Nyorog

Penulis: Haris Chaebar
Editor: Archieva Prisyta
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi tradisi Nyorog.


Daftar Isi


  • Informasi Awal


TRIBUNNEWSWIKI.COM - Nyorog adalah tradisi atau kebiasaan secara turun temurun yang banyak dilakukan oleh pemeluk agama Islam pada masyarakat Betawi dalam memasuki bulan suci Ramadan dan menjelang Idul Fitri.

Nyorog berasal dari bahasa Betawi yang berarti “nganter” atau menghantarkan atau mengirimkan sesuatu (makanan) kepada orang yang lebih tua seperti bapak/ibu, mertua atau kakek/nenek. (1)

Tradisi Nyorog umum dilakukan oleh masyarakat Betawi di kawasan Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan sekitarnya.

Baca: Padusan

  • Arti


Nyorog adalah kegiatan membagikan bingkisan ke anggota keluarga atau tetangga dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan dan menyambut Idul Fitri.

Tradisi ini biasanya dilakukan orang yang lebih muda ke orang yang usiannya lebih tua. (2)

Kegiatan Nyorog dilakukan bukan hanya sesama masyarakat Betawi, masyarakat lainpun yang berbeda suku, akan melaksanakan tradisi ini, bahkan berbeda agama sekalipun.

Tradisi Nyorog yang biasanya dilakukan menyambut bulan suci dan hari raya merupakan bagian dari dialektika antara nash, syariat, ‘urf, budaya, dan realita di bumi Nusantara.

Dialektika budaya dan agama yang terimplementasi dalam budaya Nyorog merupakan wilayah interpretasi yang bersifat dinamis, berpotensi untuk berubah seiring dengan kemaslahatan yang mengisi ruang, waktu, dan kondisi tertentu.

Baca: Munggahan

Anak-anak kecil membawa rantang untuk tradisi Nyorog.

  • Manfaat


Tradisi Nyorog jika dililat dari tiga model tersebut, masuk pada wilayah “kontekstual”.

Dalam arti, meyakini bahwa Nyorog merupakan tradisi, namun juga penuh dengan nilai-nilai keagamaan, bahkan merupakan bagian dari perintah agama.

Tradisi Nyorog merupakan realitas yang terjadi pada masyarakat Betawi.

Hal ini merupakan keunikan sendiri, karena yang dibawapun biasanya dengan makanan khas tertentu.

Inilah bagian kecil keunikan budaya Indonesia.

Tradisi Nyorog ini merupakan bagian dari akulturasi religi dengan budaya setempat (lokal).

Nyorog tentu merawat nilai-nilai kekeluargaan diantara sesama dan menjadi jembatan alternatif untuk meenjaga keharmonisan di dalam keluarga kecil inti maupun keluarga besar.

Tradisi nyorog mendatangi keluarga yang lebih tua, merupakan bagian dari sarana silaturahmi dan ishlah, ketika terjadi keterputuskan komunikasi, kesalahpahaman komunikasi, atau ketika terjadi konflik dalam keluarga.

Bagi yang muda, nyorog menjadi sarana efektif menjalin kembali rajutan kekeluargaan yang pernah koyak, atau pernah tertanam rasa sakit.

Datang menjelang Ramadan, dan menjelang Lebaran dengan membawa “sesuatu” yang disukai, tentu akan menghilangkan sedikit bahkan semua luka yang pernah diperbuat.

Apalagi saat nyorog kemudian meminta maaf atas dosa yang pernah dilakukan.

Selain itu, tradisi Nyorog juga berguna sebagai medium pembelajaran bagi anak-anak untuk menumbuhkan sikap peduli sesama dan toleransi dalam bermasyarakat.

Baca: Padusan

Nyorog antar sesama warga.

  • Pelaksanaan


Tujuan utama tradisi Nyorog adalah untuk mempererat tali persaudaraan dan mengingatkan bahwa Ramadan telah tiba.

Dahulu, lalu lalang anak muda atau pasangan muda sedang Nyorog merupakan pemandangan yang ramai setiap menjelang Ramadan.

Dua hari atau sehari sebelum memasuki bulan suci, hilir mudik kegiatan tradisi ini mengubah suasana akhir bulan Rajab menuju awal Ramadan.

Selain saling mengirim makanan, biasanya juga dilakukan tradisi makan bersama di kediaman anggota keluarga yang dituakan.

Nyorog juga berarti saling bertukar makan antar anggota keluarga dalam kegiatan saling mengunjungi atau anjangsana itu.

Tradisi Nyorog pada zaman modern memang sedikit terkisis mengingat keturunan masyarakat Betawi yang juga ikut berpindah dari kampung-kampung Jakarta.

Meski begitu, Nyorog masih dilakukan oleh beberapa masyarakat di sekitaran Jakarta seperti Tangerang atau Bekasi yang memang etnis Betawi juga berada di sana.

Selain dilakukan sebelum datangnya bulan Ramadan, Nyorog biasanya juga dilakukan pada saat sebelum dan sesudah acara pernikahan.

Kedua mempelai melakukan tradisi ini dengan mengirimkan makanan ke tempat saudara-saudara yang lebih tua seperti paman, kakek atau nenek, kakak guna untuk mendapatkan doa restu, namun berdasarkan penelusuran muasalnya, nyorog memang dimulai pertama kali untuk menyambut Ramadan.

Makanan atau barang yang biasanya ada dalam tradisi Nyorog sangat beragam. (3)

Namun kebanyakan adalah bahan makanan mentah, bisa juga berupa daging, ikan, ayam, kopi, susu, gula, sirup, dan lainnya.

Kini, Nyorog dapat dijumpai di Tangerang, Depok, Bekasi dan Bogor selain tentu di sebagian titik-titik konsentrasi etnis Bewati Ibukota yang tidak sebanyak dahulu.

Selain di Betawi, tradisi serupa juga bisa didapati di Jawa, terutama di Jawa Timur.

Kebiasaan memberi makanan tersebut dinamakan “tradisi weweh“ atau ‘ater-ater’ atau menghantar, hanya saja di Jawa Timur umumnya dilakukan sebelum lebaran Idul Fitri.

(Tribunnewswiki.com/Ris)



Nama tradisi Nyorog


Waktu Menjelang bulan Ramadaan dan/atau Idul Fitri


Subjek Masyarakat Betawi


Aktivitas Saling berbagi makanan kepada keluarga, kerabat dan tetangga


Sumber :


1. nusantaranews.co
2. media.iyaa.com
3. www.gomuslim.co.id/read/perjalanan/2016/06/10/615/nyorog-tradisi-betawi-yang-tersingkir.html


Penulis: Haris Chaebar
Editor: Archieva Prisyta

Berita Populer