Selain melawan pandemi virus Corona yang semakin meluas ke berbagai penjuru negeri, Indonesia juga dihadapkan pada ketersediaan alat kesehatan dan obat-obatan yang sangat minim.
Kebutuhan terhadap obat-obatan dan alat kesehatan di Indonesia pun sangat tergantung pada kebijakan impor dari luar negeri.
Baca: Bocah 9 Tahun Bongkar Celengan Demi Sumbang APD Tenaga Medis, Ibu: Awalnya untuk Nikahan Kakak
Hal itu pun dialami sendiri oleh kalangan dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sendiri.
Berkaitan dengan ketersediaan alat kesehatan yang minim, ternyata ada pihak yang memaksa supaya Indonesia terus-menerus melakukan impor alat kesehatan.
Dikutip Tribunnewswiki.com dari Kompas.com pada Senin (20/4/2020), hal itu pun diamini oleh salah satu staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga.
"Kita selama ini (ada) trader (pedagang) yang melakukan trading."
"Di sini lah Pak Erick mengatakan ini ada yang memaksa supaya trading terus. Bukan bikin produk," kata Arya dalam sebuah diskusi virtual, Minggu (19/4/2020).
Arya /Sinulingga mencontohkan di bidang pemenuhan kebutuhan ventilator di Indonesia.
Dirinya pun mengatakan Indonesia masih terus-terusan mengimpor ventilator untuk kebutuhan dalam negeri.
Baca: Jepang Kewalahan Hadapi Covid-19, Wali Kota Osaka Sampai Minta Warga Sumbangkan Jas Hujan untuk APD
Namun, saat ini beberapa perguruan tinggi bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sedang berusaha memproduksi purwarupa (prototype) ventilator untuk kebutuhan dalam menangani pasien Covid-19 di Indonesia.
Beberapa purwarupa sedang diuji Kementerian Kesehatan dan siap diproduksi massal setelah lolos proses uji.
Arya Sinulingga pun menilai hal itu menunjukkan sebenarnya Indonesia bisa memproduksi ventilator yang layak pakai.
Karena itu, ia menilai ada pihak yang selama ini sengaja membiarkan ketiadaan produsen ventilator dalam negeri agar mereka bisa diuntungkan dengan proses impor.
"Ternyata terbukti bisa kita bikin ventilator. Ini masih diuji ya."
"Tapi kalau berhasil maka Pak Erick (Menteri BUMN Erick Thohir) minta PT Pindad, PT DI dan, PT Len Industri untuk produksi ventilator," ujar Arya.
"Jadi ini kalau berhasil artinya kita bisa membuat ventilator."
"Artinya bisa kan industri dalam negeri. Selama ini kita ngapain aja?" lanjut dia.
Baca: 6 Kabar Baik Terkait Penanganan Covid-19 di Indonesia, Sumbang APD Hingga Gratiskan Listrik
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, saat ini mayoritas bahan baku untuk obat-obatan dan alat kesehatan yang beredar di Indonesia masih impor.
Pria yang mempunyai peran besar dalam kesuksesan gelaran Asian Games 2018 itu pun mengatakan, saat ini mayoritas bahan baku untuk obat-obatan dan alat kesehatan yang beredar di Indonesia merupakan hasil impor.
Erick Thohir pun tak segan untuk mengungkapkan rasa keprihatinan dengan kondisi yang terjadi di Indonesia saat ini.
Bahkan menurut eks Presiden Inter Milan itu, 90 persen bahan baku industri obat-obatan di Indonesia saat ini hasil impor dari negara lain.
“Mohon maaf kalau saya bicara ini, sangat menyedihkan kalau negara sebesar Indonesia ini, 90 persen bahan baku dari luar negeri untuk industri obat."
"Sama juga alat kesehatan, mayoritas dari luar negeri,” ujar Erick usai meninjau RS Pertamina Jaya pada Kamis (16/4/2020).
Menurut Erick Thohir, menjangkitnya virus Corona di Indonesia harus dijadikan pelajaran dan cambukan untuk mengubah situasi tersebut.
Baca: Viral Masyarakat Baciro Yogya Sambut Tenaga Medis, Warga Bentangkan Poster: Selamat Datang Pahlawan
Dengan demikian, Erick Thohir berharap Indonesia tak akan lagi menjadi negara yang selalu bergantung dengan negara lain.
“Saya mohon maaf kalau menyinggung beberapa pihak."
"Janganlah negara kita yang besar ini selalu terjebak praktik-praktik yang kotor, sehingga alat kesehatan mesti impor, bahan baku mesti impor,” kata Erick.
Atas dasar itu, Erick Thohir mengajak semua pihak yang terlibat untuk memiliki komitmen yang kuat dan tegus untuk mengubah hal tersebut di Indonesia.
“Kalau kita enggak gotong royong, kita tidak bangun bangsa kita dengan diri sendiri, emang bangsa lain peduli?"
"Kita yang harus peduli antara bangsa kita. Jangan semuanya ujung-ujungnya duit terus."
"Akhirnya kita terjebak short term policy. Didominasi oleh mafia-mafia, trader-trader itu,” ucap dia.
Erick pun mengakui, membangun industri dengan skala nasional tak semudah membalikan telapak tangan.
Namun, dirinya meyakini bahwa jika dilakukan secara gotong royong dan demi tujuan bangsa, hal tersebut bisa dilakukan.
“Kalau hari ini (bisa produksi bahan baku obat) 10 persen, tahun depan harus 30 persen, tahun depannya lagi 50 persen."
"Kita juga tidak anti-impor, memang ada beberapa yang tidak bisa dilakukan. Tetapi apa yang mungkin kita bisa lakukan, ya harus bisa dilakukan,” ujar Erick Thohir.
Kasus COVID-19 semakin meluas.
Informasi terbaru kasus COVID-19 dapat diakses melalui covid19.go.id.
Update terbaru dari pihak Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 tertanggal Senin 20 April 2020.
Baca: Update Pasien Virus Corona 18 April 2020 di Seluruh Dunia, Total 569.270 Orang Sembuh
Hingga Senin pagi (20/4/2020), kasus yang terkonfirmasi totalnya mencapai 6.248.
Ada penambahan kasus sebanyak 327 orang sejak hari Minggu (19/4/2020).
Pasien dalam perawatan sebanyak 5.307.
Total pasien yang sembuh adalah 686 orang.
Pasien yang meninggal sebanyak 582 orang.
DKI Jakarta menjadi daerah yang paling banyak terjangkit corona.
Total yang sudah terkonfirmasi yaitu sebanyak 3.032 kasus.
Daerah kedua paling banyak terjangkit corona adalah Jawa Barat dengan total 696 kasus.
Baca: Akhirnya China Bongkar Total Kematian Corona, 50% Lebih Tinggi dari yang Dilaporkan Sebelumnya
Sedangkan untuk skala dunia, hingga 18 April 2020, total mencapai 2.242.868 kasus.
Sementara itu, jumlah korban meninggal dunia mencapai 154.142 orang
Kabar terbaru ini sejalan dengan meningkatnya angka jumlah pasien sembuh yang mencapai 569.270 orang.
Pantauan Tribunnewswiki.com dari data John Hopkins University, Sabtu (18/4/2020) pukul 10.00 WIB ini juga menyebut virus corona telah menyebar ke 185 negara di dunia.
Artikel ini sudah tayang di Kompas.com dengan judul "Stafsus Menteri BUMN Sebut Ada Pihak yang Paksa Indonesia Tetap Impor Alat Kesehatan".