Cuaca Panas Disebut Tak Efektif untuk Cegah Penularan Virus Corona, Begini Penjelasan Ahli

Penulis: Nur Afitria Cika Handayani
Editor: haerahr
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gambar mikroskop elektron transmisi menunjukkan coronavirus baru yang muncul dari permukaan sel manusia

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Penyebaran wabah virus corona di seluruh dunia semakin bertambah.

Berbagai upaya untuk mencegah penularan virus corona atau Covid-19 terus dilakukan.

Bahkan, menurut beberapa sumber ada yang mengatakan bahwa penyebaran virus corona diperkirakan melambat ketika memasuki musim panas.

Hal tersebut karena diketahui virus senang bertahan hidup di tempat lembab.

Keyakinan tersebut diyakini oleh masyarakat Indonesia dengan kebiasaan berjemur.

Kebanyakan masyarakat Indonesia meyakini bahwa dengan berjemur bisa mencegah virus corona.

Padahal hal ini belum terbukti kebenarannya secara ilmiah.

Baca: Terinfeksi Corona Tapi Sama Sekali Tak Bergejala, Mengapa Bisa? Begini Penjelasan Ahli

Baca: 56 Persen Pasien Positif Virus Corona di Vietnam Sembuh, Belum Tercatat Korban Meninggal, Kok Bisa?

Dikutip dari Daily Mirror, ilmuwan menjelaskan tentang keyakinan bahwa virus ini akan hilang pada musim panas.

Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional di Inggris telah menulis surat ke Gedung Putih terkait dengan kepercayaan masyarakat ini.

Dalam surat itu mereka menjelaskan tentang apakah virus corona akan berhenti menyebar di iklim yang lebih hangat.

Dalam surat tersebut tertulis, "Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa virus corona mungkin menular dengan kurang efisien di lingkungan dengan suhu dan kelembapan sekitar yang lebih tinggi."

"Namun mengingat kurangnya imunitas inang, secara global, pengurangan efisiensi penularan ini mungkin tidak mengarah, pada pengurangan penyebaran penyakit," tulisnya.

Dalam surat itu mereka juga menjelaskan tentang studi wabah di China.

Menunjukkan bahwa bahkan dalam kondisi yang hangat dan lembab virus itu masih menyebar secara eksponensial.

Oleh karena itu, peneliti meminta masyarakat untuk tidak bergantung pada cuaca hangat untuk mencegah virus corona atau Covid-19.

China resmi mengonfirmasi bertambahnya jumlah penyakit yang disebabkan karena virus corona mencapai 830 kasus dan 25 orang dilaporkan meninggal dunia (Wikimedia)

Dengan kata lain tidak ada jaminan bahwa virus ini akan berhenti menyebar pada musim panas.

Meskipun kita bisa berharap cuaca akan memberikan kontribusi pada pengurangan penularan, kita tidak bisa bergantung pada itu saja," ujar Dr William Schaffner, seorang ahli dari Vanderbilt University Medical Center.

Menurutnya, masyarakat tetap harus mengutamakan jarak sosial untuk mengurangi penularan virus corona.

"Kita tetap harus mengutamakan jarak sosial dan langkah untuk mengurangi penularan," katanya.

Sebelumnya, Donald Trump meyakinkan bahwa virus ini daat sedikit melambat pada musim hangat.

"Sepertinya pada bulan April, Anda tahu secara teori ketika iklim menjadi lebih hangat itu secara ajaib akan menghilang," ujar Donald Trump.

Baca: Ilmuwan Sebut Pengaruh Cuaca Panas Terhadap Covid-19: Hanya Memperlambat, Tidak Hentikan Penularan

Baca: Benarkah Cuaca Panas dan Sinar Matahari di Indonesia Bisa Cegah Virus Corona? Ini Penjelasan WHO

Namun ucapan Trump tidak berdasarkan fakta ilmiah akhirnya diluruskan oleh ilmuwan melalui sebuah surat yang dikirim ke Gedung Putih.

Menurut keterangan temperatur di Eropa akan naik ke 25 derajat celcius, menjelang akhir April.

Kemudian di wilayah Indonesia dan Asia yang beriklim tropis akan segera memasuki musim panas pada awal Mei.

Namun, fakta ini tidak bisa dijadikan acuan bahwa virus corona akan lenyap pada saat pergantian cuaca, yang perlu diperhatikan adalah kita tetap waspada dan utamakan keselamatan.

(TRIBUNNEWSWIKI/Afitria)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Cuaca Panas Disebut Tak Efektif untuk Cegah Penularan Virus Corona, Begini Penjelasan Ahli



Penulis: Nur Afitria Cika Handayani
Editor: haerahr
BERITA TERKAIT

Berita Populer