Kisah Perjuangan Nenek 105 Tahun asal Surabaya Sembuh dari Covid-19

Penulis: Febri Ady Prasetyo
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Nenek Kamtin (105) asal Surabaya berhasil sembuh dari Covid-19 setelah dirawat sebulan di RS PHC Surabaya

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Seorang nenek bernama Kamtin dan berusia 105 tahun,  warga Jalan Gresik PPI Surabaya, berhasil sembuh dari Covid-19.

Kamtin sembuh dari Covid-19 setelah dirawat selama 30 hari di Rumah Sakit (RS) PHC Surabaya.

Kesembuhan Kamtin menyisakan sejumlah cerita inspiratif bagi kalangan dokter yang merawatnya di RS PHC Surabaya.

Salah satu dokter spesialis paru di RS PHC Surabaya, Tjipto Wibowo, mengatakan bahwa nenek Kamtin berbeda dari pasien lain.

Dokter yang merawat Kamtin itu takjub dengan disiplin diri nenek berusia 105 tahun itu.

"Di usianya yang sudah lebih dari satu abad, nenek Kamtin sangat memperhatikan kebersihan diri, hal tersebut ditunjukkan dengan selalu rutin membersihkan diri secara berkala setiap hari," kata Tjipto seperti dikutip dari Surya.co.id, Selasa (2/6/2020).

Nenek Kamtin juga selalu menjaga pola makan selama dirawat di ruang isolasi. Tjipto menyebut bahwa nenek itu juga selalu beristirahat yang cukup dan melakukan olahraga ringan di ruang isolasi.

Karena usianya yang telah lanjut, nenek Kamtin diawasi selama 24 jam oleh tenaga medis di RS PHC Surabaya.

Menurut Tjipto, awalnya tenaga medis sempat kesulitan merawat nenek Kamtin. Sebab, usia nenek Kamtin telah lebih dari satu abad. 

Baca: Nenek 101 Tahun Dijuluki Manusia Super, Berhasil Sembuh dari Pandemi Influenza 1918 hingga Covid-19

Baca: Kisah Haru Nenek 71 Tahun di Bekasi Sembuh dari Covid-19, Kehilangan Suami yang Lebih Dulu Positif

Ilustrasi virus corona (Pixabay/Tumisu)

Tim medis harus bekerja lebih keras dan penuh perasaan untuk merawat sang nenek.

"Belum lagi kurangnya edukasi jenis penyakit yang diderita pasien beserta pola penanganannya membuat para tenaga medis harus dengan sabar dan hati-hati memberikan penangananan pada nenek Kamtin," katanya.

Tim medis juga sempat kesulitan memberikan perawatan sesuai protokol Covid-19 kepada nenek Kamtin.

Hal itu karena nenek Kamtin kurang memahami protokol kesehatan pasien khusus Covid-19. Tim medis juga kesulitan menjelaskan karena usia nenek yang telah lanjut.

"Hal tersebut karena usia pasien yang sudah lanjut membuatnya kurang memahami protokol kesehatan, namun berkat kesabaran dan ketekunan tim medis akhirnya perawatan sesuai protokol semestinya bisa kami lakukan," ungkapnya.

Tjipto menyebut bahwa nenek Kamtin juga menunjukkan semangat luar biasa selama perawatan. Sementara itu, Direktur Utama RS PHC, Abdul Rofid Fanany, mengatakan bahwa sejumlah perawat berjaga selama 34 jam untuk memantau perkembangan pasien itu.

"Dengan mempertimbangkan usia nenek Kamtin, sejumlah perawat disiagakan penuh selama 24 jam untuk memantau perkembangan kesehatan pasien," kata dia.

Baca: Kasus Positif Covid-19 di Surabaya Meningkat, Doni Monardo: Pemkot Sudah Lakukan Langkah Sangat Baik

Baca: Tak Lagi Merah, Peta Sebaran Covid-19 di Surabaya Kini Berwarna Hitam, Apa Artinya?

Abdul sempat kaget saat mengetahui usia pasien yang dinyatakan positif Covid-19 itu. Sebagai salah satu rumah sakit rujukan Covid-19 di Surabaya, Abdul bertekad merawat pasien itu dengan penuh perhatian.

"Selama 24 jam para perawat kami siagakan untuk memantau kondisi kesehatan pasien, Alhamdulillah setelah 30 hari kami rawat akhirnya beliau dinyatakan sembuh dan sudah diizinkan kembali ke keluarganya," kata Abdul. 

Siti Aminah, putri dari nenek Kamtin, bersyukur atas kesembuhan ibunya. Ia berterima kasih kepada tim medis RS PHC Surabaya yang telah merawat ibunya hingga dinyatakan sembuh dari Covid-19.

"Saya sempat mengkhawatirkan kondisi kesehatan sang ibu pasca di konfirmasi positif Covid-19 mengingat usia sang ibu tersebut sudah tergolong lanjut," ungkapnya.

Tak Lagi Merah, Peta Sebaran Covid-19 di Surabaya Kini Berwarna Hitam, Apa Artinya?

Berdasarkan peta sebaran Covid-19 di Jawa Timur, Kota Surabaya tak lagi masuk zona merah, melainkan kini menjadi zona hitam sejak empat hari terakhir.

Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur, dr Joni Wahyuhadi pun memberikan penjelasan terakit hal tersebut.

Dilansir oleh Kompas.com, dr Joni Wahyuhadi mengatakan, warna hitam tersebut menunjukkan jumlah kasus Covid-19 di daerah tersebut sudah lebih dari 1.025 kasus.

"Semakin banyak catatan kasusnya, warna di peta sebaran akan semakin pekat hingga berwarna hitam," ujar Joni di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa (2/6/2020).

Hingga Selasa (2/6/2020) malam, kasus Covid-19 di Surabaya mencapai 2.748 kasus.

Di peta sebaran, warna lain yaitu merah pekat terdapat di wilayah Kabupaten Sidoarjo dengan 683 kasus dan Kabupaten Gresik 183 kasus.

Di peta sebaran yang terdapat batas wilayah 38 kabupaten dan kota, semua berwarna merah.

Baca: Akui Belum Bisa Kendalikan Covid-19, Jokowi: Semua Harus Pakai Data Keilmuan yang Ketat

Baca: Ibadah Haji 2020 Dibatalkan, Ternyata Pernah 40 Kali Ditiadakan dengan Beragam Alasan, Ini Daftarnya

Kepekatan warna merah tergantung jumlah kasus yang ada di daerah tersebut.

Hingga Selasa malam, kasus Covid-19 di Jawa Timur bertambah 194 kasus, atau total menjadi 5.132 kasus.  

Tambahan 194 kasus berasal dari Surabaya 115 kasus, Sidoarjo 19 kasus, Bangkalan dan Sampang masing-masing 11 kasus, Lamongan, Tuban, dan Pamekasan masing-masing tujuh kasus, Gresik dan Kabupaten Kediri masing-masing lima kasus, Kabupaten Mojokerto tiga kasus, serta Kabupaten Pasuruan dan Jember masing-masing dua kasus. 

Pasien sembuh bertambah 100 orang atau totalnya menjadi 799 kasus. Sedangkan pasien meninggal bertambah 11 pasien atau menjadi 429 pasien.

Total Orang Dalam Pantauan (ODP) mencapai 24.923 orang dan Pasien Dalam Pantauan (PDP) 6.754 pasien.

Surabaya disebut bisa jadi seperti Wuhan

Kasus virus corona di Jawa Timur berada di bawah DKI Jakarta yang masih menjadi provinsi dengan jumlah terbanyak Covid-19

Jumlah kasus Covid-19 di Jawa Timur sendiri mayoritas berada di Kota Surabaya yang menjadikannya sebagai pusat penyebaran Covid-19 di Jawa Timur.

"65 persen Covid ada di Surabaya Raya. Ini tidak main-main, Surabaya bisa jadi Wuhan kalau warganya tidak disiplin," kata Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur dr Joni Wahyuhadi, Rabu (27/5/2020).

Baca: Empat Klaster Ini Disinyalir Jadi Penyebab Tingginya Kasus Covid-19 di Jawa Timur

Menurutnya, transmission rate penyebaran Covid-19 di Surabaya tergolong tinggi, yaitu mencapai 1,6.

Itu berarti, menurut Joni, jika ada 10 orang positif Covid-19, dalam sepekan akan bertambah menjadi 16 orang.

Joni mendorong warga Surabaya untuk mematuhi protokol kesehatan agar menghambat penyebaran virus Covid-19. 

"Jadi kita mutlak untuk disiplin, disiplin memakai masker, disiplin physical distancing, disiplin cuci tangan, disiplin hidup sehat," ujar dia.

Sementara itu, Joni mengatakan, jumlah kasus Covid-19 di Kota Surabaya tercatat menjadi yang paling banyak di antara daerah lain di kawasan Surabaya Raya.

Hari pertama PSBB di Surabaya, Sidoarjo dan Gresik, Selasa (28/4/2020), petugas menyemprot disinfektan ke pengendara. (surya/sugiharto) (surya/sugiharto)

(TribunnewsWiki/Tyo/Dheri Agriesta)

Sebagaian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Perjuangan Nenek Berusia 105 Tahun Sembuh dari Covid-19, Ini Rahasianya"



Penulis: Febri Ady Prasetyo
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
BERITA TERKAIT

Berita Populer