Tak Takut Virus Corona, Orang-orang Justru Nekat Sengaja ke Luar Rumah Demi Cari Herd Immunity

Penulis: Niken Nining Aninsi
Editor: Archieva Prisyta
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ilustrasi penerapan kebijakan untuk mencapai herd immunity.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Wacana Herd Immunity banyak dikatakan menjadi langkah terakhir yang mungkin saja akan diterapkan jika pandemi Virus Corona tak kunjung usai.

Rupanya tak sedikit yang penasaran dan ingin menguji sistem imun mereka dengan sengaja ingin terpapar Virus Corona dengan harapan dapat meningkatkan antibodi dan menjadikannya herd immunity.

Seorang perawat di North Carolina, Amerika Serikat (AS) mengungkapkan banyak orang sengaja berpesta untuk mencari kekebalan virus corona.

Ilustrasi pengaplikasian Herd Immunity (KOMPAS.com / ANDRI DONNAL PUTERA)

Kepada New York Post Rabu (20/5/2020), ia mengaku telah merawat pasien yang terinfeksi Covid-19 akibat pesta tersebut.

"Dalam beberapa hari belakangan, kami mendengar dari banyak pasien dan masyarakat bahwa mereka tidak takut terkena virus," kata Yolanda Erich kepada NBC.

Ia merupakan perawat di Novant Health Forsyth Medical Center.

"Orang-orang benar-benar keluar dan coba terpapar virus, jadi menghadiri pertemuan, pesta agar meningkatkan peluang terinfeksi."

Penduduk, yang memakai masker wajah sebagai tindakan pencegahan terhadap penyebaran virus corona COVID-19, mempraktikkan social distancing ketika mereka menunggu untuk diuji di pusat pengujian cepat sementara dekat rumah sakit Bach Mai di Hanoi pada 31 Maret 2020. (VATSYAYANA / AFP)

Ernich mengemukakan, pasien-pasien muda mengaku kepada petugas layanan kesehatan bahwa mereka berharap mengembangkan antibodi, sehingga tidak lagi harus melakukan tindakan pencegahan saat keluar ke tempat umum.

Akan tetapi para ahli belum memastikan apakah antibodi virus corona benar-benar memberikan kekebalan.

"Kami benar-benar prihatin dengan tren ini," lanjut Enrich.

"Mereka dapat menyebarkan virus di sekitar masyarakat dan melukai populasi kita yang rentan, yang akan berdampak pada masalah kesehatan serius."

Baca: Bukan Wuhan China atau Amerika Serikat, Ahli Prediksi Tempat Ini Jadi Sarang Corona Terbesar Dunia

Baca: Masih Pandemi Virus Corona, Bioskop di Amerika Serikat Mulai Kembali Dibuka di Sekitar 200 Lokasi

Gubernur Roy Cooper dan pejabat kesehatan setempat lalu memperingatkan kelompok orang yang disebutnya idiot itu.

"Anda dapat dengan mudah membunuh seseorang yang Anda cintai," kata Cooper pada konferensi pers minggu ini.

Ia menambahkan bahwa orang-orang tidak waras itu "sepenuhnya tidak bertanggung jawab dan sama sekali tidak dapat diterima."

Dr Mandy Cohen sekretaris Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Carolina Utara mengatakan, lebih banyak kasus Covid-19 artinya lebih berisiko bagi penduduk yang rentan.

"Tidak ada keadaan di mana kami ingin orang-orang secara aktif sengaja tertular Covid-19," ucap Cohen.

Staf medis di Mulhouse, tempat Prancis pertama kali mendeteksi lonjakan kasus, memindahkan seorang pasien ke rumah sakit. Foto: AFP (AFP via SCMP)

"Alasan kami bekerja sangat keras secara kolektif untuk menjaga penyebaran virus tetap rendah adalah kenyataan bahwa ketika ada lebih banyak virus di masyarakat, itu tidak hanya berdampak bagi mereka yang positif, tetapi juga berisiko tinggi bagi orang-orang yang punya kondisi kesehatan serius."

Soumya Swaminathan peneliti ternama di Badan Kesehatan Dunia (WHO) berujar, awal bulan ini telah mengecilkan gagasan untuk mengembangkan herd immunity terhadap virus.

Di seluruh dunia, penelitian menunjukkan tingkat kekebalan alami antara 10-15 persen, jauh dari 90-95 persen populasi yang harus kebal untuk mencapai herd immunity, ucap Swaminathan.

Mencari herd immunity artinya menerima "tingkat kematian yang tinggi," ungkapnya.

Baca: Jokowi Tak Masalah Pasar Ramai Dipenuhi Warga, Inikah Bentuk Hidup Normal Berdamai dengan Corona?

Baca: Hal-hal yang Perlu Dipahami Masyarakat Saat New Normal Mulai Diterapkan Dalam Kehidupan

Perbedaan Herd Immunitu dan New Normal 

Herd immunity merupakan keadaan saat sebagian besar kelompok atau populasi manusia kebal pada suatu penyakit sebab sudah pernah terpapar dan sembuh dari penyakit itu.

Istilah Herd Immunity mulai tidak asing di telinga publik sesudah adanya pandemi Covid-19 yang disebabkan oleh Sars coV-2 yang melanda Indonesia dan sebagian besar negara di dunia.

Walau dinilai mampu menghambat tersebarnya virus, akan tetapi strategi ini bisa mengorbankan banyak orang dalam jumlah yang besar.

Agar bisa mencapai herd immunity, setidaknya 70 persen dari populasi harus terinfeksi terlebih dahulu.

Jika penduduk Indonesia dianggap sebanyak 270 juta, maka paling sedikit 189 juta harus terinfeksi untuk mendapatkan herd immunity.

Selanjutnya, dari angka itu kemungkinan orang meninggal bisa mencapai angka satu juta orang.

Baca: Peraturan Pemerintah Membingungkan, Wakil Ketua Fraksi PKS: Bagaimana Masyarakat Disiplin?

Timbul spekulasi di masyarakat

Meski risiko penerapan herd immunity sangat tinggi, tapi sebagian masyarakat yakin jika strategi ini akan dipakai oleh pemerintah Indonesia dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Permasalahan ini bisa dilihat di sosial media, satu di antaranya postingan warganet Twitter dengan akun @ekoce yang menuliskan:

"Dear pak @jokowi. Hampir 2 bulan pak saya terpaksa tutup warung ga ada penghasilan, kalo memang ujung2 e herd immunity, kampus2 cepet disuruh masuk aja pak. Mall2 buka lagi. Biar ekonomi muter lagi. Toh kebanyakan orang indonesia kan percaya hidup mati ditangan Tuhan."

Unggahan tersebut kemudian ditanggapi oleh akun @rizkyfirli_97 di kolom balasan:

"Ujungnya pasti herd immunity sih yakin gw. Namanya juga third world country"

Pemerintah sendiri juga sudah menyatakan jika mereka tidak memakai strategi herd immunity dalam penanganan Covid-19.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto.

"Pertanyaannya apakah kita pakai itu? Jawabannya tidak," ujar Yuri.

Coronavirus.(CNN) (CNN)

Kebijakan Pemerintah mengundang spekulasi

Banyak spekulasi muncul mengenai herd immunity tentunya tidak muncul begitu saja.

Pemerintah justru mewacanakan pelonggaran PSBB saat kasus angka kasus positif Covid-19 di Indonesia kian bertambah setiap harinya.

Pengurangan level PSBB dimulai dari sektor transportasi karena pemerintah menilai perkembangan kasus terinfeksi virus corona di Indonesia menurutnya mulai melandai.

"Pengurangan pembatasan di bidang perjalanan, salah satu aspek yang diujicobakan. Ini jadi taruhan apakah nanti kita akan lakukan untuk di sektor-sektor yang lain," kata Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy.

"Tidak diimplementasi dengan baik, tidak ada indikator monitoring dan evaluasinya," kata Pandu Riono, epidemiolog FKM UI mengomentari kebijakan PSBB dari pemerintah .

Wacana pelonggaran tersebut tak luput dari komentar warganet.

Benarkah Herd Immunity?

Kemacetan di Bundara Waru, Surabaya, Jawa Timur, saat penerapan PSBB hari pertama, Selasa (28/4/2020). (Istimewa via Kompas.TV) (Istimewa via Kompas.TV)

Wacana pelonggaran PSBB bukanlah pemicu awal dari munculnya spekulasi mengenai penerapan strategi herd immunity.

Pandu Riono pun menuturkan, herd immunity dan istilah new normal yang digulirkan oleh pemerintah merupakan dua hal yang berbeda.

"Kalau new normal kan kalau nanti sudah dikurangi pembatasannya, maka kita akan mengadopsi perilaku hidup yang berbeda agar menekan risiko penularan virus, seperti selalu pakai masker, dan lain-lain. Itu pun akan dilakukan bertahap setelah persyaratan pelonggaran terpenuhi," kata Pandu.

Pandu Riono mengklaim sangsi jika pemerintah akan menempuh jalur herd immunity.

Baca: Jokowi Tak Masalah Pasar Ramai Dipenuhi Warga, Inikah Bentuk Hidup Normal Berdamai dengan Corona?

Baca: Presiden Jokowi Minta Rakyat Indonesia Bersiap Hadapi Era Normal Baru

"Kalau memang ada pembiaran secara sistematik agar banyak masyarakat terinfeksi, ya bisa dianggap seperti itu. Tetapi, itu tidak mungkin karena herd immunity hanya terjadi bila lebih dari 70-80 persen penduduk indonesia terinfeksi dan punya imunitas yang berhasil hidup," ujar Pandu Riono.

Pandu juga menambahkan, spekulasi mengenai herd immunity muncul sebab tidak ada edukasi pada masyarakat, jadi masyarakat lebih mudah dihasut dengan isu yang masih simpang siur.

Spekulasi yang beredar pun hanya menambah ketakutan di masyarakat.

Pernyataan Presiden Jokowi mengenai berdamai dengan Covid-19 adalah awal dari munculnya spekulasi itu.

Selama pandemi Covid-19 ini masih eksis, Jokowi mengimbau seluruh rakyat agar tetap disiplin mematuhi protokol kesehatan.

"Artinya, sampai ditemukannya vaksin yang efektif, kita harus hidup berdamai dengan Covid-19 untuk beberapa waktu ke depan," ujarnya di Istana Merdeka, Jakarta, dalam video yang diunggah Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden pada Kamis (7/5/2020)..

Walaupun, pernyataan tersebut "dikoreksi" oleh istana pada esok harinya, berdamai dengan Covid-19 berarti kita berada dalam keadaan “ new normal”.

Berdasarkan penuturan Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmita, new normal merupakan perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal tapi ditambah menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19.

Baca: Pakar Epidemiologi UI Akui Sulit Minta Masyarakat Diam di Rumah, Biarkan Latihan New Normal

Baca: Pemerintah Mengaku Tak Akan Gunakan Strategi Herd Immunity untuk Hadapi Pandemi Corona

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Niken Aninsi/Kaka, Kompas.com)

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cari Herd Immunity, Banyak Orang Sengaja Berpesta agar Tertular Covid-19".



Penulis: Niken Nining Aninsi
Editor: Archieva Prisyta
BERITA TERKAIT

Berita Populer