3 Pemudik Asal Sragen di Karantina di Rumah Angker Nangis Minta Pulang, Ngaku 'Digoda' Penunggunya

Penulis: Ika Wahyuningsih
Editor: Archieva Prisyta
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Potongan adegan film Pegabdi Setan (2017)

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Banyak kebijakan yang diambil pemerintah pusat maupun daerah guna memotong penyebaran Covid-19.

Seperti yang terjadi di Kabupaten Sragen belum lama ini.

Pemerintah Desa di Sragen melakukan hal unik untuk "menghukum" pemudik yang bandel saat jalani karantina mandiri.

Kepala Desa Sepat, Mulyono menerangkan, ada tiga pemudik yang merupakan warga Desa Sepat.

Tiga orang pemudik itu sedang menjalani karantina di rumah 'hantu' Desa Sepat, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.

Baca: Ramalannya terkait Wabah Virus Terbukti, Bill Gates Hadapi Tudingan Teori Konspirasi

Baca: Mahasiswi Nekat Pulang Kampung, Awalnya Negatif Covid-19, tapi Tulari 70 Orang: Kotanya Lockdown

Ketiga pemuda tersebut 'menyerah' setelah mereka mengaku didatangi sosok hantu.

Langkah unik yang diambil oleh pemerintah desa dan tim Satgas Covid-19 Desa Sepat adalah dengan menyiapkan Rumah Hantu, alias angker

Rumah hantu itu disiapkan bagi para pemudik yang tidak tertib menjalani karantina mandiri di rumah.

Bekas rumah dinas sinder atau mandor tebu bakal disulap menjadi lokasi karantina bagi orang dalam pemantauan (ODP) yang bandel di kompleks bekas Pabrik Gula Sido Wurung atau lebih dikenal dengan Kedoeng Banteng, Desa Gondang, Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen.

Diketahui, ketiga warga Sepat tersebut baru pulang mudik masing-masing dari Jakarta, Lampung dan Kalimantan.

Karena dianggap tidak tertib ketika karantina mandiri di rumahnya masing-masing, ketiganya dijemput tim Satgas Covid-19 Desa Sepat untuk melakukan karantina di rumah hantu.

Hanya beberapa hari menjalani karantina di rumah hantu ketiga pemudik itu mulai merengek.

Mereka meminta dipulangkan ke rumahnya masing-masing.

"Dua hari mereka nangis-nangis terus. Tiap malam malam katanya didatangi dan dibayang-bayangi hantu di rumah hantu," ujar Mulyono, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (25/4/2020).

Orangtua para pemudik menemui Mulyono tiga kali setelah kejadian tersebut.

Orang tua pemudik itu memohon supaya anaknya itu bisa menjalani karantina mandiri di rumah selama 14 hari.

Mulyono tak langsung mengamini permohonan mareka.

Akhirnya ketiganya dilepaskan untuk menjalani karantina di rumah,  dengan petimbangan dan komitmen orangtua untuk mengawasi anak-anaknya karantina mandiri di rumah.

"Orangtuanya setuju untuk membantu dan mengawasi anaknya karantina mandiri di rumah akhirnya kita lepaskan dari rumah hantu," ujar dia.

Baca: Orangtua Terkesan Memaksa saat Dampingi Belajar di Rumah, Anak-anak Stres dan Rindu Guru di Sekolah

Kepala Desa Sepat itu menjelaskan, rumah hantu yang disediakan untuk karantina bagi pemudik bandel tersebut memanfaatkan bangunan bekas gudang tas.

Bangunan gudang tas tersebut telah dibiarkan kosong sekitar 10 tahun.

Halaman
12


Penulis: Ika Wahyuningsih
Editor: Archieva Prisyta
BERITA TERKAIT

Berita Populer