Di antara mereka adalah perusahaan vaksin asal Amerika Serikat bernama Moderna.
Info terkini, data awal dari hasil pengujian vaksin buatan Moderna disebut menunjukkan hasil yang cukup memuaskan.
Baca: WHO Sebut Vaksin Didistribusikan 2021, LIPI Rekomendasikan Cara Bertahan di Pandemi Covid-19
Vaksin yang pertama kali diuji di Amerika Serikat ini mampu memproduksi antibodi pelindung pada kelompok kecil sukarelawan yang mengikuti pengujian.
Tes menghasilkan antibodi Melansir Al Jazeera, data tersebut berasal dari delapan orang yang mengambil bagian dalam uji coba keamanan yang dimulai pada bulan Maret ketika pandemi global yang disebabkan oleh virus corona mulai menyebar.
Dalam uji coba terhadap 45 sukarelawan, yang dilakukan oleh Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, delapan sukarelawan yang mendapat dua dosis vaksin menghasilkan antibodi pelindung yang kurang lebih setara dengan orang yang pulih dari infeksi alami virus tersebut.
Penelitian ini memberikan secercah harapan awal bahwa vaksin yang sedang dikembangkan dapat memberikan perlindungan terhadap virus corona.
Para ilmuwan masih berusaha memahami level antibodi apa yang pada akhirnya terbukti protektif terhadap virus corona, dan berapa lama perlindungan itu akan bertahan.
Vaksin tampaknya menunjukkan respons dosis, yang berarti bahwa orang yang mendapat dosis lebih tinggi memiliki tingkat antibodi yang lebih tinggi.
Vaksin Moderna telah mendapat lampu hijau untuk memulai tahap kedua pengujian manusia, dan minggu lalu, otoritas AS memberikan izin untuk mempercepat tinjauan peraturan.
"Kami berinvestasi untuk meningkatkan produksi sehingga kami dapat memaksimalkan jumlah dosis yang dapat kami hasilkan untuk membantu melindungi sebanyak mungkin orang dari SARS-CoV-2," kata Chief Executive Officer Moderna Stephane Bancel.
Baca: Penyakitnya Bersifat Zoonosis, Virus Corona Mungkin Tidak Akan Hilang Meski Vaksin Sudah Ditemukan
Moderna juga berencana untuk memulai uji coba tahap akhir yang lebih besar pada bulan Juli.
Saat ini belum ada perawatan atau vaksin yang disetujui untuk Covid-19, dan para ahli memperkirakan bahwa vaksin yang aman dan efektif dapat memakan waktu 12 hingga 18 bulan untuk dikembangkan.
Sementara itu, Moderna telah menandatangani kesepakatan dengan pembuat obat kontrak Swiss Lonza Group AG dan pemerintah AS untuk memproduksi vaksin dalam jumlah besar.
Vaksin yang diberi nama mRNA-1273, juga ditemukan secara umum aman dan ditoleransi dengan baik oleh tubuh manusia dalam studi tahap awal.
Satu orang dalam percobaan sempat mengalami ruam kemerahan di sekitar tempat suntikan, yang ditandai sebagai efek samping "kelas 3".
Meski demikian, hal tersebut tidak menunjukkan adanya efek samping serius.
Diberitakan Kompas.com (20/4/2020), Moderna disebut sebagai perusahaan pertama yang mengirimkan vaksin virus eksperimen pertamanya kepada peneliti Pemerintah AS pada Februari 2020.
Perusahaan ini menyebutkan, pada akhir Februari 2020, mereka memulai uji klinis pada sekitar 20 hingga 25 relawan sehat pada April 2020 untuk melihat apakah dua dosis obat tersebut aman dan efektif dalam mengembangkan kekebalan tubuh.
Pemerintah AS pun memperkuat upaya penelitian dan pengembangan vaksin Moderna dengan dana tambahan sebesar 483 juta dollar AS.
Dikritisi sejumlah ahli Meksipun mengklaim penelitiannya menghasilkan hal yang positif, sejumlah ahli masih meragukan vaksin Moderna tersebut.
Baca: Belum Ada Vaksin, Ahli di Inggris: Kita Harus Belajar Hidup Bersama Covid-19 Selama Beberapa Tahun
Para ahli vaksin menyatakan skeptis tentang hasil uji coba vaksin Covid-19 yang diumumkan oleh perusahaan biotek Moderna pada hari Senin.
Hal itu mengingat perusahaan belum merilis data penting untuk mendukung klaimnya bahwa obatnya berhasil memproduksi antibodi dalam uji coba pada manusia.
Termasuk di antaranya hasil keseluruhan dari semua relawan yang mengukuti percobaan.
"Ketika sebuah perusahaan seperti Moderna dengan sumber daya yang sangat besar mengatakan mereka telah menghasilkan antibodi penetral virus dalam uji coba manusia, saya benar-benar ingin melihat angka dari uji apa pun yang mereka gunakan," ujar John "Jack" Rose, seorang peneliti vaksin dari Universitas Yale dikutip dari Forbes.
Kritikan serupa juga diungkapkan peneliti vaksin Johns Hopkins University Anna Durbin. “Ini sedikit mengkhawatirkan bahwa mereka belum mempublikasikan hasil dari uji coba yang sedang berlangsung yang mereka sebutkan dalam siaran pers mereka. Mereka belum menerbitkan semua itu," tutur Anna.
Ketika dikonfirmasi tentang sejumlah keraguan para ahli, pihak Moderna mengatakan informasi tingkat antibodi akan segera dipublikasikan.
"Akan diungkapkan dalam artikel jurnal akhirnya dari NIAID," bunyi pernyataan pihak perusahaan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kabar Baik Vaksin Corona: Percobaan Menghasilkan Antibodi Setara Orang yang Pulih"