Pemdes Purbalingga Ambil Tindakan "Local Lockdown" dan Suplai Kebutuhan Warganya Rp50 Ribu Per Hari

Penulis: Ika Wahyuningsih
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemerintah Desa Gunungwuled, Kecamatan Rembang, Purbalingga, Jawa Tengah menerapkan local lockdown untuk mengantisipasi penyebaran virus corona (Covid-19), Sabtu (28/3/2020).

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Banyak kebijakan pemerintah diambil guna memutus rantai penyebaran virus corona.

Pemerintah Indonesia mengambil langkah untuk menerapkan social distancing dan menerapkan kebijakan work from home (wfh) selama dua pekan.

Dalam rangka untuk pemutusan mata rantai penyebaran virus corona, Pemerintah Desa (Pemdes) Gunungwuled, Kecamatan Rembang, Purbalingga, Jawa Tengah, mengambil langkah yang perlu diacungi jempol.

Baca: H-2 Pendaftaran SNMPTN 2020 untuk KIP Kuliah, Segera Daftar Sebelum Ditutup!

Baca: Gunung Merapi Meletus Pada Sabtu Malam, Ahli: Akan Sering Terjadi Letusan, Namun Tidak Berbahaya

Pemdes Gunungwuled, Kecamatan Rembang,P urbalingga, Jawa Tengah, mengambil kebijakan untuk memotong akses masuk dan keluar satu dusun di wilayahnya.

Pemasangan portal di satu-satunya jalan dusun dibuat untuk menghalau seluruh kendaraan yang akan melintas.

Hal ini dilakukan agar warga tetp patuh dengan program social distancing .

Tak hanya itu saja, pemdes juga mengalokasikan sejumlah pos di Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) untuk menanggung biaya hidup seluruh warga dusun.

"Betul kami local lockdown satu dusun, Dusun Bawahan," kata Kepala Desa Gunungwuled, Nashirudin Latif ketika dihubungi Kompas.com, Sabtu (28/3/2020).

Latif menjelaskan mengenai pengambilan keputusan ini menyusul keluarnya hasil swab salah satu warga dusun yang dinyatakan positif virus corona (Covid-19) pada Rabu (25/3/2020).

"Ada satu warga yang baru pulang dari Jakarta dalam kondisi sakit, sempat dirawat di RSUD Goeteng dan dipulangkan karena kondisinya membaik, tapi beberapa hari setelahnya baru keluar hasil swab dan positif corona," terang Latif.

Latif mengatakan, setelah dipulangkan dari rumah sakit, pasien itu diminta untuk karantina mandiri selama tiga hari di rumah.

Akan tetapi, karena budaya solidaritas warga desa yang masih kental, tetangga, sanak saudara dan teman sejawat korban datang menjenguk ke rumah.

Kehebohan terjadi saat masyarakat mengetahui jika pasien tersebut divonis positif virus corona.

Orang-orang yang datang membesuk dan merasa berinteraksi langsung dengan pasien tersebut khawatir tertular virus.

"Kami secara mandiri melakukan tracking dengan siapa saja korban ini berinteraksi langsung dan menemukan sedikitnya 90 orang dari 30 Kepala Keluarga (KK) di tiga dusun," terangnya.

Terkait hal tersebutlah Kepala Desa mengambil langkah untuk menutup total akses di Dusun Bawahan, tempat tinggal pasien positif.

Warga diminta untuk mengisolasi mandiri di dalam rumah hingga 14 hari untuk mencegah penyebaran virus agar tidak menjadi wabah.

"Kami mendapat desakan dari warga untuk mengambil tindakan local lockdown, kami juga sudah konsultasikan kepada Bupati Purbalingga dan mendapat dukungan," jelasnya.

Pemdes akan menanggung biaya hidup warga yang isolasi mandiri sebesar Rp 50.000 per KK per hari supaya warganya tetap fokus dan taat dengan program social distancing.

"Biaya hidup dari 30 KK selama 14 hari, jadi total sekitar Rp 21 juta. Akan dialokasikan dari APBDes, tapi dari hasil konsultasi dengan bupati katanya mau di back up," katanya.

Baca: Dirawat di Rumah Sakit karena Bronkitis, dr. Tirta Jadi PDP Covid-19, Titipkan Ini ke Anies Baswedan

Baca: Mulai 31 Maret, Wali Kota Tasikmalaya Terapkan Karantina Wilayah, Kendaraan Umum Dilarang Masuk

Halaman
12


Penulis: Ika Wahyuningsih
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
BERITA TERKAIT

Berita Populer