Komisi Kesehatan Nasional juga mengkonfirmasi lima kasus virus corona asimptomatik baru pada 28 Mei, turun dari 23 hari sebelumnya.
Ini terjadi ketika India menjadi negara yang memiliki jumlah korban meninggal karena virus corona melampaui jumlah nyawa yang hilang di China, di mana pandemi dimulai.
Dilansir oleh SCMP, korban meninggal akibat Covid-19 di negara Asia Selatan itu mencapai 4.695 pada Kamis, naik melewati 4.638 korban jiwa dari Covid-19 di China.
Negara berpenduduk 1,3 miliar orang itu sekarang memiliki jumlah kematian tertinggi di Asia, tidak termasuk Iran, meskipun India melakukan kebijakan lockdown terbesar di dunia.
Jumlah korban tewas di negara itu empat kali lipat dalam waktu kurang dari sebulan, meningkat lebih dari 1.000 selama sepekan terakhir.
Sementara jumlah infeksi telah melonjak pada kecepatan yang sama.
Baca: Kabarnya Diringkus di India terkait Vaksin Covid-19, Berikut Fakta Kabar Bill Gates Sebenarnya
Para ahli pemerintah mulai mengakui bahwa wabah ini tidak akan mencapai puncaknya hingga Juni atau Juli.
Jumlah total kasus di India sudah sekitar dua kali lipat kasus virus corona di China, dan juga melampaui yang ada di Iran.
Kasus Covid-19 di India naik menjadi 165.069 pada hari Kamis, menjadikannya tertinggi kesembilan secara global, menurut data dari Johns Hopkins University.
"Harapannya adalah kuncian akan dapat mencegah penularan, tetapi jelas itu tidak terjadi," kata Vivekanand Jha, direktur eksekutif Institut Kesehatan Global George, India.
Sementara masih jauh di belakang jumlah kasus dan kematian yang terlihat di tempat-tempat seperti Amerika Serikat, Spanyol dan Italia, pertumbuhan jumlah kasus virus corona di India muncul ketika laju infeksi baru mulai meningkat atau menurun di banyak negara kaya tempat pandemi pertama kali terjadi.
Sementara itu, dalam beberapa minggu terakhir, jumlah kasus virus corona yang dikonfirmasi oleh Brasil juga terus naik, menjadikan negara itu sebagai yang terbesar kedua di dunia di belakang AS.
Sementara Peru, Meksiko dan Chili semuanya dengan cepat berkembang menjadi titik masalah.
Berikut perkembangan pandemi Covid-19 yang terjadi di berbagai negara di dunia:
Otoritas Kota Kitakyushu di barat daya Jepang mengatakan pada Jumat (29/5/2020) bahwa kota itu telah dilanda gelombang kedua infeksi virus corona, menyusul lonjakan jumlah kasus baru-baru ini.
"Saya menyadari bahwa kita berada di tengah-tengah gelombang kedua," Walikota Kenji Kitahashi mengatakan pada pertemuan tim tanggapan kota, dalam perkembangan yang datang hanya beberapa hari setelah Perdana Menteri Shinzo Abe mengangkat keadaan darurat atas pandemi ini pada Minggu.
Kota di Prefektur Fukuoka itu tidak memiliki kasus virus corona yang dikonfirmasi sejak 30 April hingga 22 Mei 2020.
Baca: Ahli Jepang Ingatkan Bahaya Penggunaan Masker untuk Anak di Bawah Dua Tahun, Ini Alasannya
Baca: Pertimbangkan Keselamatan dan Pendapatan, Industri Seks di Jepang Pilih Tetap Buka di Tengah Pandemi
Namun kemudian menghadapi lonjakan 43 kasus dalam jangka waktu enam hari hingga Kamis (28/5/2020), 21 di antaranya dilaporkan pada hari yang sama saja.
Di Tokyo, menteri revitalisasi ekonomi Yasutoshi Nishimura mengatakan kepada wartawan bahwa rute infeksi hanya sekitar setengah dari 43 kasus telah ditelusuri sejauh ini.
Dia mengatakan akan melaporkan ini ke panel ahli pemerintah dan terus menyelidiki.
Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga mengatakan pada konferensi pers bahwa pemerintah pusat tidak mempertimbangkan untuk menyatakan kembali keadaan darurat di Fukuoka, di mana total 199 kasus telah dilaporkan pada hari Kamis.
Kitakyushu mengatakan pihaknya mencurigai infeksi kluster telah terjadi di dua fasilitas medis di kota itu.
"Saya sangat terkejut dan memiliki perasaan krisis yang kuat," kata Gubernur Fukuoka Hiroshi Ogawa.
Sementara itu, skuadron demonstrasi aerobatic angkatan udara Jepang, Blue Impulse, menerbangkan enam jet pelatihan T-4 di atas pusat kota Tokyo pada hari Jumat sebagai penghormatan kepada para pekerja medis di garis depan terhadap pandemi Covid-19.
Korea Selatan telah melaporkan 58 kasus baru virus corona, semuanya di daerah metropolitan Seoul yang padat penduduk.
Ini terjadi ketika para pejabat berebut untuk membendung transmisi yang terkait dengan gudang e-commerce besar-besaran di dekat ibukota.
Angka-angka yang diumumkan pada hari Jumat oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea membawa total kasus yang dikonfirmasi negara tersebut menjadi 11.402 infeksi dengan total kematian sebanyak 269.
Perdana Menteri Chung Sye-kyun meminta para pejabat untuk memeriksa kondisi kerja di gudang-gudang perusahaan belanja online, yang mengalami peningkatan pesanan selama pandemi, dan tempat kerja padat lainnya di mana risiko infeksi mungkin tinggi.
Baca: Klub Malam di Daerah Itaewon Dilaporkan Menjadi Kluster Baru Penyebaran Covid-19 di Korea Selatan
Baca: Kluster Baru Penyebaran Virus Corona di Korea Selatan, Diakibatkan Longgarnya Aturan Lockdown
Otoritas kesehatan pada hari Kamis mengatakan mereka menemukan setidaknya 82 infeksi terkait dengan pekerja di sebuah gudang yang dioperasikan oleh raksasa e-commerce lokal Coupang di Bucheon, dekat Seoul.
Pejabat telah merencanakan untuk menyelesaikan pengujian pada 4.000 pekerja dan pengunjung ke gudang.
Korea Selatan telah melaporkan 177 kasus Covid-19 baru selama tiga hari terakhir, kebangkitan yang mengancam untuk menghapus beberapa keuntungannya yang susah payah terhadap virus dan memperburuk guncangan besar-besaran terhadap ekonomi yang bergantung pada perdagangan negara itu.
Presiden AS Donald Trump pada hari Kamis menandai "tonggak menyedihkan" daro 100.000 kematian akibat virus corona di Amerika Serikat.
Sebelumnya, tindakan Trump yang tidak merespon terkait banyaknya korban meninggal di AS telah memicu kecaman bahwa ia gagal dalam tugasnya untuk menghibur korban dan orang-orang yang mereka cintai.
Baca: Jurnal Medis The Lancet Sebut Trump Kutip Penelitian yang Tak Ada, dalam Surat Ancamannya untuk WHO
Baca: Jumlah Kematian Akibat Covid-19 di AS Capai 100 Ribu, Ahli Sebut Akan Ada Lebih Banyak Lagi
"Kami baru saja mencapai tonggak yang sangat menyedihkan dengan kematian akibat pandemi virus corona mencapai 100.000," tulis Trump di Twitter, sekitar 16 jam setelah korban tewas melewati ambang batas menurut pelacak Universitas Johns Hopkins.
“Kepada semua keluarga & teman-teman mereka yang telah meninggal, saya ingin menyampaikan simpati & cinta saya yang tulus untuk semua yang diwakili oleh orang-orang hebat ini. Tuhan besertamu!"
Jumlah korban tewas di AS hingga 29 Mei 2020 sendiri telah melampuai angka 100.000 dari 1,7 juta kasus infeksi yang telah dikonfirmasi negara ‘Paman Sam’ itu.
Menjadikan Amerika Serikat sebagai negara dengan jumlah kasus virus corona tertinggi di antara negara mana pun, dan para kritikus menuduh presiden tidak memberikan tanggapan awal yang memadai terhadap pandemi.