WHO Ungkap Gejala Baru Virus Corona: Kesulitan Bicara dan Bergerak, hingga Halusinasi

Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Putradi Pamungkas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI Gejala Baru Virus Corona - Petugas medis mengambil sample darah pedagang saat Rapid Test virus corona atau Covid-19 di Pasar Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (21/4/2020). Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Banten menggelar screening test virus corona atau Covid-19 diantaranya di sejumlah pasar.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - WHO peringatkan gejala baru virus corona.

Selama ini, yang menjadi gejala utama Covid-19 antara lain demam tinggi dan gangguan pernapasan.

Namun, WHO telah menemukan gejala baru yang terjadi pada penderita virus corona, seperti diberitakan Metro, Senin (18/5/2020).

Gejala baru itu adalah kesulitan berbicara dan bergerak.

"Sebagian besar orang yang terinfeksi virus COVID-19 akan mengalami penyakit pernapasan ringan hingga sedang dan sembuh tanpa memerlukan perawatan khusus," kata pihak WHO.

ILUSTRASI - Staf medis di Mulhouse, tempat Prancis pertama kali mendeteksi lonjakan kasus, memindahkan seorang pasien ke rumah sakit. Foto: AFP (AFP via SCMP)

Baca: Teka-teki Asal Mula Virus Corona Akhirnya Mulai Terkuak, Kini Peneliti Telah Temukan Fakta Baru Ini

"Adapun gejala Covid-19 yang lebih serius antara lain, kesulitan bernafas atau sesak napas, nyeri atau tekanan di dada, kehilangan kemampuan berbicara atau bergerak," lanjutnya.

Para ilmuwan telah memperingatkan kesulitan dalam bicara bisa menjadi dampak coronavirus pada kesehatan mental.

Sementara peneliti di Orygen dan La Trobe University, di Melbourne, melaporkan beberapa pasien telah mengalami episode psikotik sebagai akibat dari virus.

Dr Ellie Brown, penulis utama studi ini, menggambarkan Covid-19 sebagai pengalaman yang membuat stres bagi semua orang, terutama mereka yang memiliki kebutuhan kompleks.

Oleh karena itu, menghabiskan waktu yang lama dalam isolasi atau tanpa kontak keluarga dapat memicu tekanan psikososial.

Hal inilah yang menyebabkan episode psikosis, katanya.

Pasien juga dapat mengalami gejala seperti halusinasi, pikiran yang terganggu, atau mendengar suara.

Profesor Richard Gray, penulis utama studi ini, mengatakan mereka yang mengalami psikosis membutuhkan lebih banyak bantuan dalam menangani pandemi.

Virus Corona Bisa Beri Dampak Besar pada Ekonomi

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan dampak pandemi Covid-19 terhadap ekonomi dunia, Rabu (13/5/2020).

Diberitakan TribunnewsWiki.com dari VOA, pandemi dapat menyebabkan output ekonomi anjlok hingga 8,5 triliun USD selama dua tahun ke depan.

Akibatnya, lebih dari 34 juta orang akan jatuh dalam jurang kemiskinan ekstrem.

"Kami sekarang menghadapi kenyataan suram dari resesi parah - salah satu yang belum pernah terlihat sejak Depresi Hebat," kata ekonom top PBB, Elliott Harris.

Adapun depresi ekonomi yang dimaksud Harris ialah depresi ekonomi global yang dimulai di Amerika Serikat pada tahun 1929 dan tersebar di seluruh dunia selama beberapa tahun.

ILUSTRASI - Sejumlah negara di dunia mulai melakukan buka tutup kebijakan pembatasan sosial COVID-19. Langkah uji coba ini dilakukan untuk memperbaiki perekonomian negara. Foto: Seorang perempuan mengenakan masker dan mengendarai sepeda di Hollywood Blvd yang sepi di tengah pandemi virus corona pada 15 April 2020 di Los Angeles, California. (VALERIE MACON / AFP)

Baca: Update Covid-19 di Berbagai Penjuru Dunia: Burundi Usir Perwakilan WHO, Finlandia Mulai Buka Sekolah

Baca: Pejabat WHO Sebut Ada Kemungkinan Covid-19 Tak Akan Pernah Hilang, seperti Penyakit Campak

Dalam laporan tengah tahun berjudul "Situasi dan Prospek Ekonomi Dunia", PBB memperkirakan bahwa ekonomi global akan menyusut sebesar 3,2% pada tahun 2020, serta hanya membuat sedikit rebound tahun depan.

Perdagangan dunia diperkirakan akan turun 15%.

Total kerugian $ 8,5 triliun pada 2020-2021, yang berarti hampir semua keuntungan dalam empat tahun terakhir akan terhapus.

"Krisis kembar (kesehatan dan ekonomi) membuat kebijakan trade-off yang sangat sulit," kata Harris.

Dia menekankan bahwa pemerintah perlu menahan penyebaran pandemi sambil meminimalkan dampak ekonominya.

“Keseimbangan antara menyelamatkan nyawa dan menyelamatkan pekerjaan adalah sesulit yang diperlukan untuk bertindak,” tambahnya.

Pandemi Ganda: Covid-19 dan Kelaparan

(ILUSTRASI Pandemi Covid-19 bisa picu kelaparan) Antrian orang-orang yang membutuhkan dengan piring di tangan di luar rumah Samantha Murozoki di Chitungwizaon pada 5 Mei 2020, di mana dia memberi makan orang kurang mampu makanan gratis selama pemerintah memberlakukan periode penguncian COVID-19 coronavirus di Zimbabwe. Dengan bantuan sukarelawan, Samantha Murozoki menyajikan lebih dari 100 makanan hangat per hari dari rumahnya kepada keluarga kurang mampu yang pendapatan rumah tangganya telah terputus oleh penutupan semua pasar informal selama penutupan. (Jekesai NJIKIZANA / AFP)

Sebelumnya, World Food Programme (WFP) PBB memperingatkan dunia akna terjadinya 'mega-kelaparan' jika tidak ada dana yang cukup untuk memerangi dampak pandemi virus corona di negara-negara miskin.

"Apa yang kita hadapi sekarang adalah pandemi ganda," kata direktur eksekutif WFP David Beasley saat konferensi di Jenewa pada hari Kamis (7/5/2020), diberitakan Aljazeera.

Beasley mengatakan badan pangan PBB membantu hampir 100 juta orang pada hari tertentu.

Menurutnya program seperti itu penting untuk dilakukan secara terus menerus.

Baca: Tuduh China Penyebab Pandemi Virus Corona, Donald Trump: Lebih Buruk dari Serangan Pearl Harbor

Baca: Kasus Positif Covid-19 Capai 20 Ribu Sehari, Trump Berencana Bubarkan Gugus Tugas Virus Corona

"Kecuali kita dapat terus menjalankan operasi penting itu, pandemi kesehatan akan segera diikuti oleh pandemi kelaparan".

"Tidak ada pertanyaan. Mega-kelaparan berada di ambang kita sekarang."

"Sebelum Covid-19 seperti sekarang ini, kami sudah memiliki 135 juta orang, seperti yang saya katakan, berbaris di ambang kelaparan. Itu di samping 821 juta orang yang kelaparan kronis."

PBB mengeluarkan permohonan pendanaan baru

Sementara itu, PBB mengeluarkan permohonan dana baru sebesar 4,7 juta USD.

"(Dana itu) untuk melindungi jutaan nyawa dan membendung penyebaran coronavirus di negara-negara rapuh," kata pihak PBB.

PBB sendiri sudah mencatat sembilan negara tambahan yang dianggap rentan terhadap dampak dari Pandemi Covid-19, antara lain: Benin, Djibouti, Liberia, Mozambik, Pakistan, Filipina, Sierra Leone, Togo, dan Zimbabwe.

Infeksi Covid-19 diperkirakan akan memuncak di negara-negara termiskin di dunia dalam tiga hingga enam bulan ke depan, menurut perkiraan PBB.

"Efek paling merusak dan destabilisasi" dari pandemi coronavirus novel "akan terasa di negara-negara termiskin di dunia," kata kepala urusan kemanusiaan PBB, Mark Lowcock, dalam sebuah pernyataan.

"Kecuali jika kita mengambil tindakan sekarang, kita harus siap menghadapi peningkatan yang signifikan dalam konflik, kelaparan dan kemiskinan. Momok beberapa kelaparan muncul," katanya memperingatkan.

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Ahmad Nur Rosikin)



Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Putradi Pamungkas
BERITA TERKAIT

Berita Populer