Apa lagi Ramadan kali ini harus dijalani umat Muslim di tengah pandemi virus corona.
Karenanya, banyak orang yang berloahraga sambil ngabuburit alias menunggu waktu berbuka.
Namun perlu diketahui, olahraga jelang buka puasa kurang dianjurkan, seperti diberitakan Kompas.com, Jumat (24/4/2020).
Hal tersebut disampaikan oleh dokter dan ahli gizi komunitas, dr Tan Shot Yen M.Hum.
"Ferrari gak bisa lari sebelum isi bensin. Kebayang nggak, masih defisit kalori, dihajar keluarin kalori? (dengan olahraga sore hari)," kata Tan dikutip Kompas.com, Kamis (23/4/2020).
Tak bisa dipungkiri kondisi tubuh yang berpuasa kadang sudah lemas atau lelah di sore hari.
Kondisi tersebut membuat tak ada jenis olahraga yang bisa bermanfaat maksimal.
Baca: Jalani Puasa Ramadan di Tengah Pandemi, Raja Salman Sedih Lihat Muslim Tak Bisa Salat di Masjid
Baca: Ramadan di Tengah Pandemi Corona, Cucu Kembar Habib Rizieq Shihab Lahir pada Hari Pertama Ramadan
Apa lagi, setelah berolahraga tidak didukung pola makan yang baik ketika berbuka.
Alih-alih menjaga pola makan, justru kadang seseorang melahap berbagai jenis makanan tanpa perhitungan.
Hal itu membuat kalori yang dibakar tidak sebanding dengan kalori yang masuk lagi.
"Paling (olahraga) yang dikeluarkan tubuh misal ya, 100 kkal. Habis itu berbuka kan? Makan hajar-hajaran (sebanyak mungkin), laper kan, minum manis-manis masuk deh 400 kkal sekaligus. Kira-kira ini orang jadi langsing abis puasa, atau makin gembul?" kata Tan.
Menurut Tan, olahraga yang tepat bisa dilakukan setelah berbuka puasa atau setelah makan malam.
Penting untuk dicatat, upayakan beri jarak waktu antara makan dan olahraga.
Biarkan makanan dicerna oleh tubuh terlebih dulu, sekitar 30-40 menit.
Adapun olahraga yang bisa dipilih antara lain, sepeda statis, treadmill, atau cross training.
Pastikan Anda selalu berolahraga untuk menjaga daya tahan tubuh di tengah pandemi virus corona seperti sekarang ini.
Selain soal olahraga, orang juga kerap bertanya mengenai kewajiban puasa bagi orang yang sakit serta petugas kesehatan dari sisi medis.
Berikut ini TribunnewsWiki.com sajikan ulasannya dari BBC.
Dari segi medis, orang yang sakit, termasuk yang menderita Covid-19, dibebaskan dari kewajiban puasa dan mengganinya di kemudian hari.
Orang dengan kondisi jangka panjang tertentu seperti diabetes dengan komplikasi, juga tidak dianjurkan untuk berpuasa.
Kepala bidang perawatan Diabetes UK Daniel Howarth mengatakan keputusan untuk berupasa "benar-benar pribadi".
Tapi ada beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh orang yang memiliki masalah kesehatan.
Cara itu bisa dilakukan dengan menjaga asupan nutrisi dan sering mengontrol kondisi kesehatan.
Bagaimana dengan petugas kesehatan?
Dewan Muslim Inggris telah menerbitkan panduan, mengatakan "staf layanan kesehatan yang diharuskan untuk memberikan perawatan kepada pasien Covid-19, dengan risiko nyata mengalami dehidrasi dan kondisi klinis karena memakai APD dan shift yang panjang" dibebaskan dari puasa.
Meskipun tidak mengonsumsi cukup kalori dalam sehari dapat menurunkan respons kekebalan Anda, efek puasa pada sistem kekebalan tubuh tidak langsung.
Sistem kekebalan bukanlah satu hal dengan sakelar hidup atau mati.
Ini adalah serangkaian mekanisme rumit yang harus dijaga keseimbangannya.
Puasa melepaskan hormon stres kortisol, yang dapat menekan beberapa respons imun.
Tetapi ada juga bukti yang bagus dari studi bahwa puasa intermiten yang dilakukan selama Ramadhan dapat mempercepat proses regenerasi tubuh, menyebabkan sel-sel tua mati dan digantikan dengan yang baru.