IDI Sebut Kasus Kematian Covid-19 di Indonesia Dua Kali Lipat Lebih Banyak dari Data Pemerintah

Penulis: Maghita Primastya Handayani
Editor: Archieva Prisyta
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Persatuan Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr. Daeng M. Faqih saat ditemui di kantor pusat IDI, di Jakarta Pusat, Jumat (31/1/2020).

TRIBUNNEWSWIKI - Update kasus corona di Indonesia per Sabtu, 18 April 2020 adalah terdapat penambahan 325 kasus.

Sehingga jumlah total pasien yang dinyatakan positif Covid-19 adalah 6.248 orang.

Dari jumlah tersebut seperti yang diungkapkan jubir pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto, terdapat 631 pasien yang dinyatakan sembuh.

Menurut keterangan Yuri dalam konferensi pers yang dilaksanakan di Graha BNPB, jumlah total kematian akivat Covid-19 mengalami penambahan 15 kasus.

Baca: Viral Video Bupati Boltim Sulawesi Utara Sosialisasi Bawa Peti Mati, Menggebu Himbau di Rumah Saja

Jadi jumlah total pasien yang dinyatakan meninggal dunia akibat terpapar virus corona mencapai 535 orang.

Belakangan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyampaikan keberatan dari informasi jumlah kasus kematian yang dirilis oleh pemerintah.

IDI mengatakan seharusnya jumlah kematian karena Covid-19 bisa mencapai lebih dari 1.000 kasus.

IDI ungkap jumlah kematian bisa dua kali lipat dari keterangan pemerintah

Petugas mengangkat jenazah pasien virus corona atau Covid-19 yang meninggal untuk dimakamkan di TPU Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur, Rabu (25/3/2020). Pemprov DKI Jakarta menyediakan dua taman pemakaman umum (TPU) untuk pasien virus corona (Covid-19) yang meninggal dunia, yakni TPU Tegal Alur dan TPU Pondok Ranggon. (Tribunnews/Irwan Rismawan)

Seperti yang diberitakan Kompas.com, IDI menyampaikan jumlah kematian akibat Covid-19 di Indonesia memiliki jumlah yang lebih banyak.

Hal tersebut telah dikonfirmasi oleh Ketua Umum IDI, Daeng M Faqih kepada Kompas.com. 

Daeng menyebut jumlah kematian terkait virus corona di Indonesia bisa mencapai 1.000 orang.

Alias sekitar dua kali lipat dari informasi yang dirilis oleh pemerintah pada Sabtu, 18 April 2020 kemarin.

Perbedaan tersebut dijelaskan Daeng karena pemerintah hanya mengkap kasus kematian pasien yang dinyatakan positif Covid-19.

Namun tidak mengungkap jumlah kematian Pasien dalam Pengawasan (PDP).

Jumlah kematian PDP cukup tinggi

Ketika dikonfirmasi, Daeng menjelaskan klaim data tersebut didapatkan dari laporan langsung rumah sakit kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Data tersebut menerangkan bahwa jumlah keseluruhan kematian pasien positif Covid-19 dan PDP bila digabungkan mencapai lebih daari 1.000 kasus.

"Iya benar, kalau ditambahkan jumlah kematian yang positif Covid-19 dan PDP, itu akan lebih dari 1.000," kata Daeng saat dihubungi Kompas.com, Minggu (19/4/2020).

Namun dikatakan Daeng, pemerintah belum menyampaikan kasus kematian PDP.

"Nah itu yang belum disampaikan oleh pemerintah. Kematian dengan status PDP ini banyak, kan tidak mungkin PDP yang meninggal lalu kita katakan itu pasti bukan Covid-19, kan enggak mungkin," lanjut Daeng.

Padahal, seperti yang dijelaskan Daeng, PDP yang meninggal oleh pihak rumah sakit dilaporkan juga sebagai kematian perawatan Covid-19.

Sebab status PDP saat berada di rumah sakit mendapatkan perawatan dengan prosedur Covid-19,

Bahkan saat meninggal dunia pun para PDP juga dimakakan dengan protokol pemakaman Covid-19.

Sehingga menurut Daeng, angka kematian PDP tidak bisa diabaikan jumlahnya.

"Angka PDP ini besar dan tidak bisa dihilangkan begitu saja," kata Daeng.

Pihaknya juga menyebut, angka ODP dan PDP di Indonesia cukup tinggi.

Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan RI, angka ODP di Indonesia sebanyak 176.344 orang, dan jumlah PDP 12.979 orang.

Soroti pelaksanaan tes Covid-19

Rapid tes covid-19 (Kompas.com)

Selain menyampaikan mengenai kasus kematian PDP, Daeng juga berkomentar tentang pelaksanaan tes Covid-19 di Indonesia.

Tak hanya  jumlah tes yang dilakukan saat ini masih sedikit, Daeng juga menyoroti lambatnya waktu yang diperlukan untuk mengetahui hasil tes.

Sehingga sejumlah kasus PDP mengetahui status dan hasil tes setelah pasien tersebut meninggal.

Bahkan ada pula kasus pasien meninggal dunia namun tidak sempat melakukan tes Covid-19.

"Masih lama dan kurang cepat. Volume per hari nya masih relatif kurang. Perlu percepatan testing, perlu lebih banyak, lebih luas dan massal supaya deteksi kasus bisa lebih cepat dan penanganan lebih cepat," ujar Daeng.

Ia menegaskan, apabila test Covid-19 dilakukan dengan cepat, maka kematian PDP dapat diketahui penyebabnya.

Khawatir adanya fenomena gunung es

Pasien yang berstatus PDP dari Kabupeten Luwu dirujuk ke Rumah Sakit Umum Sawerigading Kota Palopo, Sabtu (21/3/2020). (RSUD Sawerigading via TribunPalopo)

Banyaknya kasus PDP yang meninggal dan belum diketahui hasil tesnya, Daeng menilai hal tersebut bisa menjadi masalah yang besar.

Sehingga menurut Daeng, kasus tersebut perlu mendapatkan jawaban dan segera diperiksa akar permasalahannya.

"Agar tidak menjadi fenomena gunung es," kata Daeng.

Tak hanya soal angka kematian, Daeng menyebut kasus positif corona di Indonesia masih berpotensi akan meningkat lebih besar.

Dia bahkan menyebut, bahwa data yang diupdate setiap harinya oleh pemerintah bisa jadi adalah data satu atau dua minggu yang lalu.

Sebab antara waktu pengetesan, proses dan pengumuman hasilnya bisa memakan waktu satu minggu.

Sehingga konteks pernyataanya terkait jumlah pasien meninggal terkait corona yang mencapai 1.000 itu juga berkaitan dengan jumlah tes yang sedikit dan waktunya yang lama.

Karena itu pihaknya mendorong agar tes virus corona di Indonesia dipercepat dan diperluas.

Daeng mengungkapkan, dengan tes yang dipercepat dan diperluas maka penemuan kasus akan semakin cepat dan tepat.

Selain untuk menghindari fenomena gunung es yang ia sebut tadi.

"Yang ditemukan sekian, tetapi sebenarnya yang aslinya lebih besar dari itu," kata Daeng.

"Saya sebenarnya menekankan pesan dari Presiden Jokowi untuk mempercepat tes itu tadi karena angka positif atau kematian akan lebih besar bila itu dilakukan," pungkas Daeng.

Baca: Dianggap Sukses Tangani Covid-19, Kini Kasus di Singapura Justru Melonjak: Didominasi Pekerja Migran

Baca: Sebulan Lebih Hanya di Rumah karena Covid-19, Spanyol Pertimbangkan Anak-anak Bisa Aktivitas di Luar

Baca: China Jadi Negara Paling Awal Terkena Virus Corona, Donald Trump Sebut Harus Ada Konsekuensinya

(TRIBUNNEWSWIKI/Magi, KOMPAS/Dandy Bayu Bramasta)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "IDI Sebut Angka Kematian Terkait Corona di Indonesia Lebih dari 1.000 Kasus"



Penulis: Maghita Primastya Handayani
Editor: Archieva Prisyta
BERITA TERKAIT

Berita Populer