Karantina di Hutan: Inilah Nasib Buruh Korban PHK yang Mudik Naik Motor 9 Jam ke Yogyakarta

Penulis: Dinar Fitra Maghiszha
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Inilah nasih buruh korban PHK di tengah pandemi corona, mudik naik motor 9 jam ke Yogyakarta, dikarantina di hutan, FOTO: Wisma Sermo di Kelurahan Hargowilis, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kondisinya rusak dan tak terawat. Bangunan di tengah hutan lindung ini jadi tempat isolasi 3 warga Hargowilis yang mudik atau pulang kampung.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak buruk bagi para buruh di kota-kota besar industri Jabodetabek.

Banyak perusahaan yang akibat kebijakan lockdown, telah membuat sebagian buruh dirumahkan.

Satu di antaranya adalah Tyas Muqori (19) yang terpaksa pulang kembali ke kampung halaman akibat kena PHK.

Tyas mudik ke Clapar I, Kalurahan Hargowilis, Kapanewon Kokap, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sesampainya di Kulon Progo, Tyas langsung masuk ke sebuah bangunan besar di tengah hutan suaka margasatwa di Bibis, Hargowilis.

Ia masuk gedung ini untuk menjalani karantina mandiri sampai dua pekan berikutnya.

“Tidak sempat pulang ke rumah. Saya sudah komunikasi (tahu) sejak di sana. Saya langsung masuk sini,” kata Tyas berbincang dari jarak jauh, Kamis (21/5/2020), dikutip dari Tribun Jateng.

Tyas buruh perusahaan manufaktur yang memproduksi rangka motor.

Produksi perusahaan berhenti seiring tidak adanya permintaan perusahaan perakit kendaraan.

Banyak karyawan dirumahkan, banyak pula yang PHK. Tyas salah satu yang kena PHK. Sulit bertahan lama di Cikarang di tengah pandemi yang tidak pasti kapan berakhir, ia memilih pulang.

“Ada 20 teman saya (sama-sama dari Kulon Progo) semuanya sama (pulang). Sama satu sekolah dulu,” kata Tyas.

Beragam cara warga mengkarantina mereka yang mudik atau pulang kampung.

Ada yang menyediakan ruang sekolah hingga bangunan kosong untuk isolasi.

Kali ini, warga menempatkan pada sebuah wisma di tengah hutan.

Tyas pun tidak menolak masuk bangunan gedung besar di tengah hutan seperti ini.

Tyas tidak sendiri. Dua orang lain juga menjalani karantina serupa di gedung ini.

Satu orang berasal dari Pedukuhan Tegiri. Ia bekerja di Godean, Sleman, DIY.

Tapi karena pandemi, ia mencoba bertahan di sana.

Tak lama, ia pulang pada 13 Mei 2020.

Satu lagi merupakan teman perjalanan Tyas kembali ke Kulon Progo.

Ia juga masuk karantina pada 17 Mei 2020.

“Mereka semua orang Hargowilis, tapi bekerja di luar kota,” kata penjaga karantina di wisma, Muslim.

Wisma Sermo Asri nama bangunan dua lantai ini.

Wisma ini dikelola pemerintah Kulon Progo.

Bangunan tampak masih kokoh, yang berdiri dalam balutan cat merah muda.

Sayang, bangunan dan pelatarannya tidak terawat, plafonnya rusak berat.

Dindingnya kusam, berlumut di beberapa bagian, catnya pudar, banyak cat yang sudah terkupas di beberapa bagian dinding, bahkan retakan dinding ditumbuhi pakis-pakisan.

Halamannya juga ditumbuhi rumput yang tidak terawat.

Wisma berada di tengah hutan lindung.

Hutan ini menjadi penyangga air bagi waduk Sermo yang menyuplai air baku bagi masyarakat Kulon Progo.

Lokasi di sini sepi. Sinyal telepon kadang menyala kadang mati.

Muslim, penjaga gedung isolasi merupakan warga Clapar I.

Ia mengungkapkan pihak desa, pedukuhan, dan warga mendukung suplai logistik bagi pemudik yang menjalani isolasi.

“Kadang (bantuan) bergantian antar pedukuhan. Keluarganya juga sering datang ke mari,” kata Muslim.

Naik motor 9 jam

Tyas pulang dengan mengendarai motor.

Ia mengaspal sepanjang jalur Selatan pulau Jawa, seperti Purwokerto, Ajibarang, Kebumen, baru masuk ke Kulon Progo.

Tyas pulang kampung berbarengan dengan Depriyadi (19) teman seangkatan saat sekolah.

Masing-masing menggunakan motor sendiri.

Depri pulang karena perusahaan merumahkan dirinya.

“Sepanjang perjalanan itu kami berhenti tiga kali (istirahat),” kata Tyas.

Perjalanan terasa lancar. Kepadatan berkurang.

Mereka lebih banyak menemukan truk melintas di jalanan.

Pintu-pintu perbatasan juga tidak dijaga ketat. Banyak pos jaga yang kosong. Penjagaan tidak terlalu ketat.

“Mungkin karena jalan malam,” kata Tyas.

Sepanjang perjalanan, mereka dua kali bertemu petugas.

Mereka cuma menyemprot disinfektan dan mengecek suhu badan. Tak ada pemeriksaan mendetail.

“Mendekat ke Kulon Progo baru masuk-masuk (jalan alternatif),” kata Tyas.

Tyas tiba pukul 04.00 WIB tapi tidak langsung pulang ke rumah.

Ia langsung memasuki Wisma Sermo di Hargowilis.

“Masuk sekitar jam 06.00,” kata Tyas.

Ini hari keenam Tyas berada di karantina.

Semuanya berjalan wajar tanpa ada gangguan.

Setiap hari, Tyas bangun pagi, menyempatkan olah raga, lalu banyak tidur dan menunggu dalam kamar.

Hal serupa juga dilakukan dua orang lain yang dikarantina.

Para penghuni hanya bebas bergerak dalam kamar dan seputar taman kecil di depan kamar.

Lokasi aktivitas mereka dibatasi oleh sekat dari susunan meja.

Orang lain dilarang melewati sekat itu, juga sebaliknya yang diisolasi tetap harus berada di balik sekat.

“Semua orang yang ada di (karantina) kondisinya baik-baik (sehat) saja,” kata Muslim.

-

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/TribunJateng)



Penulis: Dinar Fitra Maghiszha
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
BERITA TERKAIT

Berita Populer