Protokol pendakian atau Standar Operasional Prosedural (SOP) rinjani dibuat untuk menyambut penerapan normal baru di tengah pandemi Covid-19.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Balai TNGR Dedy Asriady kepada Kompas.com, pada Kamis (4/6/2020).
Pihaknya mengatakan jika kini TNGR tengah menyiapkan prosedur pendakian yang aman untuk para pendaki di tengah situasi seperti ini.
"SOP-nya sedang kami siapkan, tapi untuk penyesuaiannya kami sedang menunggu arahan dari pusat (Jakarta) dan akan disesuaikan juga dengan hasil koordinasi pemerintah daerah setempat," kata Dedy.
Lantas, apa saja yang tengah dipersiapkan TNGR dalam menyambut New Normal?
Dedy mengatakan, bahwa akan ada hal baru dalam protokol New Normal pendakian Gunung Rinjani.
Salah satunya adalah pendakian akan dibatasi kuota 50 persen.
Baca: Jika New Normal Sudah Diterapkan di Bekasi, Bioskop dan Karaoke Diperbolehkan Beroperasi Kembali
Baca: Dinilai Tak Bisa Kendalikan Berita Hoaks Covid-19, Begini Tanggapan Media Sosial Ternama Dunia
Baca: Pelaku Penyiram Air Keras Anggap Novel Baswedan Pengkhianat Polri: Saya Puas Hasil Perbuatan Itu
"Ini masih draft-nya ya, jadi nanti akan dibatasi kuota 50 persen untuk para pendaki tentu pendakiannya dengan protokol kesehatan standar New Normal," terangnya.
Ia menjelaskan protokol kesehatan standar tersebut di antaranya penanganan kesehatan, penyediaan disinfektan, penggunaan masker, hand sanitizer, dan protokol standar lainnya.
Adapun protokol tersebut berlaku bagi semua pihak yang terkait Gunung Rinjani, mulai dari petugas jaga, pengunjung atau pendaki, tur operator dan siapa saja yang berkunjung.
Dedy mengungkapkan jika saat ini TNGR tengah menyiapkan wisata pendakian dengan membuka jalur baru.
Jalur pendakian tersebut diketahui selesai digarap pada April 2020.
Baca: Viral Cerita Pendaki Wanita Disetubuhi saat Hipotermia, Kepala Balai TN Gunung Rinjani Angkat Bicara
Baca: Tsunami Terjadi di Gunung Ijen, Seorang Penambang Belerang Ditemukan Meninggal Dunia, Ini Faktanya
Baca: Pemerintah Nepal Tutup Jalur Pendakian Gunung Everest, Mata Pencaharian Warga Lokal Terancam
Proses pengerjaan jalur tersebut memakan waktu kurang lebih empat bulan sejak bulan Januari lalu.
Diketahui, jalur pendakian Gunung Rinjani seperti diketahui sempat rusak akibat gempa Lombok, Juli 2018.
Oleh karena penggarapan jalur pendakian sudah selesai, Dedy mengatakan tahun ini jalur pendakian dapat dilalui semaksimal mungkin untuk wisatawan atau pendaki.
"Mungkin akan ada jalur tambahan, tapi ini masih menunggu rapat selanjutnya yang mana kita akan buka hasil perbaikan jalur," ujarnya.
Lebih lanjut, Dedy mengatakan TNGR akan menerapkan dan memperbarui aplikasi eRinjani.
Aplikasi yang sudah berjalan dua tahun ini akan mengalami perbaikan dan perbaruan salah satunya akan terintegrasi dengan asuransi.
"Karena kita harus menjamin bukan hanya kenyamanan tapi juga keamanan. Kalau terjadi apa-apa itu untuk meng-cover, jadi asuransinya itu harus pasti," terangnya.
Hal tersebut merupakan suatu hal yang wajib karena Gunung Rinjani termasuk ke dalam kategori tempat wisata pendakian terindah di Indonesia.
Selain itu, tambah Dedy, asuransi juga sangat penting mengingat segmen pasar wisatawan Gunung Rinjani yaitu wisatawan mancanegara (wisman).
"Otomatis seperti asuransi itu mereka lebih butuh, jadi kita mau pastikan itu," tambahnya.
Tak hanya wisatawan mancanegara, baik porter dan guide juga akan di-cover perihal asuransi.
Hal ini kata Dedy juga sebagai syarat dari pendakian bertaraf internasional.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Protokol New Normal Pendakian Taman Nasional Gunung Rinjani, Apa Saja?"