Ingin Bisnis Kuliner Laku saat Ramadan meski Ada Pandemi Corona? Ini Tips dari Dosen Unair

Penulis: Febri Ady Prasetyo
Editor: haerahr
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga membeli makanan untuk berbuka puasa di Pasar Takjil Bendungan Hilir (Benhil), Jakarta (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Wajarnya, setiap Ramadan menjamur bisnis kuliner, tetapi bulan puasa kali ini berbeda karena berada di tengah pandemi corona.

Beberapa orang ragu untuk kembali memulai bisnis kuliner dadakan kala Ramadan.

Jika pun memutuskan kembali berbisnis, banyak dari mereka yang bingung menetapkan strategi.

Mereka takut jika bisnisnya gagal atau produknya tidak laku.

Untuk mengatasi hal itu, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (FEB Unair) Dr. Tri Siwi Agustina membagikan tips atau strategi usaha kuliner Ramadan meskipun di tengah pandemik covid-19.

Dilansir dari Kompas.com, berikut tips kuliner tersebut:

1. Fokus pada yang paling dicari

Ketika bulan suci Ramadan, produk kuliner yang dicari konsumen adalah gorengan, kue, makanan siap saji, aneka minuman segar, hingga frozen food.

Namun, pada saat pandemik Covid-19 seperti sekarang ini, jenis minuman yang dicari pasti akan bertambah.

Baca: Ramadan dan Corona, Tips Sahur yang Benar, Perbanyak Sayur Buah untuk Tangkal Covid-19

Baca: Ramadan Kala Pandemi Corona, Ini Kebijakan Ibadah Berbagai Negara dari Turki hingga Pakistan

Terutama minuman berbahan dasar buah atau rempah yang dipercaya meningkatkan imunitas tubuh.

"Minuman seperti wedang jahe kunyit lemon, wedang uwuh, atau wedang sarabba pasti akan sangat dicari," kata Siwi seperti dikutip dari laman resmi Unair, Minggu (26/4/2020).

Wedang Uwuh (tandaseru.id)

2. Pelajari perilaku konsumen

Walaupun sedang ada wabah virus corona, tetapi sifat konsumerisme masyarakat tetap tinggi.

Hanya saja ada beberapa hal yang berbeda.

Konsumen lebih mengurangi intensitas keluar rumah, sehingga beralih ke pembelian dalam jaringan (daring) atau online.

Maka, produsen kuliner harus memaksimalkan ponsel pintar untuk aktivitas penjualan.

Selain itu, konsumen pada kondisi pandemik mengutamakan kuliner yang menyediakan jasa layan antar atau bawa pulang (take away).

Tak kalah penting ialah, masyarakat dapat mengetahui produk yang higienis.

Untuk menjamin kebersihan produk, produsen bisa memberi informasi yang menyatakan suhu tubuh pembuat produk tersebut.

Selain itu, media sosial juga dapat dipakai untuk menjelaskan kebersihan proses produksi hingga pengantaran.

"Pastikan stok tersedia dan perhitungkan waktu pemrosesan dengan waktu pengantaran ke konsumen.

Jangan sampai konsumen kecewa karena mendapatkan produk kulinernya melewati waktu berbuka puasa atau melewati jam makan sahur," dia menjelaskan.

Kolak Biji Salak, salah satu kuliner Ramadan (sajiansedap.grid.id)

Baca: Dokter Beberkan Waktu Terbaik untuk Olahraga ketika Puasa Ramadan, Tidak Disarankan Jelang Berbuka

Baca: Jalani Puasa Ramadan di Tengah Pandemi, Raja Salman Sedih Lihat Muslim Tak Bisa Salat di Masjid

Jika konsumen memilih datang ke lokasi penjualan, sediakan produk kuliner dalam bentuk kemasan minimal dua jam sebelum waktu berbuka puasa.

"Pikirkan juga cara pembayaran yang efektif, sehingga konsumen benar-benar hanya datang, mendapatkan produknya, membayar dan langsung pergi," kata Siwi.

3. Jaga stok dan bahan baku

Biasanya, sejak memasuki Ramadan hingga Hari Raya Idul Fitri, harga sembako tidak stabil.

Selain harus mengantisipasi lonjakan harga tersebut, produsen juga harus jeli memperhitungkan jumlah order dengan ketersediaan stok dan bahan baku.

Saat pandemik Covid-19, hal yang perlu dipertimbangkan untuk menjaga pasokan stok bahan baku adalah faktor transportasi.

Karantina wilayah atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akan berpengaruh pada waktu datangnya bahan baku yang dipesan.

Hal tersebut selayaknya dipertimbangkan.

4. Kualitas diperhatikan

Ketika memilih bahan baku dan mengolah produk, produsen harus berhati-hati agar tidak memengaruhi kualitas.

Jangan sampai memilih bahan baku yang murah, tapi ternyata mendekati kadaluwarsa atau kualitasnya tidak terjamin.

Tak hanya itu saja, saat mengolah produk perhatikan ketahanan produk kuliner, jarak pengantaran, dan pengemasannya.

Jangan sampai karena ingin mengolah produk kuliner lebih awal, justru kualitasnya buruk dan tidak layak dikonsumsi serta berisiko pada kesehatan konsumen.

Baca: Ramadan di Tengah Pandemi Virus Corona, Imam Masjid di London Ingatkan Sisi Positif, seperti Itikaf

 

Ramadan dan Corona, Tips Sahur yang Benar, Perbanyak Sayur Buah untuk Tangkal Covid-19

Salah satu elemen penting dalam berpuasa adalah santap sahur.

Dalam Live Instagram bertajuk " Puasa Sehat di Tengah Pandemi Corona" oleh Kompas.com, pekan lalu, Dr dr Tan Shot Yen, M Hum memberitkan tips cara sahur yang benar agar kita siap berpuasa 12-13 jam.

Dokter, filsuf dan ahli gizi komunitas tersebut berkata dalam makan sahur, kita sudah memiliki anjuran visual dari pemerintah yang disebut Isi Piringku, yakni agar separuh piring hanya diisi dengan buah dan sayur.

Pada masa pandemi virus corona ini, sayur dan buah sangat berguna karena kaya akan kandungan antioksidan.

"Katanya ingin antioksidan? Sayur dan buah antioksidannya tinggi," ujarnya, dikutip dari Kompas.com.

Selain itu, sayur dan buah mengandung banyak serat, yakni serat yang tidak larut.

Baca: Ramadan dan Corona, Benarkah Puasa Justru Tingkatkan Imunitas? Begini Penjelasan Ahli Gizi

Baca: Ramadan dan Corona, Ini Aneka Menu Tahan Lama untuk Pilihan Sahur Buka Puasa Anak Kos

Ketika serta tidak larut sampai ke usus besar, maka serat akan menjadi prebiotik.

"Prebiotik itu akan meningkatkan probiotik Anda, memberikan probiotik makanan.

Probiotik sekali lagi meningkatkan kekebalan tubuh Anda," katanya.

Kemudian, bagaimana dengan separuh piring sisanya?

Untuk karbohidrat dan lauk.

Ilustrasi daging sapi ((KOMPAS.com/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN))

Dokter Tan menegaskan bahwa karbohidrat yang terbaik bukanlah yang rafinasi, misalnya roti, mie, kue, bakpau dan tepung-tepungan lainnya atau pula karbohidrat yang diolah dengan proses yang panjang.

Menurut dia, Indonesia punya banyak sekali pilihan karbohidrat yang masih baik, mulai dari nasi merah, ubi, singkong, jagung hingga ganyong.

Sementara itu, untuk lauk, usahakan lauk yang tidak digoreng.

"Kenapa? karena minyak goreng itu juga rafinasi," katanya.

Lauk bisa diolah dengan berbagai macam cara yang tidak membutuhkan minyak goreng, mulai dari dibuat menjadi pepes, sop, soto, garang asam, pesmol dan lain sebagainya.

"Jadi, izinkah sahur itu sebagai semacam kaya 'You prepare yoursel' (Anda siapkan sendiri)," katanya.

Adakah sahur yang simpel dan praktis?

Dokter Tan berkata bahwa sahur bisa jadi simpel dan praktis bila ada persiapan.

"Dunia ini enggak ada yang paling gampang.

Tolong bedakan yang disebut hak kodrat dengan teknokrat," katanya.

Dia menjelaskan bahwa teknokrat itu memang mengejar yang tepat, cepat, akurat, efisien dan praktis.

Sementara hak tubuh manusia adalah tentang kodrat yang mana di dalamnya tidak ada yang praktis.

Namun, Anda masih bisa mempermudah diri dalam menyiapkan sahur dengan membuat rencana, yaitu rencana makanan untuk seminggu.

Caranya dengan menentukan bahan utama yang akan diolah untuk seminggu, misalnya ayam untuk hari Senin, ikan untuk hari Selasa, telur untuk hari Rabu dan seterusnya.

Baca: Cara Bupati Sragen Karantina Pemudik Bandel di Rumah Hantu : Kunci dari Luar, Jangan Lupa Beri Makan

Baca: Fakta Kim Yo Jong, Calon Pemimpin Korea Utara yang Dinilai Bisa Lebih Kejam dari Kim Jong Un

Setelah itu, diskusikan bersama seluruh anggota rumah tangga lainnya mengenai bagaimana sebagaikan bahan-bahan utama tersebut diolah.

Dengan demikian, Anda bisa berbelanja ke pasar seminggu sekali atau berbelanja online untuk membeli semua kebutuhan dalam rencana.

Namun, jangan langsung memasukkan semua bahan makanan yang baru Anda beli ke dalam kulkas.

Ilustrasi daging ayam. (iStock)

Begitu seluruh bahan makanan masuk dalam rumah, cuci tangan terlebih dahulu memakai sabun selama 20 detik dan mulailah berbenah.

Bila ada ayam, potong-potong terlebih dahulu dan bila ada ikan, bersihkan sisiknya, sementara untuk wortel, dipotong kecil-kecil.

Intinya, membuat seluruh bahan makanan siap untuk dimasak sebelum dimasukkan ke dalam wadah-wadah untuk diletakkan dalam kulkas.

Bahan-bahanan makanan ini dimasak pada siang hari untuk berbuka.

Sisanya bisa dimakan untuk sahur.

"Jadi, sahur adalah lauknya yang dari tadi malam.

Enggak masalah kok di-angetin," kata dokter Tan.

(Tribunnewswiki.com/Putradi Pamungkas/Febri/Kompas.com/Shierine Wangsa Wibawa/Albertus Adit)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan  judul "Dosen Unair Bagikan 4 Tips Bisnis Kuliner Ramadhan di Tengah Corona"  dan "Dokter Ungkap Cara Sahur yang Benar dan Manfaatnya Saat Pandemi Corona"



Penulis: Febri Ady Prasetyo
Editor: haerahr
BERITA TERKAIT

Berita Populer