Sementara itu, jumlah korban meninggal dunia mencapai 114.090 orang.
Kabar terbaru ini sejalan dengan meningkatnya angka jumlah pasien sembuh yang mencapai 421.722 orang.
Laporan data yang Tribunnewswiki.com kutip dari John Hopkins University, Senin (13/4/2020) ini juga menyebut virus corona telah menyebar ke 209 negara di dunia.
Baca: Pandemi Corona, Kemendikbud Luncurkan Belajar dari Rumah, Hari ini Tayang di TVRI, Cek Jadwalnya
China dikabarkan mengembangkan obat untuk memerangi pandemi virus corona.
Pada Februari 2020 Rumah Sakit Yuan Beijing memulai penelitian untuk kemanjuran dan keamanan obat Carrimycin.
Obat ini akan diteliti lebih lanjut dalam pengobatan infeksi virus corona jenis baru.
Dikutip dari Kompas.com, obat ini secara khusus dikembangkan untuk saluran pernapasan atas.
Baca: Kisah Ibu Rumah Tangga Hamil Terinfeksi Virus Corona Padahal Tak Ada Riwayat Bepergian, Kok Bisa?
Carrimycin diketahui telah terdaftar di Administrasi Produk Medis Nasional China.
Antibiotik baru itu dikembangkan oleh Institute Medicinal Biotehnology (Akademi Ilmu Pengetahuan Medis China) dan Shenyang Tonglian Group Co Lts.
Obat Carrimycin ini dinamai ‘Bite’.
"China memiliki hak kekayaan intelektual eksklusif dan teknologi utama dari obat ini," tulis laman Akademi Ilmu Pengetahuan Medis China.
Lalu apakah yang disebut dengan Carrimycin ini?
Pengobatan Carrimysin ini bermula pada 2003.
Baca: Tak Rayakan Upacara Paskah di Gereja, Ratu Elizabeth II: Virus Corona Takkan Kalahkan Kita
Tepatnya ketika Institute Medicinal Biotehnology dan Shenyang Tonglian Group Co Lts memprakarsai kolaborasi untuk mengembangkan perawatan ini.
Dalam rentan waktu tersebut, mereka mematenkannya di 12 negara.
Termasuk Amerika, Kanada, Uni Eropa, dan lain-lain.
Carrimycin memiliki aktivitas antibakteri yang kuat serta penghambat mikroplasma dan klamidia tanpa menunjukan resistensi.
Obat ini juga aktif melawan beberapa bakteri gram negatif (seperti clostridium difficile dan bacillus influenzae) dan jamur candida albicans.