Informasi ini pertama kali diunggah oleh akun Twitter @underthebreach, Kamis (21/5/2020).
Dari keterangan yang tertulis, hacker sudah membocorkan 2,3 juta data kependudukan.
Data tersebut meliputi nama, Nomor Induk Kependudukan (NIK), tempat tanggal lahir, hingga alamat lengkap.
Baca: Awas! Android Miliki Celah Buat Hacker Gunakan Kamera Untuk Awasi Pengguna, Simak Video Skenarionya
Dalam tangkapan layar yang diunggah di akun Twitter tersebut, tampak data yang bocor begitu rinci.
Tangkapan layar tersebut memuat kop dari Komisi Pemilihan Umum.
Data tersebut ialah data Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada Pemilu 2014.
Dalam tangkapan layar yang lain, tampak folder dengan nama-nama wilayah di Yogyakarta.
Bahkan sang hacker mangklaim akan membocorkan 200 juta penduduk lainnya.
Lalu apa perlunya meretas data pribadi demikian?
Data personal semacam ini penting untuk mendaftar berbagai macam keperluan.
Apa lagi di era teknologi sekarang ini, banyak nomor telepon, akun e-wallet, dan berbagai hal lain, diwajibkan untuk mendaftar sesuai data diri.
"Sangat berguna bagi siapa yang ingin memiliki banyak nomor telepon (di mana kamu butuh NIK dan KK)," tulis hacker.
Hingga berita ini ditulis, belum ada keterangan resmi baik dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) atau Kominfo, mengenai kebocoran data yang diungkap @underthebreach.
Baca: Gara-gara Tak Suka Betrand Peto, Hacker Bobol Channel YouTube Ruben Onsu sampai Alami Kerugian Besar
Sebelumnya, akun @underthebreach juga yang membongkar dugaan kebocoran data Tokopedia.
Tak tanggung-tanggung, jumlah data pengguna yang diduga bocor sebanyak 15 juta (belakangan jumlah data yang diretas dilaporkan bertambah, menjadi 91 juta).
Sejumlah informasi pribadi pengguna, seperti nama akun, alamat e-mail, hingga nomor telepon pun terpapar sehingga berpotensi dimanfaatkan hacker.
Menanggapi kabar tersebut, pihak Tokopedia mengatakan bahwa ada upaya pencurian atas data akun-akun di platform e-commere miliknya.
Para pengguna pun diimbau untuk mengganti password guna menjaga keamanan.