Informasi Awal
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Pandji Pragiwaksono Wongsoyudo adalah seorang seniman multitalenta.
Selama berkarier di dunia hiburan, Pandji berperan sebagai aktor, penyiar radio, presenter, penulis, penyanyi rap, sutradara, dan stand up comedian (pelawak tunggal).
Pria yang dikenal dengan nama Pandji Pragiwaksono ini lahir di Singapura pada 18 Juni 1979.
Pandji Pragiwaksono adalah seorang lulusan jurusan desain produk, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Intitut Teknologi Bandung (ITB).
Pandji mengawali kariernya di dunia hiburan sebagai penyiar radio di Hard Rock FM Bandung.
Namanya mulai terkenal di dunia hiburan ketika ia menjadi presenter program acara “Kena Deh” di Trans7. (1)
Baca: Ernest Prakasa
Baca: Raditya Dika
Kehidupan Pribadi
Pandji Pragiwaksono lahir di Singapura dari pasangan Koes Pratomo Wongsoyudo dan Siti Khadijah Hassni.
Pandji menempuh pendidikan sekolah menengah di SMP Negeri 29 Jakarta dan SMA Kolese Gonzaga, Jakarta.
Lulus dari sekolah menengah, Pandji melanjutkan pendidikannya di jurusan desain produk, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung angkatan 1997.
Pandji Pragiwaksono menikah dengan Gamila Mustika Burhan pada 6 Mei 2006.
Keduanya telah dikaruniai seorang anak laki-laki dan perempuan, yaitu Wadilla Dipo Wongsoyudo dan Ourania Almashira Wongsoyudo. (2)
Baca: Petra Sihombing
Baca: Aurelie Moeremans
Pandji yang kini menjadi seorang komika ternama di Indonesia. Bahkan ia satu di antara founder komunitas Stand Up Comedy Indonesia pbersama Raditya Dika, Ernest Prakasa, Ryan Adriandhy dan Isman Suryaman.
Pandji hanya berkesempatan merasakan hidup sebagai warga Singapura hingga usianya lima tahun. Meski begitu ia sudah banyak merasakan berbagai pengalaman hidup.
Hidup di Singapura Pandji kecil sudah merasakan apa yang disebut dengan keberagaman. Terutama dalam hal agama.
"Gue lahir di Singapura 18 juni 1979, terus gue sampe umur 5 tuh di Singapura. Sampai akhirnya balik ke Jakarta," kata Pandji kepada Tribunnews.com, (10/8/2020).
"Lingkungan tempat gue lahir udah plural gitu. Singapura kan campuran ya," lanjut Pandji.
Sejak kecil sudah diajarkan berbaur dengan orang-orang yang memiliki perbedaan dengannya.
"Waktu itu bokap supaya anaknya tidak terkucil secara sosial, bokap gue ikutin gue di acara-acara natal. Bukan ikut ngerayakan tapi disuruh ikut aja ngeramein, pas umur 5 balik ke Jakarta, terus dari situ sampe gue gede di Jakarta," ungkapnya.
Pandji kecil merupakan anak dari keluarga yang berekonomi cukup.
Seolah tak ingin Pandji merasakan hidup susah, orangtuanya memilih tinggal di sebuah kawasan rumah elite saat itu. Dan menyekolahkan Pandji di Sekolah Dasar yang sangat terkemuka.
"Gua sekola SD di SD Triguna di jalan Hang Leukir. Itu adalah SD yang lokasi nggak terlalu jauh dari rumah gue saat itu. Gue waktu itu pulang dari Singapura tinggal di Jalan Simprug Golf," jelas Pandji.
6 tahun bersekolah di sekolah elite, Pandji kemudian dimasukan ke sebuah SMP negeri di Jakarta.
Pada saat itu kondisi keluarga Pandji sudah tak sama seperti sebelumnya. Perusahaan ayahnya bangkrut dan orangtuanya bercerai ketika ia duduk di bangku SMP.
"Masuk SMP gue sekolah di SMP 29 Jakarta. Itu pertama kali gue masuk sekolah negeri," ungkapnya.
Layaknya sebuah rodah kehidupan, Pandji remaja tak lagi berada di atas seperti saat masih kecil.
Terbiasa dengan sekolah swasta yang bagus dari segala sisi, Pandji kaget bukan main ketika menghadapi budaya sekolah negeri.
Dan di sinilah, Pandji yang selama ini berada di atas langit dengan segala kemewahannya. Diturunkan ke bumi bak nabi Adam dilempat ke bumi.
"Dan waktu itu ada kayak culture shock dari SD Triguna yang pada saat itu bagus kan. Gue bilang pada zaman itu, bukan berarti pada zaman sekarang tidak. Saya tidak ngerti kalau zaman sekarang," ucap Pandji diikuti tawa.
"Kulturnya beda banget, anak-anaknya lebih beragam, lebih badung. Hari pertama gue di SMP 29, gue diludahin, jadi kelas gue di bawah, tiba-tiba ada tesst (suara air netes) gitu, gue nengok ke atas gak ada apa-apa pas gue pegang bau banget. SMP 29 itu narik gue ke permukaan bumi lah gitu. Nih tuh kehidupan tuh kayak gini, gak semulus waktu lu di Triguna," ujarnya salah satu founder komunitas stand up comedy Indonesia.
Tempaan Pandji tentang nilai kehidupan semakin matang saat masuk SMA Kolase Gonzaga. Sebagai anak beragama muslim, tentu sangatlah asing ketika bersekolah di sekolah yang mayoritas Kristen.
Ada sebuah beban yang dipikul Pandji saat masuk ke SMA Kolase Gonzaga. Kala itu ayahnya yang sudah bangkrut berjuang sekuat tenaga agar ia bisa bersekolah di sana.
"Masuk SMA Kolese Gonzaga gue pikir gue nggak akan masuk dan bokap gue tuh nego tiap hari selama seminggu ke pihak sekolah dan nggak mungkin nyogok karena bokap gak punya duit habis bangkrut dan klo nyogok nggak butuh berhari-hari kan," tutur Pandji.
"Terus gue masuk dan kepala sekolah bilang 'kamu masuk tapi jangan sia-siain perjuangan bapak kamu' gitu," lanjutnya.
Ketika sudah berhasil masuk SMA Kolase Gonzaga, Pandji harus menerima jika dirinya selalu menjadi korban bully seniornya.
"Di Gonzaga sangat syok karena kulturnya keras orang hari pertama gue digebukin. Karena Gonzaga itu kultur ospeknya agak aneh, hari pertama sebagai anak kelas 1 dan belum pernah lihat hall basket pengen dong nontonin senior main basket," ungkapnya mengenang
"Tiba-tiba pintu belakang ditutup terus yang main basket pada nengok ke arah kelas 1 terus mereka teriak 1..2..3. Dan kayak tawuran kelas 1 digebukin. Jadi bayangin isi hall basket 10 plus 10 orang lagi anak-anak senior yang masuk plus beberapa belas anak-anak kelas 1," terangnya.
Berhari-hari Pandji merasakan berbagai bully di sekolah tersebut. Namun, ia tak pernah merasa tersiksa bersekolah di SMA Kolase Gonzaga.
Justru sekolah tersebut memberikan banyak pembelajaran baru pada dirinya lagi-lagi tentang perbedaan dan keseragaman.
Dengan penuh semangat Pandji berdongeng tentang bagaimana suasana SMA Kolase Gonzaga yang sulit diterima akal sehatnya. Untuk kali pertama selama belasan tahun bersekolah, baru di sekolah itu ia melihat guru dan murid main bola bersama.
"Nggak pernah liat gue di SD dan SMP guru main bola bareng sama murid. Siang tadi dimarahin di kelas, tiba-tiba di lapangan udah main bola bareng. Nah kalau ada sekolah yang punya budaya ya g kuat, Gonzaga itu salah satunya. Setidaknya dibanding sekolah-sekolah gue sebelumnya. Dan disitu gue belajar banyak hal," jelas Pandji Pragiwaksono.
Sedikit berbelok dari cerita masa sekolahnya, Pandji tertarik untuk membagikan pengalamannya menghadapi perceraian orangtuanya.
Tak banyak yang mengira di balik kesuksesan Pandji saat ini ia memiliki sebuah kenangan pahit kala menghadapi kenyataan orangtuanya harus berpisah.
Namun, Pandji enggan menjadikan perceraiannya orangtuanya sebagai alasan untuk dirinya menjadi nakal dan tak memiliki masa depan.
"Gue pribadi ngeliat perceraian orangtua gue dan ngeliat perubahan strata ekonomi itu enggak pernah dibikin sedih banget, tapi lebih kepada huft ternyata gini ya hidup itu," ucapnya.
"Gue tuh smp ya lagi bingung juga mungkin ya. Tapi gue gak pernah bener-bener sedih atau depresi. Mungkin karena meski orangtua gue cerai, mereka masih berfungsi dengan baik sebagai orangtua. Gue selalu bilang bahwa perceraian orangtua gue itu lebih kepada bukan kepada pasangan yang nggak kompak aja, tapi sebagai orangtua dua-duanya masih berjuang," jelas Pandji.
Setelah panjang lebar menceritakan bagaimana kondisinya menghadapi perceraian orangtuanya. Kini ia kembali ke cerita masa sekolahnya.
Kali ini ia menceritakan tentang masa kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB). Pandji yang langsung jatuh cinta dengan Bandung pada pandangan pertama itu memilih jurusan design produk.
"Gua kuliah di ITB di Bandung, dan gue jatuh cinta banget sama Bandung. Gua rasa tuh Bandung rasanya romantis, jalan Cipanganti tuh menurut gua jalan yang paling romantis di Indonesia," ungkapnya sembari melempar senyum
ITB membuat Pandji berani mengeluarkan isi kepalanya yang pasti bukan organ dalam melainkan ide-ide kreatif.
Dengan sedikit tersenyum, Pandji mengaku jika di perkuliahan dirinya pertama mengenal jatuh cinta dan putus cinta.
"Masuk ITB juga membuat gua berani jadi diri sendiri. Karena kampus gua kan seni rupa. Dan 4.5 tahun di sana gue belajar banyak, belajar memimpin, berkarya, belajar tampil, belajar jatuh cinta, belajar putus cinta," terangnya.
Meski mengambil jurusan design produk, Pandji banyak belajar tentang seni panggung dan bicara depan umum. Di sinilah, benih-benih stand up comedy Pandji mulai terasa.
"Gue sebenernya kuliah program studinya design produk, tapi gue seni panggung sih, belajar seni rupa, artinya tampil di atas panggun dan di depan umum. Dan menemukan ternyata gue suka berada di atas panggung di depan umum di kampus seni rupa itu yaa," jelas Pandji
Karier
Pandji Pragiwaksono mengawali kariernya di dunia hiburan sebagai penyiar radio di Hard Rock FM Bandung bersama Tike Priatnakusumah.
Selang 2 tahun, Pandji pindah ke Jakarta dan menjadi penyiar di Hard Rock FM Jakarta.
Namanya sebagai penyiar mulai dikenal lewat kolaborasinya bersama Steny Agustaf.
Pandji Pragiwaksono bekerja di Hard Rock FM kurang lebih selama 5 tahun.
Pandji mulai muncul di layar kaca Indonesia dengan membawakan acara Crush Ball. Beruntung sejak kecil Pandji sudah fasih berbahasa Inggris dan memiliki minat dengan olahraga basket.
"Abis itu pertama kali program saat temen kuliah gua, kerja di sebuah PH yang produksi sebuah acara basket namanya Crush Ball. Dia butuh host yang bisa bahasa Inggris dan ngerti basket," beber Pandji.
Dari Crush Ball mulai membuka pintu Pandji menjadi seorang entertainer di bidang presenter atau pembawa acara.
"Acara itu kalau gak salah tayangnya di TV7, akhirnya gue diajak ke TV 7 untuk beberapa program. Ada ngelenong nyok, terus gue casting utuk Kena Deh yang ternyata untuk TV7 juga," ujar Pandji.
"Makanya awal karir gua tuh di group Trans, banyak banget di sana. Jadi gue ke gedung Trans pada jaman itu udah kayak ngantor hampir setiap hari makan di situ juga," lanjutnya.
Lewat profesinya sebagai penyiar radio, Pandji mendapat kesempatan untuk menjadi presenter sebuah program acara “Kena Deh” yang tayang di Trans7.
"Program TV yang beneran bikin gua mulai dikenal kayaknya Kena Deh," ungkap Pandji.
Ingin tahu seberapa besar pengaruh program itu pada Pandji? Blak-blakan ayah dua anak itu mengakui pernikahannya dengan Gamila Mustika Burhan di tahun 2006 bisa terselenggara karena uang dari program Kena Deh!.
"Dari Kena Deh yang gue dapat adalah uang untuk pernikahan hahahaha. Saya tidak bohong," katanya sembari tertawa.
"Uang dari deal-dealan kontrak Kena Deh! yang gua jadikan modal untuk pernikahan," ucapnya.
Bagi yang bertanya-tanya apakah program tersebut settingan atau palsu. Pandji berani memotong kepalanya jika itu adalah settingan, ia menegaskan seluruh episode itu asli.
"Itu semua real, gua jamin. Potong kepala gua kalau itu ada yang bohong atau settingan, makanya syutingnya lama. Karena selain kita harus rela waktu, ada juga yang udah kita syut dia gamau ditayangin," tegas Pandji.
Lagi-lagi, kerja keras dan dedikasi yang ditunjukkan Pandji saat memandu acara Kena Deh! membuka jalannya untuk melebarkan sayap sebagai host dan presenter.
Tak hanya itu, Pandji juga dipercaya membawakan acara siaran langsung NBA di Jak TV serta kuis Hole in the Wall yang disiarkan RCTI.
"Gue sih dikenal saat di Kena Deh. Tapi Kena Deh juga ngebuka gue dikenal sama beberapa stasiun televisi. Pasca Kena Deh, banyak tawaran dari stasiun tv lain kayak SCTV, Indosiar," ucap Pandji.
"Tapi acara tv selanjutnya adalah Hole In The Wall. Pada zaman itu Hole In The Wall sukses banget, sampi ada yang mam, ada yang kids," tuturnya.
Kali ini, rejeki dari pekerjaannya itu bisa membiayai persalinan anak pertamanya bersama Gamila di tahun 2007.
"Kalau tadi Kena Deh gue dapet uang buat nikah, di Hole In The Wall gue dapat uang untuk persalinan anak pertama gue Dipo itu sekitar tahu 2007," tutur Pandji.
Tidak puas, Pandji kemudian melebarkan sayap ke dunia tarik suara.
Pada tahun 2008, Pandji mengawali debutnya sebagai seorang rapper dengan merilis album bertajuk “Provocative Proactive”.
Dalam album tersebut, Pandji berkolaborasi dengan Tompi, Steny Agustaf, dan istrinya sendiri.
Selang setahun, Pandji merilis album keduanya bertajuk “You'll Never Know When Someone Comes In And Press Play On Your Paused Life”.
Lagu yang dijagokan pada album ini adalah “Babyplum” dan “GBK” yang dibuat bersama para pengikut akun Twitter miliknya.
Pandji juga berkolaborasi dengan para penyiar di MRA Group dalam album “This is Me”.
Album ini dibuat dengan tujuan untuk amal yang diberikan kepada Yayasan Onkologi Anak Indonesia.
Pada tahun 2010, lagi-lagi Pandji merilis album bertajuk “Merdesa” dengan 14 lagu yang berisi kritikan-kritikan tentang anggota dewan.
Album ini sukses karena menggunakan strategi free lunch method.
Tak hanya ahli dalam presenting dan nge-rap, Pandji juga seorang illustrator sekaligus penulis di Kolom Komik, sebuah penerbit komik daring yang didirikannya bersama Shani Budi Pandita.
Mereka berdua juga berkolaborasi merilis komik bertajuk H2O yang rilis tahun 2011.
Selang setahun, Pandji merilis album keempatnya bertajuk 32, album ini dirilis bertepatan dengan 14 tahun lengsernya Presiden Soerhato.
Pandji berkolaborasi dengan Abenk Ranadireksa (Soulvibe) dan Davinaraja (The Extralarge).
Belum puas, Pandji menjajal kemampuan lain di dalam dirinya dengan menjadi seorang komika.
Pada 28 Desember 2011, ia mengeksekusi sendiri penampilan tunggalnya di Teater Usmar Ismail, Bhinneka Tunggal Tawa yang ditonton oleh ratusan orang.
Pandji juga merupakan pencetus hadirnya ajang kompetisi Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV.
Selain itu, Pandji mengawali debutnya di layar lebar dengan membintangi film Make Money.
Film lain yang dibintangi Pandji yaitu “Comic 8”(2014), “Dibalik 98” (2015), “Comic 8: Casino Kings” (2015), “Rudy Habibie” (2016), dan “Insya Allah Sah” (2017).
Tidak hanya berperan sebagai aktor, pada tahun 2018, Pandji menyutradarai sendiri film yang naskahnya juga ia tulis sendiri berjudul “Partikelir”.
Pandji juga sering kali menggelar stand up comedy tour tunggalnya, dunia stand up comedy kemudian membesarkan namanya.
Hal ini membawa Pandji Pragiwaksono menjadi salah satu komika ternama Indonesia yang pandai mengocok perut penonton. (3)
Baca: Calvin Jeremy
Baca: Jevin Julian
Ia juga menulis sekaligus menyutradarai film, yang terbaru adalah Partikelir. Belum cukup, Pandji masih memiliki beberapa cerita di kepalanya dan harus dikeluarkan.
"Gue masih punya cerita di kepala gua. Dan gue masa ada film nih sama MD Picture yang main Reza, Luna sama Marisa Anita," ujar Pandji.
"Setelah ini keluar, apapun hasilnya gue masih mau nyutradarain lagi, karena masih ada dua cerita yang harus keluar dari kepala gue kalau nggak keluar nggak akan jadi apa-apa nanti cuman jadi racun aja," ungkapnya.
Pandji harus menelan pil pahit kala projek film terbarunya harus tertunda karena pandemi virus corona. Seharusnya ia sudah mulai syuting pada April kemarin.
"Harusnya syuting April, karena pandemi diundur dan kami akan syuting kayaknya Septembed, dengan memberlakukan protokol Covid-19, sebentar lagi reading," ucap Pandji.
Kembali ke cerita Pandji yang menjadikan karyanya sebagai pelampiasan keresahan. Pandji berbagi cerita tentang film Partikelir yang sangat emosional baginya.
"Partikelir emosional karena yang lain cuman akting di sini gue juga nulis. Di film lain gue kerja di Partikelir gue berkarya," ungkapnya.
"Yaa di situ gue keluarin kesedihan gue karena sahabat gue meninggal tapi gak bisa gue bantu. Film Partikelir itu cerita tentang sahabat yang salah satunya kena sabu, di film itu karakter Adri berusah melakukan sesuatu yang gak pernah bisa gue lakukan kepada sahabat gue saat itu," jelas Pandji.
Itu adalah sebuah true story yang ia tuangkan dalam filmnya. Apa yang tak bisa ia lakukan di dunia nyata, coba ia tebus lewat film.
"Terinspirasi dari true story, karena intinya gua punya sahabat yang nyabut dan gue gak bisa bantu dia sampai dia meninggal. Di film Petikelir karakter Adri nolong sahabatnya dari sabu itu," bebernya.
Filmografi
- Film Layar Lebar
- Make Money (2013)
- Comic 8 (2014)
- Marmut Merah Jambu (2014)
- YouTubers (2015)
- Comic 8: Casino Kings Part 1 (2015)
- 99% Muhrim: Get Married 5 (2015)
- Single (2015)
- Comic 8: Casino Kings Part 2 (2016)
- Rudy Habibie (2016)
- Stip & Pensil (2017)
- Insya Allah Sah (2017)
- Ayat-ayat Cinta 2 (2017)
- The Underdogs (2017)
- Si Juki The Movie: Panitia Hari Akhir (2017)
- Partikelir (2018)
- Insya Allah Sah 2 (2018)
- D.O.A.: Cari Jodoh (2018)
- Mendadak Kaya (2019)
Baca: Marcello Tahitoe (Ello)
Baca: Glenn Fredly
Karya
- Nasional.Is.Me
- How I Sold 1000 CDs in 30 Days
- Menghargai Gratisan
- Merdeka Dalam Bercanda
- Berani Mengubah
- Indiepreneur
- Menemukan Indonesia
- Juru Bicara
- Septictank
Diskografi
- Provocative Proactive (2008)
- You'll Never Know When Someone Comes In And Press Play On Your Paused Life (2009)
- Merdesa (2010)
- Album 32 (2012)
- Pemanasan (2015)
- Pembalasan (2018) (4)
- Bhineka Tunggal Tawa (2011)
- Provocative Proactive (2012)
- Messake Bangsaku (2014)
- Juru Bicara (2016)
- Pragiwaksono World Tour (2019)
- Hiduplah Indonesia Maya (2019)
- Komoidoumenoi (2020)
Jadikan Rap Sebagai Pelampiasan Emosi
Jalani profesi sebagai presenter tak cukup bagi seorang Pandji Pragiwaksono. Ada keresahan yang tak bisa ia keluarkan jika hanya sebagai presenter atau host.
Gamila yang melihat Pandji gelisah dengan keresahannya itu menyarankan Pandji untuk berkarya di bidang lain, yakni menjadi seorang rapper.
"Terus sejak itu gue banyak acara tv tapi gue kehilangan diri gue untuk melakukan apa yang gue mau. Karena kan sebagai entertainer gue kerja yaa cuman ngelakuin apa yang disuruh, sementara gue mulai muncul keresahan," ungkap Pandji.
"Akhirnya di tahun 2007 pas Ramadan buat gue berkarya, dia bilang ‘tahun depan berkarya deh, kamu bikin apa aja yang kamu cita-cita. Duit kan ada nih alhamdulillah stabil’. Stand up saat itu belum ada dan belum muncul, gue mikir mau jadi rapper saat itu," jelasnya.
Memasuki usia 28 tahun saat itu, Pandji sempat penasaran apakah dirinya sudah terlalu tua untuk menjadi rapper.
"Gua sempet ngerasa ketuaan gak ya karena waktu itu umur gue 28 dan setau gue Eminem baru ngerap umur 28 Jay Z juga umur 29, gua rasa gak telat-telat amat," katanya.
Hingga akhirnya ia bertemu dengan Endru March Sukardi yang membuka jalannya untuk menjadi rapper hingga saat ini.
Setelah itu secara rutin Pandji sudah memiliki 5 buah album rap, yang beberapa di antaranya dirilis setiap tahun.
"Akhirnya gua ketemui Endru March Sukardi ngobrol soal musiknya, gua dateng ke studio dia dan jadilah album perdana gue Provokatif Proactive. Itu April 2008 album, 2009 album ke dua, 2010 album ke tiga," jelasnya.
Hingga kini rap menjadi pelarian dan pelampian emosi dan keresahan Pandji yang tak bisa ia keluarkan di tempat lain. Termasuk di stand up comedy.
"Ada banyak kerasahan dan emosi yang gak bisa gue sampaikan di stand up. Di stand up gue gak bisa marah, gue gak bisa sedih. Di album rap gue terutama yang pembalasan itu ada lagu sedih, ada kemarahan, ada ngamuk," jelasnya.
"Gue ada satu lagu judulnya Satu Lawan Banyak, gue sangat marah di lagu itu, bahkan ketika gue bawain live gue teriak bener-bener teriak sampe keluar urat sangking gue marah banget. Ada juga lagu untuk bokap gue yang udah meninggal, orang yang denger lagu itu mereka bilang nangis semua karena lagu itu termasuk gue," tutur Pandji.
Kini Pandji menjadikan setiap pekerjaannya sebagai pelepas kerasahannya. Seperti film, buku dan stand up comedy tentunya.
"Jadi setiap keresahan itu buat gue butuh tempatnya masing-masing. Ada yang di buku, di film, ada yang di rap, dan ada di stand up," bebernya.
Pertemuan Pandji dengan Stand Up Comedy
Bagi Pandji, stand up comdedy adalah pekerjaan yang selama ini ia bayangkan. Sejak kuliah yang mencari tahu apa yang bisa ia kembangkan dari bakat yang ia miliki.
Pertama kali ia mencoba peruntungannya dalam stand uo comedy adalah pada saat gelaran konser rap bulanannya.
"Gue pertama tampil di konser rap bulanan gue, itu belum tahu istilah open mic. Gue tahunya waktu itu stand up comedy, rasanya tuh gini lu pernah gak sih suka banget sama orang, suka banget, tapi kalau lu tembak, lu takut akan ditolak," ungkap Pandji.
"Gue waktu stand up pertama kali tuh gue gitu rasanya, gue begitu mencintai stand up, tapi takut kalau gue jalanin gue akan ketabrak realitas kalau ini bukan untuk gue," jelasnya.
Kala itu Pandji mencuri beberapa kesempatan jeda untuk melemparkan jokes-jokes singkat.
"Gue coba di Twitter private concert gue cuman untuk 100 orang. Di situ gue nyolong satu joke tentang Susno Duaji, bahkan jokes pertama gua itu sosial politik, itu pecah dan minggu berikutnya di bulan Mei, gua tambahin seperempat jam," terang Pandji.
"Saat itu udah kepikiran gue rekam untuk masuk YouTube. Video pertama stand up gue itu judul Video Stand Up Pandji 1-5 kalau gak salah," tuturnya.
Dari video yang dibuat Pandji, kemudian membuka jalan dirinya hingga menjadi icon stand up comedy di Indonesia.
Sebab, ia kemudian diajak oleh tim dari Kompas TV untuk menjadi bagain dari kompetisi Stan Up Comedy Indonesia atau yang disingkat SUCI.
"Video itu dilihat sama orang Kompas, mereka emang lagi mau bikin acara yang bisa narik banyak penonton," katanya.
"Akhirnya bikin acara stand up, timnya lihat video gue akhirnya gue diajak ke Stand up Kompas TV, gue ajak Raditya Dika, mereka punya Indro Warkop yaidah kita jalan dan acara itu yang meledakan skena stand up comedy," ucap Pandji.
Kini Pandji menjadi satu-satunya komika yang sudah memiliki 7 special show. Untuk yang ke tujuh yakni Komoidoumenoi akan segera digelar mulai November 2020.