Berdasarkan informasi yang dilansir oleh Tribunnewswiki dari situs Worldometers, jumlah kasus virus corona di seluruh dunia telah menembus angka 2,2 juta kasus per Jumat (17/4) pukul 11.10 WIB.
Penyebaran dan penularan virus corona masih saja terus terjadi.
Penularan virus ini juga tergolong sangat cepat.
Angka kasus terinfeksi juga masih bertambah setiap hari.
Oleh sebab itu seluruh masyarakat diimbau untuk patuh terhadap langkah pencegahan yang diambil pemerintah.
Tak hanya itu, masyarakat juga harus mengenali gejala terpapar Covid-19 jadi bisa mendeteksi sejak awal.
Gejala virus corona terus bertambah, dan ditemukan sejumlah indikasi baru.
Pada awal kemunculan wabah Covid-19 merebak, gejala yang dialami orang yang terinfeksi adalah demam, batuk, dan sesak napas.
Baca: Sempat Dipandang Berhasil Tangani Covid-19, Hokkaido Kewalahan Hadapi Gelombang Kedua Virus Corona
Baca: Inilah 16 Negara di Dunia yang Belum Terpapar Virus Corona, Ada yang Diduga Menutupi Kasus
Namun saat ini ditemukan sejumlah gejala baru yang penting untuk dikenali.
Gejala-gejala terjangkiti virus corona biasanya muncul pada periode masa inkubasi berkisar 2 sampai 14 hari setelah terpapar.
Mengutip CNN, inilah 10 tanda atau gejala kunci orang telah terinfeksi virus corona:
Sesak napas bisanya timbul sebagai tanda penyakit mencapai tahap serius.
Bisa juga muncul tanpa diiringi dengan batuk.
Para ahli menerangkan, saat dada terasa seperti diikat atau mulai merasa kesulitan untuk bernapas, ini merupakan tanda Anda harus bertindak cepat.
“Jika ada sesak napas, segera hubungi penyedia layanan kesehatan Anda, perawatan darurat setempat atau departemen darurat," ujar Presiden Asosiasi Medis Amerika Serikat, Dr. Patrice Harris.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) atau Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat telah menjabarkan tanda-tanda darurat lain saat terinfeksi Covid-19.
Tanda-tanda darurat tersebut yaitu :
- Rasa sakit terus-menerus atau tekanan di dada
- Bibir atau wajah jadi kebiruan mengindikasi kurangnya oksigen yang masuk.
Demam adalah salah satu tanda kunci dari Covid-19.
Para ahli tidak mematok berapa angka suhu demam yang dialami.
Alasannya, setiap orang bisa mempunyai suhu demam yang berbeda dari patokan suhu tubuh normal biasanya.
“Ada banyak kesalahpahaman tentang demam. Kita semua naik-turun sedikit pada siang hari sebanyak setengah atau satu derajat. Bagi kebanyakan orang 99,0 derajat Fahrenheit atau 99,5 derajat Fahrenheit bukanlah demam,” kata Dr. John Williams, Kepala Divisi Penyakit Menular Anak-Anak di Rumah Sakit Anak Pittsburgh University Medical Center.
Sedangkan, Dr. William Schaffner, seorang Profesor Kedokteran Pencegahan Penyakit Menular di Vanderbilt University School of Medicine, menyarankan, pengecekan suhu sebaiknya dilakukan pada sore dan menjelang petang.
"Salah satu gejala demam yang paling umum adalah suhu tubuh Anda naik di sore dan menjelang petang. Itu adalah cara umum virus menghasilkan demam," terang Schaffner.
Batuk adalah gejala umum dari infeksi virus corona.
Namun, batuk yang muncul bukan batuk biasa.
"Batuk itu (pada gejala Covid-19) bukan rasa geli di tenggorokanmu. Kamu tidak hanya seperti berdehem," ujar Schaffner.
Dia menjelaskan batuk akibat gejala Covid-19 sangat menganggu.
Batuk kering yang terasa seolah berasal dari sesuatu yang jauh di dalam dada.
"Itu berasal dari tulang dada Anda, dan Anda dapat mengatakan bahwa tabung bronkial Anda meradang atau teriritasi," imbuhnya.
Walaupun batuk kering menjadi tanda, namun sebuah laporan dari WHO pada Februari 2020, menyebutkan, 33 persen dari 55.924 orang dengan Covid-19 mengalami batuk berdahak atau lendir kental yang kadang disebut dahak.
Seorang koresonden CNN, Cuomo, yang menderita Covid-19, mengungkapkan, ia menggigil, tubuhnya terasa sakit, dan demam tinggi saat malam hari.
"Aku berhalusinasi, seolah ayahku berbicara denganku. Aku melihat teman-teman kuliahku, orang-orang yang tidak pernah kulihat selamanya, itu aneh," ujar Cuomo.
Walaupun begitu, beberapa ahli menyebutkan, tidak semua orang selalu mengalami reaksi parah.
Beberapa mungkin tidak menggigil dan tidak merasakan sakit apa pun.
Pasien terjangkit lain mungkin mengalami kedinginan seperti kondisi flu ringan, serta sendi dan otot pegal-pegal yang membuatnya sulit membedakan apakah itu flu atau Covid-19.
Yang perlu diperhatikan, tanda-tanda yang berpotensi sebagai gejala Covid-19 itu muncul dan tak juga hilang setelah seminggu atau lebih.
Jika terasa lebih memburuk, maka patut curiga itu merupakan gejala Covid-19, dan sebaiknya segera memeriksakan diri.
Pada beberapa pasien, saat kondisi memburuk, mengalami sejumlah kondisi darurat.
CDC memberikan peringatan, jika tubuh tidak mampu untuk bangun atau beranjak dari posisi berbaring, atau kehilangan respons, hal ini bisa jadi tanda serius jika Anda membutuhkan perawatan segera.
Saat seseorang menunjukkan gejala di atas disertai bibir biru, sulit bernapas, dan nyeri dada, maka harus segera mencari bantuan.
Pada mulanya, para peneliti tidak menganggap diare atau masalah lambung sebagai tanda Covid-19.
Namun seinring berjalannya waktu, pendapat itu pun berubah.
"Dalam sebuah penelitian di China, di mana mereka melihat beberapa pasien yang paling awal, sekitar 200 pasien, ditemukan gejala pencernaan (gastrointestinal," ujar Kepala Koresponden Medis CNN Dr. Sanjay Gupta.
Studi tersebut menunjukkan, ketika gejala awal terinfeksi, sebagian pasien terinfeksi mengalami masalah pencernaan seperti diare dan seringkali tak disertai demam.
Pasien yang mengalami masalah pencernaan kebanyakan terlambat menjalani uji Covid-19 dibandingkan pasien yang mengalami gejala sesak napas.
Penelitian itu juga menunjukkan mereka (yang mengalami gejala masalah pencernaan) membutuhkan waktu lebih lama untuk menyingkirkan virus dari tubuhnya.
Penelitian di China, Korea Selatan, dan beberapa negara lain memberikan hasil, sekitar 1 hinga 3 persen penderita Covid-19 juga mengalami gejala konjungtivitis atau mata merah muda.
Saat kondisi tersebut terjadi, maka sudah ada indikasi penularan.
Konjungtivitis terjadi akibat peradangan karena adanya virus pada lapisan jaringan tipis dan transparan yang menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata yang disebut konjungtiva.
Kondisi mata merah muda perlu dicurigai menjadi tanda viirus corona ketika diikuti beberapa tanda lain seperti demam, batuk, atau sesak napas.
Hilangnya kemampuan dalam mencium bau dan rasa bisa menjadi gejala tak biasa pada penderita Covid-19 dengan tingkatan kasus ringan hingga sedang.
Sejumlah ahli memaparkan, anosmia, yaitu hilangnya penciuman, ditemukan menjadi salah satu gejala yang dialami sejumlah pasien.
Hal tersebut membuat penderita kehilangan napsu makan.
Berdasarkan informasi dari American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery, anosmia ditemukan terjadi pada pasien positif Covid-19 yang tak mengalami gejala lainnya.
Analisis baru pada kasus ringan di Korea Selatan juga menunjukkan hal yang sama. Sekitar 30 persen pasien kehilangan kemampuan penciuman.
Di Jerman, pasien terkonfirmasi juga menunjukkan anosmia.
Orang kelelahan ekstrem bisa menjadi tanda awal virus corona.
WHO melaporkan, hampir 40 persen dari 6.000 orang positif Covid-19 mengaku seperti mengalami kelelahan.
Rasa lelah ini bahkan dapat berlanjut lama setelah virus hilang.
Laporan sejumlah penelitian menyebutkan, orang-orang yang telah pulih dari Covid-19 mengaku masih merasa kelelahan dan kekurangan energi setelah masa pemulihan beberapa minggu.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul, "10 Gejala Kunci Terinfeksi Virus Corona, Tetap Waspada karena Covid-19 Belum Reda"