Sempat Nol Kasus Kematian Akibat Covid-19, China Kembali Cantumkan 1.290 Kasus Kematian, Ada Apa?

Penulis: Nur Afitria Cika Handayani
Editor: Melia Istighfaroh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Para pekerja medis yang mengenakan alat pelindung memindahkan seorang tersangka pasien virus korona (C) ke rumah sakit lain dari Rumah Sakit Daenam di mana total 16 infeksi sekarang telah diidentifikasi dengan virus corona COVID-19, di daerah Cheongdo dekat kota tenggara Daegu pada 21 Februari 2020 Kasus coronavirus Korea Selatan hampir dua kali lipat pada 21 Februari, naik di atas 200 dan menjadikannya negara yang paling parah terkena dampak di luar China ketika jumlah infeksi yang terkait dengan sekte keagamaan meningkat. YONHAP / AFP

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Sebelumnya China telah mengungkapkan nol angka kematian akibat virus corona atau Covid-19.

Namun secara tiba-tiba, China mencantumkan angka kematian sebanyak hampir 1.300 kematian baru karena covid-19.

Rupanya, angka kematian tersebut bukan merupakan angka kematian baru.

Angka kematian tersebut merupakan angka kematian baru hasil koreksi atas data kematian sebelumnya.

Berdasarkan worldmeterets.info, terdapat 1.290 kematian baru di China.

Padahal sehari sebelumnya nol kematian.

Pejabat Wuhan menghubungkan angka baru itu sebesar 1.290 orang meninggal dunia, dengan laporan terbaru tentang kematian di luar rumah sakit.

Ia menambahkan bahwa pada sistem tersebut terdapat kesalahan input data sehingga kasus-kasus 'dilaporkan secara keliru'.

Baca: China Mulai Dominasi Lembaga PBB, Trump Berupaya Kurangi Hegemoni Beijing dengan Hentikan Dana WHO?

Baca: Kabar Baik, China Beri ‘Lampu Hijau’ untuk Uji Coba 2 Vaksin Covid-19 ke Manusia

Beberapa kasus juga dihitung lebih dari satu kali dan pada yang lain terlewatkan sama sekali.

Selain itu, kekurangan kapasitas pengujian pada tahap awal, membuat banyak pasien yang terinfeksi tidak terdata.

China bersikeras tidak ada yang ditutup-tutupi.

Dilaporkan sebelumnya, korban meninggal akibat Covid-19 di Wuhan, China mencapai lebih dari 1.000 orang.

Angka tersebut lebih tinggi dari angka yang dilaporkan sebelumnya.

Badan Pencegahan dan Pengendalian Wuhan telah mengubah jumlah kematian dari 2.579 menjadi 3.869, meningkat lebih dari 50 persen, seperti dilansir Daily Star (17/4/2020).

Orang-orang yang memakai masker wajah tiba di Stasiun Kereta Api Hankou di Wuhan untuk mengambil salah satu kereta pertama yang meninggalkan kota di provinsi Hubei, China awal pada 8 April 2020. Ribuan warga yang lega mengalir keluar dari Wuhan China pada 8 April setelah pihak berwenang mengangkat kebijakan lockdown setelah berbulan-bulan karena virus corona, menawarkan beberapa harapan kepada dunia meskipun rekor kematian di Eropa dan Amerika Serikat. NOEL CELIS / AFP (NOEL CELIS / AFP)

Selain itu angka kematian yang meningkat berasal dari korban-korban yang meninggal tidak di rumah sakit.

Selain itu, juga karena faktor keterlambatan dan pelaporan salah.

Adanya kesalahan informasi terkait angka kematian di China juga disebabkan oleh kesulitan mendapat informasi yang akurat dari rumah sakit swasta.

Jumlah total kasus di kota berpenduduk 11 juta orang juga meningkat 325 menjadi 50.333, terhitung sekitar dua pertiga dari total 82.367 kasus di China yang diumumkan.

Sebelumnya, Donald Trump bahkan sempat skeptif tentang jumlah kematian di China akibat Covid-19.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump curiga terhadap China lantaran tidak transparan tentang jumlah korban akibat wabah virus corona atau Covid-19.

Baca: Presiden Donald Trump Klaim AS Telah Lewati Puncak Pandemi Covid-19 dan Siap Cabut Lockdown

"Apakah Anda benar-benar percaya bahwa angka-angka di negara yang luas ini, disebut China, dan mereka memiliki sejumlah kasus dan kematian tertentu, apakah ada yang benar-benar percaya akan hal itu?" kata Trump seperti dikutip Reuters.

Sementara, beberapa ahli percaya angka kematian di banyak negara lain juga tidak menunjukkan angka sebenarnya.

Sebab, beberapa orang yang meninggal karena Covid-19 tanpa diuji atau pergi ke rumahsakit, jadi tidak termasuk dalam penghitungan.

Hingga Jumat (17/4/2020), angka kematian di Kota Wuhan, China akibat Covid-19 berjumlah 3.869 orang.

Kota tempat virus corona pertama kali muncul akhir tahun lalu ini menambahkan 1.290 kematian akibat Covid-19 dari sebelumnya sebanyak 2.579 orang meninggal per Kamis (16/4) lalu.

Seiring tambahan angka kematian di Wuhan, Ibu Kota Provinsi Hubei, China pun merevisi jumlah orang meninggal akibat virus corona secara nasional pada Jumat (17/4) menjadi 4.632 orang.

Revisi tersebut mengikuti spekulasi yang beredar luas, bahwa jumlah kematian akibat virus corona di Wuhan secara signifikan lebih tinggi dari yang pemerintah setempat laporkan.

Gejala Baru Virus Corona

Gejala virus corona kini tak hanya identik dengan sesak napas dan batuk.

Namun ada juga yang tidak merasakan gejala virus corona.

Baru-baru ini, ahli Prancis mengatakan virus corona atau Covid-19 ini juga dapat menyebabkan gejala dermatologis.

Gejala ini menyebabkan kulit kemerahan yang kadang menyakitkan hingga gatal-gatal.

Para ahli Prancis menduga kemunculan hal ini menjadi gejala baru Covid-19.

Diduga gejala dermatologis ini dapat muncul tanpa disertai gejala pernapasan.

Inilah bedanya gejala virus corona dan flu biasa, gejalanya mirip namun ada perbedaan khusus. (via intisari)

Tak hanya itu, mereka juga menyoroti tentang lesi kulit yang mungkin menjadi tanda Covid-19 lainnya.

Lesi kulit merupakan jaringan kulit yang tumbuh abnormal di permukaan maupun di bawah permukaan kulit.

Baca: Ayo Kenali 10 Gejala Inti pada Tubuh yang Terinfeksi Virus Corona

Baca: Selain Tak Bergejala, Virus Corona Punya Gejala Baru Lainnya, Gatal-gatal hingga Merasa Lelah

Di samping gejala pada kulit, rupanya Covid-19 juga memiliki gejala lainnya antara lain :

Kelelahan Berlebihan

Dikutip dari Kompas.com, seorang pria dari Silver Spring, Maryland merasa sangat lelah hingga hampir tak bisa berjalan.

Padahal ia tidak merasakan demam, namun ia mengaku kedinginan.

Kendati demikian, dokter telah memeriksa gejala yang dialami pria tersebut apakah gelaja Covid-19 atau bukan.

Tak Bisa Mengecap dan Membau

Gejala Covid-19 lainnya yaitu kehilangan indera penciuman dan pengecap.

Dalam hal ini, penderita tiba-tiba tidak bisa merasakan rasa dan bau.

Hal ini awalnya dilaporkan oleh British Rhinological Society dan American of Otolaryngology pada akhir Maret 2020 lalu.

Dalam laporan tersebut bukti anekdotal yang menunjukkan indera penciuman dan pengecap menjadi gejala Covid-19.

Namun, terkait hal ini para tenaga medis masih mempelajari bagaimana virus corona dapat menyebabkan hal tersebut.

Nyeri Otot

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) juga menyampaikan salah satu gejala virus corona adalah myalgia atau nyeri otot.

Brendan McLaughlin (28), seorang penjaga keamanan di Holy Name Medical Center di Teaneck, New Jersey merasakan pusing sebelum demam, kedinginan, dan nyeri otot.

Ia kemudian pergi ke ruang gawat darurat di rumah sakit tempatnya bekerja dan berpikir mungkin terserang flu.

Tes virus corona menunjukkan hasil positif. McLaughlin mengaku tak pernah merasa begitu sakit dalam hidupnya.

Tak Bergejala

Seperti diketahui, saat ini gejala virus corona ada juga yan tidak memiliki gejala.

Di Indonesia, Orang Tanpa Gejala (OTG) sudah menjadi tanda bagi orang bergejala Covid-19.

Hal ini lebih berbahaya karena kebanyakan orang tidak akan mengetahui apakah orang tersebut terkena virus corona atau tidak.

(TRIBUNNEWSWIKI/Afitria)

Artikel ini sebagian telah tayang di Wartakotalive.com dengan judul UPDATE Corona Dunia, China Cantumkan 1.290 Kematian Baru, Padahal Sebelumnya 0, Ini Penjelasannya



Penulis: Nur Afitria Cika Handayani
Editor: Melia Istighfaroh
BERITA TERKAIT

Berita Populer