Kini lebih dari 913.000 orang telah terinfeksi oleh virus corona baru dan hampir 46.000 telah meninggal, sejak pertama kali terdeteksi di kota Wuhan di Cina akhir tahun lalu.
Berbagai negara telah melakukan kebijakan lockdown untuk menekan laju penularan pandemi.
Sementara itu, badan-badan dunia telah memberi peringatan, Covid-19 bisa memicu kekurangan pangan jika tidak segera diatasi, seperti diberitakan South China Morning Post, Kamis (2/4/2020).
Tedros Adhanom Ghebreyesus, Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengatakan, "sangat prihatin dengan peningkatan yang cepat dan penyebaran infeksi global."
Baca: Jenazah Pasien Covid-19 yang Dimakamkan di TPU Tidak Berbahaya, Achmad Yurianto: Justru Harus Maklum
Baca: Tetap Gelar Resepsi di Tengah Pandemi Corona, Kapolsek Kembangan Dimutasi dari Jabatannya
Kini pusat penyebaran pandemi telah bergeser dari China menjadi Amerika Serikat.
Catatan kematian paling tinggi di AS capai 884 orang dalam 24 jam, berdasarkan data Johns Hopkins University.
Total, infeksi di AS telah mencapai 215.417 dengan 5.116 kematian.
Di antara para korban adalah seorang anak berusia enam minggu di Connecticut, diyakini sebagai korban termuda dari virus.
"Pengetesan mengkonfirmasi tadi malam bahwa bayi yang baru lahir itu positif Covid-19," tulis Gubernur Ned Lamont di Twitter.
"Ini benar-benar memilukan."
Baca: Gejala-gejalan Covid-19 yang Jarang Diketahui, Bukan Hanya Batuk Kering & Sesak Napas
Baca: Ilmuwan AS Klaim Virus Corona Bisa Menjadi Penyakit Musiman: Penting untuk Kembangkan Vaksin
Sebelumnya, lansia disebut sebagai usia yang paling berisiko apabila tertular penyakt ini.
Namun baru-baru ini mulai disoroti Covid-19 dapat menimpa bahkan anak-anak muda dengan sistem kekebalan yang tampaknya kuat.
Korban tewas termasuk seorang anak berusia 13 tahun di Perancis, seorang anak berusia 12 tahun di Belgia, dan Bocah berusia 13 tahun di Inggris.
Diberitakan sebelumnya, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong memberi sorotan tersendiri pada AS.
Lee Hsien Loong mengatakan akan sangat disayangkan jika Amerika Serikat gagal memanfaatkan dan sumber dayanya yang besar untuk memimpin upaya global untuk mengatasi pandemi Covid-19.
Hal itu disampaikan dalam sebuah wawancara langsung dengan CNN, Minggu (29/3/2020) waktu setempat.
Dilansir TribunnewsWiki.com dari South China Morning Post, pemimpin negara kota Asia Tenggara itu juga mengecam aksi saling menyalahkan AS-Cina.
Baca: Jadi Negara COVID-19 Terbanyak di Dunia, Amerika Serikat kini Kewalahan hingga Minta Bantuan Korsel
Baca: Dokter Amerika Ungkap Negaranya Kewalahan Atasi COVID-19, Sebut Bisa Jadi Seperti Italia
PM Singapura mengatakan aksi kedua negara itu tidak akan membantu dunia menyelesaikan masalah.
Padahal beberapa negara ingin melihat kepemimpinan atau sekadar peran AS dalam mengatasi pandemi ini.
Sebaliknya, pendekatan yang dilakukan oleh Singapura, Hong Kong, Taiwan, dan Korea Selatan dalam menguji dan melacak orang yang terinfeksi Covid-19 dipandang sebagai pelajaran bagi seluruh dunia.
Cina, yang perlahan pulih setelah menanggung beban paling awal dari wabah itu, kini mulai menegaskan perannya dalam mengatasi pandemi.
Peran itu diwujudkan dengan membagikan sumbangan pasokan medis kepada puluhan mitra dagangnya.
Baca: HOAX, Perdana Menteri Italia Menangis Karena Telat Lockdown, Tenyata Ini yang Sebenarnya
Lee, berbicara kepada Fareed Zakaria (CNN) melalui tautan video, mengatakan ia ingin melihat kepemimpinan Amerika tentang situasi tersebut.
"Ya tentu saja. Anda memiliki sumber daya, Anda memiliki ilmu pengetahuan, Anda memiliki pengaruh, Anda memiliki kekuatan lunak, dan Anda memiliki rekam jejak dalam menangani masalah-masalah ini dengan meyakinkan dan berhasil, dan dalam kebaikan yang lebih besar di banyak negara, bukan hanya AS," Kata Lee.
"Sangat disayangkan untuk tidak menggunakan sumber daya itu untuk bekerja sekarang untuk menghadapi tantangan yang sangat berat ini bagi umat manusia".
Perang saling tuding antara Washington dan Cina atas siapa yang harus disalahkan tentang pandemi adalah "situasi yang paling disayangkan", kata Lee.
“Dalam situasi terbaik akan ada tantangan yang sangat sulit bagi umat manusia. Tetapi jika AS dan Cina bertukar penghinaan dan menyalahkan satu sama lain karena menemukan virus dan membiarkannya lepas di dunia, saya tidak berpikir bahwa itu akan membantu kami memecahkan masalah lebih cepat, "katanya.
Baca: Ilmuwan AS Klaim Virus Corona Bisa Menjadi Penyakit Musiman: Penting untuk Kembangkan Vaksin
Baca: Peneliti Menguji 69 Obat untuk Atasi Covid-19, Mulai dari Obat Malaria hingga Obat untuk Skizofrenia
Lee, yang negaranya telah muncul dalam beberapa tahun terakhir sebagai satu di antara mitra strategis terpenting Washington di Asia Tenggara, mengisyaratkan bahwa negara-negara dapat berbalik ke tempat lain jika Amerika tidak mau memimpin perang melawan virus.
"Dunia telah sangat diuntungkan dari kepemimpinan Amerika dalam situasi seperti ini selama beberapa dekade," kata Lee.
"Tetapi jika Amerika berada dalam mode yang berbeda, ya, kita akan bertahan dan saya pikir konfigurasi lain pada akhirnya akan berhasil tetapi itu akan menjadi kerugian," kata perdana menteri.