Laju Penularan Covid-19 Berhasil Ditekan, Ahli Minta Jepang Tak Berpuas Diri: Baru Putaran Pertama

Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Putradi Pamungkas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI Gelombang Kedua Virus Corona di Jepang ---- Mobil ambulans menjemput pasien dengan gejala ringan Covid-19 di Tokyo, Jepang, Selasa (7/4/2020)

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Jepang jadi satu di antara negara yang berhasil memperlambat laju penularan Covid-19.

Namun Kenji Shibuya memperkirakan gelombang kedua virus masih bisa menyerang Jepang, seperti diberitakan The Japan Times, Senin (18/5/2020).

Kenji Shibuya merupakan profesor yang menjabat sebagai direktur Institute for Population Health di King's College London.

Ia memperingatkan agar warga Jepang tak berpuas diri lantaran bisa menahan laju penularan pandemi.

"Akan berbahaya memiliki kesan seperti itu ketika gelombang infeksi berikutnya datang," katanya.

ILUSTRASI suasana di Jepang saat pandemi Covid-19 --- Orang-orang berjalan di jalan sepi di tengah kekhawatiran tentang penyebaran virus corona COVID-19 di distrik perbelanjaan Ameya-Yokocho, yang terletak di sebelah Stasiun Ueno di Tokyo pada 11 April 2020. Gubernur Tokyo Yuriko Koike mengatakan pada 10 April bahwa pemerintah metropolitan akan meminta banyak bisnis, termasuk klub malam, tempat karaoke, dan tempat pinball pachinko untuk menunda operasi mulai 11 April karena keadaan darurat terkait epidemi coronavirus. (Kazuhiro NOGI / AFP)

Baca: Uji Klinis Tak Kunjung Berbuah Manis, Jepang Hibahkan 12 Ribu Tablet Avigan ke Pemerintah Indonesia

"Pertarungan melawan virus ini benar-benar pertempuran jangka panjang, dan ini hanya akhir dari inning pertama (menggunakan metafora bisbol)."

Shibuya memuji langkah pemerintah untuk menahan kelompok infeksi selama tahap awal wabah.

Dia juga mengatakan upaya publik untuk tetap di rumah dan pernyataan pemerintah mengenai keadaan darurat segera setelah angka infeksi mulai meningkat.

Menurutnya, langkah itu telah membantu mencegah penyebaran ledakan wabah.

"Kebiasaan Jepang seperti menggunakan masker wajah dan tidak banyak berjabatan tangan mungkin juga berhasil secara positif, tetapi pentingnya melakukan jaga jarak sosial," katanya.

Shibuya menekankan sangat penting untuk membangun sistem medis yang dapat menahan lonjakan jumlah pasien.

Baca: Dulu Viral dan Dianggap Lelucon, Kini Masker Bra Berenda Dijual di Jepang, Laris dan Langsung Ludes

ILUSTRASI - Mobil ambulans menjemput pasien dengan gejala ringan Covid-19 di Tokyo, Jepang, Selasa (7/4/2020) (KAZUHIRO NOGI / AFP)

Selain itu, pemerintah perlu memperkuat pemantauan tren infeksi dengan melakukan pengujian yang lebih banyak.

"Sistem medis dan pengujiannya tidak cukup," katanya.

"Masalah terbesar dengan penyakit ini adalah bahwa mereka dengan gejala ringan atau tanpa gejala menularkannya kepada orang lain tanpa menyadarinya."

Dia menekankan perlunya pengujian lebih banyak orang, mengidentifikasi pasien yang terinfeksi dan mengisolasi mereka.

Shibuya juga meminta perusahaan agar bisa bekerja sama dengan meminta karyawan menjalani tes secara berkala untuk virus tersebut.

Shibuya mencontohkan AS.

Ia mengatakan AS terlambat dalam melakukan pengujian massal meskipun mengetahui penyebaran virus di negara lain sangat cepat.

Baca: Jepang Kewalahan Hadapi Covid-19, Wali Kota Osaka Sampai Minta Warga Sumbangkan Jas Hujan untuk APD

Ilustrasi suasana di Jepang - Orang-orang yang mengenakan masker wajah sebagai tindakan pencegahan terhadap coronavirus COVID-19 di jalan distrik perbelanjaan Ameya-Yokocho, yang terletak di sebelah Stasiun Ueno, di Tokyo pada 11 April 2020. Gubernur Tokyo Yuriko Koike mengatakan pada 10 April bahwa pemerintah metropolitan akan meminta banyak bisnis, termasuk klub malam, ruang karaoke, dan ruang pinball pachinko untuk menangguhkan operasi mulai 11 April karena keadaan darurat terkait epidemi coronavirus. (Kazuhiro NOGI / AFP)

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Nur)



Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Putradi Pamungkas

Berita Populer