Air yang dimaksud adalah air yang biasa digunakan untuk membersihkan jalan dan menyiram tanaman di lokasi fasilitas umum, bukan air yang digunakan untuk konsumsi dan keperluan rumah tangga.
Seperti yang diberitakan oleh The Korea Times pada Rabu, (22/4/2020), otoritas tempat memberikan klarifikasi terkait temuan tersebut.
Otoritas tersebut menegaskan jika Paris memiliki saluran air yang terpisah.
Baik untuk air minum maupun air yang biasa digunakan untuk membersihakn dan menyiram tanaman yang berada di fasilitas umum Paris.
Meski demikian pihak pemerintah belum bisa memastikan apakah jejak virus corona dalam air tersebut berbahaya atau tidak.
Otoritas Paris juga belum menjawab bagaimana air di daerah mereka bisa terkontaminasi virus corona.
Baca: Ramalan Zodiak Kesehatan Besok Kamis 23 April 2020, Aries Harus Mulai Terapkan Pola Hidup Sehat
Baca: Hari Ini dalam Sejarah 22 April: Zaragoza Ditandatangani, Spanyol Terusir dari Kepulauan Maluku
Penelitian kontaminasi air di Paris
Berdasarkan laporan dari otoritas Paris, penelitian tersebut mulai dilakukan pada 20 April 2020.
Penelitian tersebut menggunakan 27 sampel air yang diteliti dan diperiksa selama 48 jam.
Hasilnya, 4 dari 27 sampel tersebut positif mengandung SARS-CoV-2 atau virus corona yang menyebabkan Covid-19.
Setelah hasil penelitian terungkap, sumber air dalam sampel yang dinyatakan positif segera ditutup.
Surat kabar lokal, The Connexion melaporkan bahwa saat ini Paris memiliki sistem pengelolaan air yang terpisah.
Sistem tersebut memisahkan pengelolaan air minum dan air 'mentah' tanpa pengelolaan intensif.
Sistem pengelolaan air tersebut telah digunakan di Paris sejak abad ke-19 lalu.
"Air yang terkontaminasi tersebut bersumber dari air 'mentah', yang berasal dari kanal Seine dan Ourcq. Air tersebit tidak dikelola intensif," kata Wali Kota Paris seperti yang dikutip dari The Connexion.
Kepada Surat Kabar Le Monde, kepala spesialis penyakit menular Rumah Sakit Saint-Antoine Paris, Karine Lacombe memberikan keterangan singkat.
Karine mengatakan virus membutuhkan inang berupa makhluk hidup untuk berkembang biak.
"Meskipun kita tahu bahwa virus mengandun materi genetik, tapi virus tidak berkembang biak di lingkungan sekitar (benda mati)," kata Karine.
"Untuk berkembang biak, virus membutuhkan sel manusia dan menempel pada enzim tertentu," lanjutnya.
Hingga saat ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hingga saat ini belum mengeluarkan pernyataan resmi apakah benda mati seperti air bisa menjadi perantara penularan virus coroba.
Baca: Studi Baru di China Temukan Virus Corona yang Telah Bermutasi Menjadi 30 Jenis Berbeda
Update kasus corona di Prancis
Berdasarkan update yang disajikan dalam situs worldometer, pada Rabu, (22/4/2020), terdapat 158.050 kasus pasien positif Covod-19 di Perancis.
Dari angka tersebut 39.181 dinyatakan telah sembuh dari infeksi virus corona.
Namun 20.796 lainnya dinyatakan meninggal dunia.
Banyaknya kasus Covid-19 di Prancius membuat negara tersebut mengeluarkan kebijakan untuk dapat mengatasi pandemi corona.
Prancis mulai memberlakukan pembatasan pergerakan masyarakat pada Selasa, (17/3/2020).
Dikutip dari Paris Info, kegiatan yang masih boleh dilakukan oleh masyarakat adalah:
- pulang dan pergi bekerja,
- berbelanja kebutuhan pokok,
- aktivitas sosial, dan
- aktivitas yang berkaitan dengan kesehatan.
Untuk mendukung program tersebut, pemerintah telah menutup hampir seluruh fasilitas umum dan tempat wisata di Prancis.
Pembatasan aktivitas tersebut dilaksanakan hingga 15 April 2020 lalu.
Baca: Gelombang Kedua COVID-19 di Amerika Serikat: Bertemunya Virus Corona dan Datangnya Musim Dingin
Baca: 25 Program Studi Paling Banyak Diminati di Universitas Brawijaya Beserta Daya Tampung SBMPTN 2020
Baca: Penentuan 1 Ramadhan 1441 H, Kemenag Bakal Gelar Sidang Isbat Melalui Teleconference