Sebuah penelitian pengembangan vaksin Covid-19 dilakukan oleh sejumlah perusahaan kini sudah memasuki tahap uji klinis.
Namun pendapat berbeda datang dari Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO).
WHO sudah memperingatkan bahwa kemungkinan kecil untuk bisa menemukan vaksin virus corona sebelum akhir 2021.
Pengembangan dan distribusi massal vaksin secara luas dipandang menjadi cara yang paling mungkin untuk mengendalikan pandemi ini.
Baca: Tanggapi Berbagai Komentar Miring Donald Trump, Dirjen WHO Tegaskan Tak Ingin Buang-buang Waktu
Baca: Tepis Klaim Donald Trump, Pihak WHO Tegaskan Virus Corona Berasal dari Alam, Bukan Laboratorium
Tak sedikit dana yang diguyurkan oleh pemerintah dunia untik penelitian vaksin virus corona.
Hal tersebut mereka lakukan saat perusahaan farmasi, universitas, dan lembaga penelitian saling berlomba dalam mengembangkan vaksin.
Tiga perusahaan farmasi paling besar Amerika Serikat, Inovio, Moderna, dan Pfizer saat ini sudah memulai uji klinis.
Uji klinis merupakan tahap pertama dalam pengembangan vaksin.
Lain pihak, para peneliti di Oxford University yang disokong oleh Pemerintah Inggris menjelaskan mereka bertekad untuk memproduksi vaksin pada musim gugur nanti.
Pengumpulan data awal
Pejabat Senior WHO Dale Fisher juga menyampaikan hal serupa.
Dia juga menyebutkan vaksin untuk Covid-19 tidak akan siap sampai akhir tahun depan.
"Saya pikir akhir tahun depan adalah ekspektasi yang sangat masuk akal," ujar Fisher dilansir dari CNBC, Senin (4/5/2020).
Fisher berpendapat bahwa fase 2 dan 3 uji coba akan memakan waktu yang lama untuk memastikan mereka aman dan dapat diandalkan.
Uji coba fase 1 kini baru akan memungkinan pengumpulan data awal untuk menilai apakah vaksin potensial benar-benar bekerja, sebelum diambil langkah uji coba fase berikutnya.
Fisher pun juga menyinggung komentar Presiden Donald Trump yang meyakini jika vaksin virus corona akan dikembangkan pada akhir 2020 menjadi sesuatu yang prematur.
Gilead Silences
CEO Roche, salah satu raksasa farmasi Severin Schwan pun memberikan pernyataan tentang keraguannya atas kerangka waktu yang diusulkan oleh Trump.
"Saya tidak ragu bahwa karena begitu banyak perusahaan bekerja secara paralel dan seperti yang kita lihat kolaborasi yang hebat dengan regulator termasuk FDA, kita benar-benar dapat mempercepat persetujuan vaksin," ujar Schwan.
"Tapi tetap saja, biasanya butuh bertahun-tahun untuk mengembangkan obat baru. Sebagian besar ahli sepakat bahwa dibutuhkan setidaknya 12 hingga 18 bulan hingga kita melihat vaksin yang tersedia dalam jumlah yang diperlukan untuk pasien," katanya mengimbuhi.
Baca: Ahli Psikologi Politik Soroti Kebijakan Indonesia Tangani Covid-19 : Hanya Perlu Dukungan Masyarakat
Baca: Kebijakan Pembukaan Moda Transportasi di Tengah Pandemi Covid-19 Dapat Kritikan: Jangan Dilanjutkan
Berdasarkan dari berita yang sudah ada, hasil awal dari uji klinis untuk antivirus yang dikembangkan Gilead Sciences memberikan hasil yang menjanjikan dan bisa mempersingkat waktu pemulihan pasien di rumah sakit.
Akan tetapi, Fisher kembali menegaskan, vaksin tersebuut masih jauh dari kata selesai.
Fisher menjelaskan, sampai vaksin siap, setiap individu perlu memahami peran yang harus mereka mainkan dalam kesehatan masyarakat.
Bukan hanya sekedar mengandalkan langkah pelacakan kontak, usaha sederhana termasuk physical distancing dan tidak keluar rumah saat sedang sakit adalah hal yang sangat penting.