampilan premiere wayang kulit Jawa di museum ini yang istimewa, namun juga usianya yang sangat tua, sekitar 150 hingga 200 tahun,“ imbuh Eva.
Baca: 5 Potret Lukisan di Museum Fitzwilliam Inggris Diubah Memakai Masker, Ada Apa?
Baca: Koleksi Benda Antik Banyak Dicuri hingga Dijual Online, Kakek 81 Tahun Tutup Museum Pribadi
Eva adalah kurator di museum ini. Setelah lulus program doktor dari Sekolah Tinggi Seni Universitas Bern, Swiss, perempuan kelahiran Hamburg, Jerman, ini dipercaya mengurus artefak dari Indonesia.
Restorasi wayang kulit adalah spesialisasinya dan atmosfer wayang kulit Jawa itu terwujud juga atas kerja keras Eva.
"Ini kerja panjang dua tahunan. Kalau akhirnya terwujud, saya senang sekali,“ katanya.
Sebelum pameran terlaksana, Eva menyempatkan mempelajari lebih mendalam wayang kulit Jawa di Semarang, Surakarta, dan Yogyakarta selama tiga bulan dalam keadaan hamil tua.
Usia bukan menjadi penghalang bagi Merto Wirejo (80), warga Godegan, Wirun, Mojolaban, Sukoharjo, Jawa Tengah, untuk tetap berkarya. Meski usianya sudah lanjut, kakek yang akrab disapa Mbah Brambang ini masih menekuni hobinya membuat kerajinan wayang dari bahan kertas.
Mbah Brambang mulai membuat kerajinan wayang tersebut sejak tahun 1965 bermula dari hobinya menonton pagelaran wayang kulit.
"Ceritanya saya senang sama wayang. Mau sekolah tidak punya biaya. Saya nekat beli wayang yang sudah jadi buat contoh buat wayang di rumah ," kata Mbah Brambang ketika ditemui Kompas.com dalam acara Solo Art Market di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (7/3/2020).
Didasari atas keinginan kuat dan kerja keras, Mbah Brambang bisa mewujudkan keinginannya membuat kerajinan wayang.
Mbah Brambang menggunakan kertas wondertex ukuran 1,2 mm sebagai bahan utama pembuatan wayang.
Menurut dia, kertas wondertex ini tahan air dan awet. "Saya belajar buat wayang sama orang yang sudah bisa. Soalnya kalau suruh gambar (sketsa) wayang tidak bisa. Jadi, saya bisanya ngeblat (menjiplak)," kata dia.
Mbah Brambang menerangkan, dirinya pertama kali membuat wayang tokoh Pandawa Lima. Awalnya ia merasa sulit. Karena sudah sering, akhirnya menjadi terbiasa dan berkembang membuat tokoh Kurawa, Punokawan, dan tokoh wayang lainnya.