Film Sokola Rimba ditayangkan serangkaian dengan program “Belajar dari Rumah” yang diusung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) di TVRI.
Film berjudul Sokola Rimba ini akan tayang malam ini di TVRI pada pukul 19:00 WIB.
Baca: FILM - Sokola Rimba (2013)
Baca: Sinopsis Film Brick Mansions Tayang Malam Ini Selasa 27 April 2020 Bioskop TransTV Pukul 21:00 WIB
Sokola Rimba sendiri adalah film yang diproduseri oleh Mira Lesmana dan disutradarai oleh Riri Riza yang dirilis pada 21 November 2013.
Film Sokola Rimba merupakan film yang diangkat dari buku berjudul Sokola Rimba karya Butet Manurung.
Kisah yang diangkat dalam buku tersebut merupakan kisah nyata Saur Marlina "Butet" Manurung yang mengajar anak-anak rimba di hutan Taman Nasional Bukit Dua Belas, Jambi.
Sokola Rimba menjadi film keempat yang diadaptasi dari buku oleh Riri Riza dan Mira Lesmana.
Ketiga film sebelumnya adalah 'Gie' (2005) yang diangkat dari buku 'Catatan Seorang Demonstran' karya So Hok Gie (1983), 'Laskar Pelangi' (2008) dan 'Sang Pemimpi' (2009) dari novel Andrea Hirata.
Baca: Sinopsis Film Terminator Salvation: Aksi Christian Bale Versus Terminator di TransTV Pukul 19:30 WIB
Baca: Soal dan Jawaban Materi Matematika Kelas 1-3 SD, Belajar dari Rumah di TVRI Selasa 28 April 2020
Karakter utama Butet Manurung diperankan oleh Prisia Nasution.
Sekitar 80 anak rimba yang berasal dari pedalaman hutan Bukit Dua Belas juga turut dilibatkan dalam pembuatan Sokola Rimba.
Waktu yang dihabiskan dalam produksi Sokola Rimba sekitar 14 hari dan menghabiskan biaya Rp 4,6 miliar.
Film Sokola Rimba juga diputar di sebuah festival film di Washington DC, Amerika pada 25 Maret 2014.
Film dengan durasi 90 menit ini berhasil menyabet penghargaan Piala Citra 2014.
Film ini mengisahkan sekelompok masyarakat adat pedalaman di Jambi yang mencoba bertahan ketika tanah yang mereka tinggali sudah tidak serimbun dulu.
Pohon madu raksasa yang mereka keramatkan roboh oleh gergaji mesin.
Nahasnya, mereka tidak dapat berbuat apa-apa karena segulung kertas berisi perjanjian telanjur diberi cap jempol oleh kepala adat mereka.
Mereka tidak pernah mengetahui apa yang tertulis dalam gulungan tersebut karena tidak ada satu pun dari mereka yang dapat membaca.
Kertas perjanjian tersebut kemudian dijadikan tameng bagi orang terang -sebutan bagi orang kota- untuk melakukan eksplotasi tanah mereka.
Baca: Jawaban Lengkap Soal Matematika SMA: Akar dan Eksponen, Belajar dari Rumah TVRI Selasa 28 April 2020
Baca: Jawaban Lengkap Soal Materi Matematika SMP : Pecahan, Belajar dari Rumah TVRI Selasa 28 April 2020
Butet Manurung, seorang pekerja di lembaga konservasi Wanaraya bertekad untuk membuat masyarakat rimba menjadi pintar agar tidak mudah dibohongi.
Butet pun mengajarkan mereka cara membaca dan berhitung.
Namun, hal itu tidak mudah bagi Butet karena masyarakat rimba menganggap pendidikan tabu dan melanggar adat.
Dengan penuh kegigihan, Butet terus berusaha memberikan pendidikan bagi masyarakat rimba.
Setelah tiga tahun mengajar di hilir Sungai Makekal Ulu, Butet terserang malaria.
Butet ditemukan pingsan di tepi sungai di tengah hutan dan ditolong oleh seorang anak rimba bernama Nyungsang.
Perkenalan Butet dengan Nyungsang membuat Butet ingin memperluas wilayah mengajarnya hingga ke hilir sungai Makekal, tempat tinggal Nyungsang.
Hal ini menimbulkan masalah bagi Butet dengan atasannya.
Selain itu, sikap sinis juga didapat Butet dari orang-orang rimba yang menentang kehadirannya.
Tumenggung Badai, sang kepala adat mengusir Butet secara halus.
Anggota para rimba yang masih berusia remaja tidak terima dengan perlakukan Tumenggung Badai terhadap Butet.
Baca: Ibadah Ramadan di Tengah Pandemi Corona, Ini Kiat Menjaga Daya Tahan Tubuh
Baca: Sempat Tak Akui Kesalahannya, Komisioner KPAI Sitti Hikmawatty Akhirnya Dipecat Secara Tidak Hormat
Prisia Nasution sebagai Butet Manurung
Nyungsang Bungo sebagai Nyungsang Bungo
Rukman Rosadi sebagai Bahar
Nadhira Suryadi sebagai Andit
Nominasi ASEAN International Film Festival and Award kategori Best Actress (Prisia Nasution) (2015)
Nominasi ASEAN International Film Festival and Award kategori Best Supporting Actor (Nyungsang Bungo) (2015)
Nominasi ASEAN International Film Festival and Award kategori Best Film Photography (Gunnar Nimpuno) (2015)
Pemenang Piala Citra kategori Best Adapted Screenplay (Riri Riza) (2014)