Berdasarkan Data Intelijen, Senator Amerika Serikat Sebut China Sabotase Pengembangan Vaksin Corona

Penulis: Febri Ady Prasetyo
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi vaksin virus corona. Seorang senator AS mengklaim China ingin menyabotase pengembangan virus corona.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Senator Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik, Rick Scott menuduh China berusaha menyabotase atau memperlambat pengembangan vaksin virus corona yang sedang dilakukan negara-negara Barat.

Selain itu, dia juga mengatakan memiliki bukti atas klaim tersebut, disampaikannya pada Minggu (7/6/2020).

"Kami harus menyelesaikan vaksin ini. Sayangnya kami memiliki bukti bahwa komunis China berusaha menyabotase kami atau memperlambatnya," katanya dalam wawancara di BBC TV yang dikutip Channel News Asia.

"China tidak ingin kami melakukannya terlebih dahulu. Mereka telah memutuskan untuk menjadi musuh bagi Amerika dan saya pikir untuk demokrasi di seluruh dunia," katanya.

Ditanya bukti apa yang dimiliki AS, Scott menolak memberikan perincian. Namun, ia mengatakan bahwa informasi itu datang dari komunitas intelijen.

"Vaksin ini sangat penting bagi kita semua agar perekonomian kita kembali berjalan. Apa yang saya benar-benar percaya adalah apakah Inggris yang pertama melakukannya atau kita yang pertama, kita akan berbagi. Komunis China, mereka tidak akan berbagi," kata Scott.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berharap vaksin virus corona akan tersedia akhir tahun ini.

Trump membentuk tim khusus untuk mempercepat pengembangan vaksin corona.

Ilustrasi virus corona (Pixabay/Tumisu)

Baca: Kabar Baik, Pemerintah Ungkap RI Mampu Produksi Vaksin Virus Corona, Ini Waktu Imunisasi Massalnya

Baca: 3 Strain Virus Corona di Indonesia Belum Terkategorisasi, Menristek: Indonesia Perlu Vaksin Khusus

Lebih lanjut, Trump menunjuk seorang mantan eksekutif farmasi untuk menjadi ujung tombak upaya tersebut.

"Kami ingin mendapatkannya pada akhir tahun, jika kami bisa, mungkin sebelumnya," kata Trump saat ia menyampaikan pembaruan tentang perlombaan untuk mendapatkan vaksin virus corona, Jumat (15/5).

"Kami pikir, kami akan memiliki beberapa hasil yang sangat baik keluar dengan sangat cepat," ujarnya.

Trump menambahka bahwa, ketika vaksin virus corona siap, militer akan ia perintahkan untuk mendistribusikannya, dan membangkitkan semangat kerjasama global.

"Kami bekerjasama dengan banyak negara yang berbeda, dan sekali lagi, kami tidak memiliki ego," kataTrump.

"Siapa pun yang mendapatkannya, kami pikir itu hebat, kami akan bekerja dengan mereka dan mereka akan bekerja dengan kami. Jika kami mendapatkannya, kami akan bekerja dengan mereka," imbuhnya.

Peneliti Nilai Vaksin Covid-19 Tak Bisa Beri Kekebalan Jangka Panjang, Benarkah?

Banyak masyarakat di dunia mengharapkan vaksin segera diproduksi agar bisa memberikan kekebalan dalam tubuh untuk melawan virus tersebut.

Meskipun begitu, dampak vaksin Covid-19 masih menjadi perdebatan panjang diantara para ilmuwan dan peneliti.

Beberapa pakar menilai jika masyarakat tidak terlalu tergantung akan vaksin tersebut.

Direktur National Institute of Allergy and Infectious Disease (NIAID) AS, Anthony Fauci, mengaku dirinya khawatir tentang daya tahan vaksin virus corona.

Ia mengatakan, ada kemungkinan vaksin itu tidak memberikan kekebalan untuk jangka panjang.

"Jika Covid-19 bertindak seperti virus corona lain, besar kemungkinan itu tidak akan memiliki durasi kekebalan yang panjang," kata Fauci dalam wawancara dengan Editor JAMA, Howard Bauchner, Selasa (2/6/2020).

"Ketika kita melihat sejarah virus corona, virus umum yang menyebabkan flu biasa, laporan dalam literatur menunjukkan daya tahan kekebalan berkisar antara tiga hingga enam bulan, nyaris tidak sampai satu tahun," ujarnya.

Baca: Rusia Berhasil Temukan Vaksin Virus Corona, Disebut Anti Virus Covid-19 Paling Menjanjikan di Dunia

Baca: Hasil Uji Coba Klinis Kedua Aman, China Bersiap Produksi Massal Vaksin Covid-19 Jelang Akhir 2020

"Itu tidak memberi daya tahan dan perlindungan yang lama," lanjutnya.

National Institutes of Health telah bekerja cepat dengan perusahaan biotek Moderna menciptakan vaksin potensial untuk mencegah Covid-19 terus meluas.

Virus ini telah menginfeksi lebih dari 6,28 juta orang di seluruh dunia dan sedikitnya 375.000 orang meninggal dunia, menurut data yang dikumpulkan Johns Hopkins University.

Fauci mengatakan, perusahaan biotek berharap mendaftarkan sekitar 30.000 orang ketika memulai uji coba vaksin fase 3 pada bulan Juli.

Ia menyebutkan bahwa setidaknya ada empat percobaan untuk vaksin potensial yang melibatkannya secara langsung atau tidak langsung.

Ketika diminta keterangan apakah para ilmuwan dapat menemukan vaksin yang efektif, Fauci mengaku ia "sangat optimis," tapi juga menambahkan "tidak pernah ada jaminan."

"Mungkin butuh berbulan-bulan untuk mendapatkan jawaban sebelum para ilmuwan menemukan apakah vaksin itu bekerja," ujar Fauci mengingatkan.

 

Para pejabat AS dan ilmuwan berharap vaksin untuk mencegah Covid-19 akan siap pada paruh pertama 2021, atau setidaknya 12-18 bulan sejak para ilmuwan China mengidentifikasi virus corona dan memetakan urutan genetiknya.

Penemuan vaksin ini memecahkan rekor dalam hal proses pembuatannya.

Hal tersebut dikarenakan, vaksin yang biasanya memakan waktu sekitar satu dekade dengan hasil yang efektif dan aman.

Sebagai informasi, pengembangan vaksin tercepat untuk penyakit mumps (gondong), membutuhkan waktu lebih dari empat tahun dan dilisensikan pada tahun 1967.

Namun, para ilmuwan masih belum sepenuhnya memahami aspek-aspek dasar atau kunci utama dari virus corona.

Termasuk bagaimana sistem kekebalan tubuh merespons virus tersebut begitu seseorang terpapar.

Mereka mengatakan, jawabannya bisa memiliki implikasi besar pada pengembangan vaksin, termasuk seberapa cepat vaksin dapat digunakan untuk umum.

Bulan lalu, Fauci berharap para ilmuwan akan menemukan kandidat vaksin yang dapat bekerja secara efektif.

Walaupun ia terus mengingatkan akan kemungkinan jebakan dalam mengembangkan vaksin apa pun.

"Kita dapat memiliki semua yang kita pikir ada di tempat seharusnya dan tidak menginduksi jenis respons imun yang ternyata bersifat protektif dan tahan lama," kata Fauci terkait vaksin.
"Jadi salah satu yang tidak diketahui adalah, apakah ini efektif? Mengingat cara tubuh merespons virus jenis ini, saya optimis kita akan mendapatkan salah satu kandidat vaksin yang manjur."

(TribunnewsWiki.com/Restu/Tyo/Kompas.com/Gading Perkasa/Kontan.co.id/Khomarul Hidayat)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Benarkah Vaksin Covid-19 Tak Memberi Kekebalan Jangka Panjang?" dan Informasi dari intelijen, AS: China ingin sabotase pengembangan vaksin corona!



Penulis: Febri Ady Prasetyo
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
BERITA TERKAIT

Berita Populer