Diketahui, pandemi Covid-19 perlahan mengubah kebiasaan konsumen yang biasanya belanja di toko-toko fisik menjadi belanja dengan sistem online.
Keuntungan inilah yang kemudian dirasakan oleh raksasa retail Amazon.
Korposasi milik orang terkaya di dunia, Jeff Bezos ini melaporkan kenaikan keuntungan di segala unit perusahaan.
Bisnis e-commerce Amazon naik 24%, di bidang cloud computingnya yakni Amazon Web Services melonjak 33%.
Baca: Dilema Raksasa Retail Amazon di Tengah Pandemi: Angka Penjualan Naik, Ongkos Bertambah Besar
Kemudian, Whole Foods yang dibeli Amazon tahun 2017, penjualannya naik sekitar 8%.
Kinerja tersebut menghadirkan kontras yang cukup tajam dengan banyak perusahaan lain yang sedang bertahan di tengah kebijakan penutupan paksa dan merosotnya belanja konsumen di toko-toko.
Pandemi oleh para ekonom dinilai merupakan perlambatan ekonomi paling tajam di dunia sejak 1930an.
"Seharusnya ini tidak mengejutkan siapa pun," kata analis ritel lembaga riset Forrester Research, Sucharita Kodali.
"Banyak toko fisik di seluruh dunia tutup dan mendorong banyak orang untuk belanja online. Mereka (perusahaan belanja online) adalah penerima untung yang sangat besar," tambahnya.
Dari persepektif konsumen, Kodali menjelaskan bahwa kinerja Amazon kurang baik.
Menurutnya, lambatnya waktu pengiriman, dan banyak stok habis membuat sejumlah merek/brand yang dijual di Amazon sedikit terpukul.
Kondisi demikian hadir seiring dengan keluhan para pekerja atas tindakan pencegahan keselamatan kerja yang dinilai masih kurang memadai.
Terlepas dari masalah-masalah tersebut, Kodali berharap Amazon tetap mempertahankan keunggulannya dalam jangka panjang saat sejumlah rivalnya menderita kerugian akibat kebijakan lockdown.
Semakin banyaknya investor saham yang masuk, juga dinilai akan semakin membuat Amazon bersaing di pasar.
"Semua tanda menunjuk ke arah Amazon yang akan memenangkan kompetisi, ini bukan karena apa yang sudah dilakukan Amazon, melainkan apa yang tak bisa dilakukan oleh yang lain," kata Kodali.
Pandemi Covid-19 telah membuat Amazon menyesuaikan kondisi kerja baru sebagai respons atas virus yang telah merenggut hampir 300 ribu nyawa di seluruh dunia.
Amazon telah merekrut setidaknya 175.000 orang untuk ditugaskan dalam bidang pemenuhan dan pengiriman barang-barang.
Dalam waktu dekat, Amazon juga akan merekrut tenaga kerja untuk ditempatkan dalam layanan antar-jemput di unit Whole Foods miliknya.