"Apa yang kita hadapi sekarang adalah pandemi ganda," kata direktur eksekutif WFP David Beasley saat konferensi di Jenewa pada hari Kamis (7/5/2020), diberitakan Aljazeera.
Beasley mengatakan badan pangan PBB sendiri telah membantu hampir 100 juta orang.
Menurutnya program seperti itu penting untuk dilakukan secara terus menerus.
Baca: Tuduh China Penyebab Pandemi Virus Corona, Donald Trump: Lebih Buruk dari Serangan Pearl Harbor
Baca: Kasus Positif Covid-19 Capai 20 Ribu Sehari, Trump Berencana Bubarkan Gugus Tugas Virus Corona
"Kecuali kita dapat terus menjalankan operasi penting itu, pandemi kesehatan akan segera diikuti oleh pandemi kelaparan," katanya.
"Tidak ada pertanyaan. Mega-kelaparan berada di ambang kita sekarang."
"Sebelum Covid-19 seperti sekarang ini, kami sudah memiliki 135 juta orang, seperti yang saya katakan, berbaris di ambang kelaparan. Itu di samping 821 juta orang yang kelaparan kronis."
Sementara itu, PBB mengeluarkan permohonan dana baru sebesar 4,7 juta USD.
"(Dana itu) untuk melindungi jutaan nyawa dan membendung penyebaran coronavirus di negara-negara rapuh," kata pihak PBB.
PBB sendiri sudah mencatat sembilan negara tambahan yang dianggap rentan terhadap dampak dari Pandemi Covid-19, antara lain: Benin, Djibouti, Liberia, Mozambik, Pakistan, Filipina, Sierra Leone, Togo, dan Zimbabwe.
Infeksi Covid-19 diperkirakan akan memuncak di negara-negara termiskin di dunia dalam tiga hingga enam bulan ke depan, menurut perkiraan PBB.
"Efek paling merusak dan destabilisasi" dari pandemi coronavirus novel "akan terasa di negara-negara termiskin di dunia," kata kepala urusan kemanusiaan PBB, Mark Lowcock, dalam sebuah pernyataan.
"Kecuali jika kita mengambil tindakan sekarang, kita harus siap menghadapi peningkatan yang signifikan dalam konflik, kelaparan dan kemiskinan. Momok beberapa kelaparan muncul," katanya memperingatkan.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menanggapi berbagai kritik yang diberikan Presiden Donald Trump terhadap lembaga yang ia pimpin.
Tedros memilih fokus pada tugasnya dan tak ingin membuang kesempatan yang ada
"Kami tidak membuang waktu," katanya pada sebuah Briefing, Jumat (1/5/2020), diberitakan Aljazeera.
Komentar tersebut muncul dalam sebuah pertemuan komite darurat WHO untuk pertama kali, sejak deklarasi tiga bulan lalu.
Meski situasi belum bisa dikatakan membaik, Tedros mengatakan masih ada waktu untuk berusaha.
Baca: Mobil WHO Pembawa Sampel Uji Virus Corona Diserang, Pejabat Terluka dan Supir Meninggal Dunia
Baca: World Health Organization (WHO)
"Dunia punya cukup waktu untuk campur tangan."
"Tentu saja, pandemi tetap menjadi darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional."
Alih-alih untuk terus berdebat, ia meminta agar semua pihak dapat bekerja sama secara luas.
Kritik hingga Penghentian Pendanaan AS
Baca: Eks Wapres Barack Obama, Joe Biden Unggul atas Bernie Sanders dalam Primary Demokrat di Alaska, AS
Baca: Kim Jong Un Sumringah Saat Muncul Lagi ke Publik, Donald Trump: Senang Melihat Dia Kembali!
WHO memang mendapat banyak kritik, terutama dari Presiden AS Donald Trump.
Dia menuduh badan kesehatan PBB itu salah mengelola pandemi.
Bahkan orang nomor satu di AS itu juga menyebut WHO memiliki peran dalam menutupi penyebaran virus setelah muncul di China.
Karenanya, menurut Trump, WHO harus bertanggung jawab.
"Saya mengarahkan pemerintahan saya untuk menghentikan pendanaan, sementara sebuah tinjauan dilakukan untuk menilai peran Organisasi Kesehatan Dunia dalam salah urus dan menutupi penyebaran virus korona," kata Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih.
Sebelumnya, Trump menuding WHO memiliki bias terhadap China.
Aksi trump ini mendapat kecaman dari berbagai pihak, termasuk dari publik AS sendiri.
"WHO gagal dalam tugas dasarnya dan harus bertanggung jawab," tambahnya.
Padahal, Amerika Serikat adalah penyandang dana tunggal terbesar untuk WHO.
Tak tanggung-tanggung, pemerintah AS menganggarkan 400 juta USD (316 juta Euro) untuk WHO di tahun lalu.
"Dengan pecahnya pandemi Covid-19, kami memiliki keprihatinan mendalam apakah kemurahan hati Amerika telah dimanfaatkan sebaik mungkin," kata presiden.
Trump menuduh WHO tak bisa menilai virus ini dengan baik ketika pertama kali muncul di Wuhan.
"Seandainya WHO melakukan tugasnya untuk membawa para ahli medis ke China untuk menilai secara objektif situasi di lapangan dan untuk menyebut kurangnya transparansi China, wabah itu bisa saja tertahan di sumbernya dengan kematian yang sangat sedikit," katanya kepada wartawan.
"Ini akan menyelamatkan ribuan nyawa dan menghindari kerusakan ekonomi di seluruh dunia. Sebaliknya, WHO bersedia mengambil jaminan China untuk menghadapi nilai ... dan membela tindakan pemerintah China."
Namun, para koresponden menunjukkan bahwa Trump sendiri sempat memuji tanggapan China terhadap wabah tersebut dan meremehkan bahaya virus di dalam negeri.