Selasa, (2/6/2020) adik dari sang Supreme Leader Korea Utara tersebut menuntut Korea Selatan bertindak cepat untuk mengatasi adanya sebaran poster anti-Pyongyang.
Jika tidak, maka Korea Utara akan membatalkan segala jenis perjanjian pengurangan ketegangan militer dengan Korea Selatan.
Baca: Fakta Kim Yo Jong, Calon Pemimpin Korea Utara yang Dinilai Bisa Lebih Kejam dari Kim Jong Un
Baca: Kim Jong Un Dikabarkan Meninggal, Kim Yo Jong Disebut-sebut Jadi Penerus
Dikutip dari The Korea Times, Kim Yo Jong menyampaikan ancaman tersebut dan disiarkan oleh Korean Central News Agency (KCNA).
"Korea Selatan akan terpaksa membayar mahal jika mereka membiarkan situasi ini terus berlanjut dan terus memberikan banyak alasan," ucap Kim Yo Jong.
Setelah menyampaikan hal tersebut, Kim Yo Jong kemudian mengancam akan membatalkan atau menghentikan beberapa proyek kerjasama dua negara tersebut.
"Jika mereka (Korea Selatan) gagal mengambil langkah yang sesuai untuk tindakan tak masuk akal terhadap sesama warga negara, mereka lebih baik bersiap akan adanya penarikan penuh proyek Kaesong Industrial Park dan diikuti dengan penutupan tur di Gunung Kumgang," lanjutnya.
Tak hanya itu, Kim Yo Jong juga mengancam akan memutus perjanjian militer kedua negara dan menganggapnya sebagai perjanjian yang tak bernilai.
"Atau Liaison Office Korea Utara-Korea Selatan akan kami tutup karena keberadaannya juga justru menambah banyak masalah," tegas Kim Yo Jong.
"Atau akan kami batalkan perjanjian di bidang militer antara Korea Utara-Korea Selatan yang hampir tidak ada nilainya," imbuhnya.
Kim Yo Jong juga mengatakan jika kesepakatan pada 2018 termasuk di bidang militer dimaksudkan untuk mengurangi ketegangan diantara dua negara.
Termasuk kasus pamflet anti-Pyongyang yang saat itu juga telah dibicarakan namun hingga saat ini belum diselesaikan.
Kim Yo Jong dengan jelas menunjuk masalah pamlet provokatif tersebut sebagai sebab dirinya memberikan ancaman.
Hal tersebut lantaran awal pekan ini pihaknya menemukan 500.000 pamflet anti-Pyongyang di wilayah sekitar perbatasan kedua negara.
Seluruh pamflet tersebut dibawa oleh balon dan tertulis pesan yang mengkritik kebijakan Kim Jong Un dan senjata nuklir yang dimiliki Korea Utara.
Sehingga, Kim Yo Jong tak segan mengatakan otak dibalik pamflet tersebut sebagai 'pembelot sampah' dan 'manusia anjing sampah'.
Kim Yo Jong tak ingin lagi mendengar pembelaan Korea Selatan dalam menganggap aksi tersebut sebagai kebebasan berekspresi atau mengutarakan pendapat.
"Jika mereka benar-benar menghargai perjanjian Korea Utara-Korea Selatan, dan ingin mewujudkan semua perjanjian yang telah dibahas, mereka harus membersihkan rumah mereka dari 'sampah' sebelum mengatakan akan menjadi pendukung (Korea Utara)," tegas Kim Yo Jong.
"Mereka setidaknya harus membuat undang-undang agar lelucon memalukan seperti itu bisa dicegah," lanjutnya.
Disebut sebagai aksi kebebasan berekspresi oleh Korea Selatan
Sebelumnya, pemerintah Korea Selatan telah memberikan teguran pada pelaku penyebar pamflet anti-Pyongyang tersebut.
Pemerintah negeri gingseng tersebut khawatir jika aksi terus dilakukan maka bisa membahayakan penduduk Korea Selatan yang berada dekat dengan perbatasan.
Terlebih Korea Utara adalah negara yang tak segan menggunakan kekuatan militernya untuk 'melindungi diri'.
Namun kelompok pembelot kerap mengabaikan imbauan tersebut dengan alasan mereka memiliki hak untuk mengekspresikan pendapatnya.
Selain itu, berdasarkan hukum yang berlaku di Korea Selatan, perbuatan demikian masih belum dilarang.
Pernyataan tegas tersebut terakhir muncul ketika hubungan bilateral Korea Utara-Korea Selatan terhenti karena adanya titik buntu saat merundingkan perihal denuklirisasi.
Tepatnya sejak pertemuan antara Prongyang dan Washington pada Februari lalu, yang tidak menghasilkan kesepakatan apapun.
Baca: Level Kekuasaan Kim Yo Jong Jika Berita Kim Jong Un Meninggal Dunia Terkonfirmasi Benar
Baca: Waspada Terkait Sepak Terjang Kim Yo Jong, Amerika Serikat Kirim Intelijen Selidiki Adik Kim Jong Un
Baca: Kim Yo Jong