Informasi Awal
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Candi Sukuh adalah sebuah kompleks candi bercorak Hindu yang secara administrasi terletak di wilayah Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Candi ini dianggap kontroversial karena bentuknya yang kurang lazim dan karena penggambaran alat-alat kelamin manusia secara eksplisit pada beberapa figurnya.
Candi Sukuh telah diusulkan ke UNESCO untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia sejak tahun 1995. (1)
Candi Sukuh berada pada ketinggian + 910 merer di atas permukaan laut.
Candi Sukuh ditemukan kembali dalam keadaan runtuh pada tahun 1815 oleh Johnson, Residen Surakarta pada masa pemerintahan Raffles.
Selanjutnya Candi Sukuh diteliti oleh Van der Vlis pada tahun 1842.
Hasil penelitian tersebut dilaporkan dalam buku Van der Vlis yang berjudul Prove Eener Beschrijten op Soekoeh en Tjeto.
Penelitian terhadap candi tersebut kemudian dilanjutkan oleh Hoepermans pada tahun 1864-1867 dan dilaporkan dalam bukunya yang berjudul Hindoe Oudheiden van Java.
Pada tahun 1889, Verbeek mengadakan inventarisasi terhadap candi Sukuh, yang dilanjutkan dengan penelitian oleh Knebel dan WF. Stutterheim pada tahun 1910. (2)
Baca: Candi Ceto
Baca: Candi Rimbi
Sejarah
Candi Sukuh berlatar belakang agama Hindu dan diperkirakan dibangun didirikan pada akhir abad ke-15 M.
Berbeda dengan umumnya candi Hindu di Jawa Tengah, arsitektur Candi Sukuh dinilai menyimpang dari ketentuan dalam kitab pedoman pembuatan bangunan suci Hindu, Wastu Widya.
Menurut ketentuan, sebuah candi harus berdenah dasar bujur sangkar dengan tempat yang paling suci terletak di tengah.
Adanya penyimpangan tersebut diduga karena Candi Sukuh dibangun pada masa memudarnya pengaruh Hinduisme di Jawa.
Memudarnya pengaruh Hinduisme di Jawa rupanya menghidupkan kembali unsur-unsur budaya setempat dari zaman megalitikum.
Pengaruh zaman prasejarah terlihat dari bentuk bangunan Candi Sukuh yang merupakan teras berundak.
Bentuk semacam itu mirip dengan bangunan punden berundak yang merupakan ciri khas bangunan suci pada masa pra-Hindu.
Ciri khas lain bangunan suci dari masa pra-Hindu adalah tempat yang paling suci terletak di bagian paling tinggi dan paling belakang.
Menurut dugaan para ahli, Candi Sukuh dibangun untuk tujuan pengruwatan, yaitu menangkal atau melepaskan kekuatan buruk yang mempengaruhi kehidupan seseorang akibat ciri-ciri tertentu yang dimilikinya.
Dugaan tersebut didasarkan pada relief-relief yang memuat cerita-cerita pengruwatan, seperti Sudamala dan Garudheya, dan pada arca kura-kura dan garuda yang terdapat di Candi Sukuh. (3)
Situs candi Sukuh dilaporkan pertama kali pada masa pemerintahan Britania Raya di tanah Jawa pada tahun 1815 oleh Johnson, Residen Surakarta.
Johnson kala itu ditugasi oleh Thomas Stanford Raffles untuk mengumpulkan data-data guna menulis bukunya The History of Java.
Setelah masa pemerintahan Britania Raya berlalu, pada tahun 1842, Van der Vlis, arkeolog Belanda, melakukan penelitian. Pemugaran pertama dimulai pada tahun 1928. (4)
Struktur Bangunan
Bangunan Candi Sukuh memberikan kesan kesederhanaan yang mencolok pada para pengunjung.
Kesan yang didapatkan dari candi ini sungguh berbeda dengan yang didapatkan dari candi-candi besar di Jawa Tengah lainnya yaitu Candi Borobudur dan Candi Prambanan.
Bentuk bangunan Candi Sukuh cenderung mirip dengan peninggalan budaya Maya di Meksiko atau peninggalan budaya Inca di Peru.
Struktur ini juga mengingatkan para pengunjung akan bentuk-bentuk piramida di Mesir.
Kesan kesederhanaan ini menarik perhatian arkeolog termasyhur Belanda, W.F. Stutterheim, pada tahun 1930.
Ia mencoba menjelaskannya dengan memberikan tiga argumen, yaitu yang pertama, kemungkinan pemahat Candi Sukuh bukan seorang tukang batu melainkan tukang kayu dari desa dan bukan dari kalangan keraton.
Kedua, candi dibuat dengan agak tergesa-gesa sehingga kurang rapi.
Ketiga, keadaan politik kala itu dengan menjelang keruntuhan Majapahit, tidak memungkinkan untuk membuat candi yang besar dan megah.
Para pengunjung yang memasuki pintu utama lalu memasuki gapura terbesar akan melihat bentuk arsitektur khas bahwa ini tidak disusun tegak lurus namun agak miring, berbentuk trapesium dengan atap di atasnya.
Batu-batuan di candi ini berwarna agak kemerahan, sebab batu-batu yang dipakai adalah jenis andesit. (5)
Kompleks Candi Sukuh menempati areal seluas kurang lebih 5.500 m2, terdiri dari terdiri atas tiga teras bersusun.
Gerbang utama dan gerbang lain untuk menuju ke setiap terasnya menghadap ke arah barat, berbeda dengan candi-candi di Jawa tengah yang umumnya menghadap ke timur.
Ketiga teras tersebut terbelah dua tepat di tengahnya oleh batu yang ditata membentuk jalan menuju ke gerbang teras berikutnya.
Gapura menuju teras pertama merupakan Gapura Paduraksa, yaitu gapura yang dilengkapi dengan atap.
Ambang pintu gapura dihiasi pahatan Kala berjanggut panjang.
Pada dinding sayap utara gapura terdapat relief yang menggambarkan seorang yang sedang berlari sambil menggigit ekor ular yang sedang melingkar.
Menurut K.C. Cruq, pahatan tersebut merupakan sebuah sengkalan (sandi angka tahun) yang dibaca gapura buta anahut buntut (gapura raksasa menggigit ekor ular).
Sengkalan tersebut ditafsirkan sebagai tahun 1359 Saka atau tahun 1437 M, yang diyakini sebagai tahun selesainya pembangunan candi ini.
Di atas sosok tersebut terdapat pahatan yang menggambarkan makhluk mirip manusia yang sedang melayang serta seekor binatang melata. (6)
Baca: Candi Sambisari
Baca: Candi Prambanan
Teras-Teras Candi
Pada teras pertama terdapat gapura utama yang terdapat sebuah arca berbentuk sengkala memet dalam bahasa Jawa yang berbunyi gapura buta aban wong ("raksasa gapura memangsa manusia").
Yang di mana arca-arca tersebut memiliki makna 9, 5, 3, dan 1.
Jika dibalik maka didapatkan tahun 1359 (Saka) (1437 Masehi).
Angka tahun ini sering dianggap sebagai tahun berdirinya candi ini, meskipun lebih mungkin adalah tahun selesainya dibangun gapura ini.
Di sisi sebelahnya juga terdapat relief sengkala memet berwujud gajah bersorban yang menggigit ekor ular.
Relief tersebut melambangkan bunyi gapura buta anahut buntut ("raksasa gapura menggigit ekor"), yang juga dapat ditafsirkan sebagai tahun 1359 Saka.
Sayangnya, gapura pada teras kedua sudah rusak.
Di kanan dan kiri gapura terdapat patung penjaga pintu atau Dwarapala yang sudah ada dalam keadaan rusak dan tidak jelas bentuknya lagi.
Gapura di teras kedua sudah tidak beratap dan pada teras ini tidak terdapat banyak patung-patung.
Pada gapura ini terdapat sebuah Candrasangkala yang dalam bahasa Jawa yang berbunyi "gajah wiku anahut buntut" yang berarti “Gajah pendeta menggigit ekor” dalam Bahasa Indonesia.
Kata-kata ini memiliki makna 8, 7, 3, dan 1, jika dibalik maka didapatkan tahun 1378 Saka atau tahun 1456 Masehi.
Pada teras ketiga ini terdapat pelataran besar dengan berdirinya sebuah Candi Induk dan beberapa panel relief di sebelah kiri serta patung-patung di sebelah kanan.
Tepat di atas candi utama di bagian tengah terdapat sebuah bujur sangkar yang kelihatannya merupakan tempat menaruh sesajian.
Di sini terdapat bekas-bekas kemenyan, dupa dan hio yang dibakar, sehingga terlihat masih sering dipergunakan untuk bersembahyang. (6)
Lokasi dan Akses
Lokasi Candi Sukuh terletak di lereng kaki Gunung Lawu pada ketinggian kurang lebih 1.186 meter di atas permukaan laut.
Candi ini terletak di Dukuh Sukuh, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.