Tanpa PSBB, Gubernur Bali Yakin Daerahnya Mampu Jadi yang Pertama Bebas Covid-19, Begini Strateginya

Penulis: Ronna Qurrata Ayun
Editor: haerahr
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gubernur Bali Yakin Daerahnya Mampu Jadi yang Pertama Bebas Covid-19. Gubernur Bali, I Wayan Koster di Denpasar, Rabu (12/2/2020).

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Gubernur Bali Wayan Koster mengklaim pihaknya mampu menekan laju penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) meski tanpa pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Koster menjelaskan, salah satu cara yang dilakukan untuk menekan penyebaran adalah menerapkan arahan Presiden Joko Widodo ditambah sejumlah kebijakan lokal.

Fokus penanganan Covid-19 di Bali adalah dengan menahan laju pertambahan pasien positif.

Dalam Rapat Terbatas (Ratas) Evaluasi Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dengan Presiden Joko Widodo, Koster mengatakan bahwa pihaknya menjadikan desa adat sebagai pilar utama.

Untuk mendisiplinkan masyarakat, Pemprov Bali menjadikan desa adat sebagai pilar utama.

Begitu muncul kasus pertama di Bali, pihaknya langsung mengeluarkan keputusan bersama Majelis Desa Adat dan Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) untuk membentuk satgas berbasis desa adat.

"Desa adat kami jadikan pilar utama untuk mendisiplinkan masyarakat, melalui hukum adat, agar masyarakat tertib dan disiplin dan untuk mengendalikan pergerakan masyarakat,” kata Koster, dikutip dari Kompas.com, Selasa (12/5/2020).

Baca: Anies Baswedan Tetapkan Sanksi Denda Pelanggar PSBB Jakarta, Mulai Rp 250 Ribu hingga Rp 10 Juta

Baca: Terakhir Beroperasi, Ratusan Pengunjung Padati Gerai McD Sarinah Hingga Antrean Mengular saat PSBB

Jalan Bypass Dharma Giri, Buruan, Gianyar. (Tribun Bali/I Nyoman Mahayasa) (Tribun Bali/I Nyoman Mahayasa)

Mereka, kata Koster, bekerja siang malam dengan membentuk posko gotong royong di semua desa adat.

Hal ini dilakukan untuk mengendalikan keluar-masuknya masyarakat di lingkungan desa adat masing-masing.

Koster menjelaskan, saat ini ada dua kegiatan utama penanganan Covid-19 yang dilakukan di desa adat, yakni secara niskala dan sekala.

Baca: Berikut Protokol yang Harus Dipenuhi oleh Warga di Bawah 45 tahun Agar Bisa Beraktivitas Kembali

Baca: Kurangi PHK, Pemerintah Beri Izin Warga di Bawah 45 Tahun Kembali Berkativitas

Niskala yakni berkaitan dengan ritual keagamaan sesuai dengan kepercayaan dan kearifan lokal masyarakat Bali.

Sedangkan sekala merupakan upaya-upaya yang tampak.

Koster juga menyebut sinergitas desa adat dilaksanakan dengan aparat keamanan, Babinsa dan kelurahan.

Sedangkan di tingkat menengah, sinergi dilaksanakan dengan bupati dan wali kota se-Bali.

Sinergi tersebut dilakukan berdasarkan arahan dan instruksi yang sejalan dengan pemerintah pusat.

Faktor lain yang tak kalah pentingnya yakni kualitas pelayanan kesehatan.

Saat ini di Bali ada 13 rumah sakit rujukan lengkap dengan ruang isolasi yang memadai, tenaga medis yang kompeten, serta peralatan yang lengkap.

Baca: Sekolah Bakal Dibuka Kembali Juli 2020, KPAI Minta Kemendikbud Pertimbangkan 4 Hal Ini

Baca: Lion Air Siap Mengudara Kembali Mulai Besok, Penumpang Diwajibkan Penuhi Syarat-syarat Berikut Ini

Pihaknya juga menyediakan tiga laboratorium untuk uji swab dengan kapasitas 490 sampel per hari.

“Tentu kami juga memperhatikan tenaga medis yang bekerja luar biasa, karena terbukti pasien yang sembuh di Provinsi Bali sangat tinggi.”

“Untuk itu, kami sediakan fasilitas yang baik, insentif, dan penghargaan kepada tenaga medis.”

“Kami bangga betul dengan tenaga medis kami di Bali,” tutur Koster.

Halaman
12


Penulis: Ronna Qurrata Ayun
Editor: haerahr
BERITA TERKAIT

Berita Populer