Kota Madiun yang awalnya masih zona kuning kemudian menjadi merah karena seorang warganya positif covid-19.
Selain pasien positif, ada juga 11 PDP dan 60 ODP di kota tersebut.
Dilansir dari Kompas.com, hal ini disampaikan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat konferensi pers daring dari Gedung Negara Grahadi Surabaya, Rabu (6/5/2020) malam.
Selain ditemukan satu pasien positif, di Kota Madiun juga ditemukan 11 Pasien Dalam Pengawasan (PDP), dan 60 Orang Dalam Pemantauan (ODP).
Baca: Berbeda dengan Ferdian Paleka, Crazy Rich Surabaya Ini Viral Karena Bagikan Kardus Isi Uang Jutaan
Baca: 2 Karyawan Pabrik Rokok di Surabaya Positif Corona Meninggal, Gubernur Jatim Tuding Pemkot Lelet
Sementara itu, Kabupaten Sampang masih kuat menyandang status daerah zona hijau.
Di salah satu kabupaten di Pulau Madura itu, hingga saat ini hanya terdapat 411 ODP.
Dengan demikian, 37 daerah dari 38 kabupaten dan kota di Jawa Timur berstatus zona merah, hanya Kabupaten Sampang yang masih berstatus zona hijau.
Dari 37 daerah dengan zona merah, Kota Surabaya menjadi daerah dengan status zona paling merah, karena memiliki paling banyak kasus pasien Covid-19.
Hingga Rabu malam, jumlah kasus positif Covid-19 di Surabaya sebanyak 586 kasus, PDP 1.354, dan ODP 2.825.
Terbanyak kedua Sidoarjo dengan 140 kasus positif, 208 PDP, dan 808 ODP.
Secara keseluruhan, Jumlah kasus Covid-19 di Jawa Timur bertambah 58 kasus pada Rabu (6/5/2020), sehingga total ada 1.220 kasus terkonfirmasi Covid-19, yang 883 kasus diantaranya masih dirawat di rumah sakit rujukan.
Kasus baru tersebut tersebar merata di 17 kabupaten dan kota.
Kota Surabaya menjadi kota terbanyak penyumbang kasus Covid-19 dengan total 17 kasus, disusul Sidoarjo 11 kasus, dan Gresik 6 kasus.
"Tiga daerah penyumbang kasus terbanyak adalah daerah yang menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)," kata Khofifah.
Penambahan satu kasus Covid-19 juga antara lain di Kota Batu, Lumajang, Nganjuk, Banyuwangi, Kota Madiun, lamongan, Jember.
Penambahan di Bangkalan dua kasus, Kabupaten Madiun tiga kasus, Kota Mojokerto dua kasus.
Selanjutnya juga ada di Ngawi lima kasus, Kabupaten Malang dua kasus, Bondowoso satu kasus, serta Kabupaten Kediri dua kasus.
Hubungan antara Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memanas setelah 2 karyawan Sampoerna yang positif Covid-19 meninggal dunia.
Saat ini, kasus meninggalnya 2 karyawan pabrik Sampoerna akibat virus corona menjadi perbincangan publik.
Kasus tersebut lantas mengakibatkan ratusan karyawan lain yang bekerja di pabrik Sampoerna harus menjalani serangkaian tes virus corona.
Dilansir oleh Kompas.com, hasil tes swab gelombang pertama menyebutkan, 34 dari 46 orang yang menjalani pemeriksaan, positif Covid-19.
Baca: Kasus Positif Corona Rapid Test di Pabrik Sampoerna, Risma: Berawal dari PDP yang Tidak Jujur
Baca: Ternyata Ini Alasan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini Timbun Masker Sejak Awal 2020
Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Jawa Timur sekaligus Direktur Utama RSU dr Soetomo Surabaya dr Joni Wahyuhadi mengatakan, kasus di pabrik Sampoerna adalah bukti bahwa virus ini sangat infeksius.
Fakta ini bahkan sukses mengejutkan pihak RSU dr Seotomo Surabaya, sebab masih ada 54 karyawan lain yang belum menjalani tes gelombang kedua.
"Gelombang kedua sisanya baru melakukan swab Jumat dan paling cepat Sabtu hasilnya baru keluar," ujar Joni, dikutip dari Kompas.com.
Surabaya lantas menjadi penyumbang infeksi virus corona yang besar di Jawa Timur.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa pun menyayangkan respons Pemkot Surabaya yang dinilai lelet dan lamban dalam menangani kasus tersebut.
Khofifah menyebutkan, kasus itu telah dilaporkan oleh pihak pabrik ke Dinas Kesehatan Surabaya pada 14 April 2020.
Tepat saat dua karyawannya meninggal dunia.
"Mungkin tidak detil informasinya. Jika laporannya detil mungkin akan melalukan respons cepat," kata Khofifah di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Jumat (1/5/2020) malam.
Menurut Khofifah, respon cepat dalam kondisi seperti ini akan membantu mencegah laju infeksi virus corona.
Baca: Fakta Kasus Positif Covid-19 Sampoerna: 100 Orang Reaktif Rapid Test, Sumber Penularan Tak Diketahui
Sementara itu, Pemerintah Surabaya melalui Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, M Fikser membantah tudingan Khofifah.
Fikser mengatakan, pemkot Surabaya tak pernah main-main dalam menangani pandemi ini, termasuk kasus di pabrik Sampoerna.
Menurutnya, saat menerima laporan adanya dua karyawan meninggal, mereka sesegera mungkin bertindak dengan memanggil pihak perusahaan.
Pemkot Surabaya lah yang mendorong perusahaan untuk segera melakukan rapid test secara masif.
"Pemerintah kota tidak pernah terlambat, Ibu Gubenur (Jawa Timur) tidak benar. Awal mulanya pada tanggal 2 April yang bersangkutan itu sakit dan berobat ke klinik perusahaan," kata Fikser, Sabtu (2/5).
Pasien sakit itu lantas dirujuk ke rumah sakit untuk menjalani swab tes di rumah sakit berbeda.
Menurut Fikser, saat dua karyawannya meninggal dunia, pemerintah Surabaya juga terus melakukan pemantauan kasus di pabrik Sampoerna.
"Begitu kami ketahui, tanggal 16 April Dinkes memanggil perusahaan Sampoerna. Jadi, bukan perusahan yang melapor, tapi kami yang memanggil. Kami yang menemukan. Monggo (silahkan) bisa tanya ke Sampoerna," katanya.
Bukan hanya Fikser, Koordinator Bidang Pencegahan, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, Febria Rachmanita juga tak setuju dengan tudingan Gubernur Jawa Timur.
Sebab kata Febria, saat dua pegawai pabrik meninggal dunia, pihaknya langsung meminta 506 pegawai lain isolasi mandiri.
Tracing juga dilakukan secara intensif untuk menetukan status ODP dan PDP.
Artikel ini telah tayang di Tribun Jambi dengan judul : Perang Panas Khofifah Vs Risma Imbas Corona Klaster Pabrik Sampoerna, Tuding Walikota Surabaya Lelet dan di Kompas.com dengan judul "Semua Wilayah di Jatim Zona Merah Covid-19, Kecuali Sampang Madura"