Italia Jadi Negara dengan Kasus Kematian Virus Corona Terbanyak di Dunia, Ternyata Ini Alasannya

Penulis: Abdurrahman Al Farid
Editor: Archieva Prisyta
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Para pekerja medis membawa seorang pasien di bawah perawatan intensif ke rumah sakit sementara Columbus Covid 2 yang baru dibangun pada 16 Maret 2020 untuk para pasien coronavirus di Gemelli di Roma.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Italia kini menjadi negara dengan kasus kematian paling banyak akibat paparan virus corona.

Dilansir oleh Worldmeter pada 23 Maret 2020 lebih dari 59.100 orang di Italia terinfeksi virus corona.

Sementara itu, jumlah pasien meninggal adalah 5.476 kasus.

Bahkan, Italia mencetak rekor tertinggi dengan 627 kasus kematian dalam 24 jam.

Kasus tersebut tentunya melebihi China yang merupakan negara pertama yang terjangkit Covid-19 ini.

China sendiri memiliki jumlah orang terinfeksi dua kali lipat, yakni 81.093 kasus.

Namun, jumlah kematiannya 3.270 kasus.

Baca: Lawan Virus Corona, McDonalds Tutup Seluruh Gerainya di Inggris dan Irlandia

Baca: Dukung Pemerintah Perangi Corona, Surya Paloh Pinjami 188 Kamar Hotel Mewah untuk Tenaga Medis

Hal ini berarti angka kematian di Italia mencapai 8 persen, dibandingkan China yang hanya 4 persen.

Sementara itu, Indonesia juga memiliki tingkat angka kematian yang tinggi.

Per 22 Maret 2020 pukul 15.52 WIB, terdapat 514 kasus konfirmasi dengan jumlah kematian 48 kasus dan 29 kasus sembuh.

Sebanyak 437 kasus berada dalam perawatan.

Alasan Tingkat Kematian Tinggi di Italia

Mengutip dari Kompas.com, Prof Walter Ricciardi, juru bicara Menteri Kesehatan Italia, mengatakan bahwa tingginya angka kematian di negara tersebut disebabkan oleh demografinya.

Italia merupakan negara yang memiliki populasi manula terbanyak kedua di dunia.

“Usia pasien yang meninggal di rumah sakit mayoritas adalah manula, dengan rata-rata usia 67 tahun,” tutur Ricciardi, dikutip dari Telegraph, Senin (23/3/2020).

Para staf di Rumah Sakit Palang Merah Wuhan, China, Sabtu (25/1/2020), menggunakan pelindung khusus, untuk menghindari serangan virus corona yang mematikan. (AFP/HECTOR RETAMAL)

Sebuah studi yang dilakukan oleh JAMA Network baru-baru ini menyebutkan bahwa hampir 40 persen infeksi dan 87 persen kematian di Italia terjadi pada pasien dengan usia lebih dari 70 tahun.

Kemudian, tingginya populasi manula berpengaruh terhadap terbatasnya fasilitas di rumah sakit yang tersebar di negara tersebut.

Pasien yang berusia lanjut memiliki kebutuhan untuk fasilitas yang memadai dan lengkap.

Jaringan rumah sakit di Italia kewalahan menghadapi hal ini.

Selain itu, Ricciardi juga menyebutkan bahwa tingginya mortality rate di Italia disebabkan oleh cara dokter atau petugas medis menghitung angka kematian.

“Pasien yang meninggal di rumah sakit yang menangani virus corona dihitung sebagai pasien meninggal karena virus corona itu sendiri,” tuturnya.

Ricciardi menuturkan bahwa berdasarkan reevaluasi yang dilakukan oleh National Institute of Health, hanya 12 persen dari total pasien yang meninggal karena virus corona.

“Sementara 88 persen pasien memiliki setidaknya satu penyakit bawaan. Banyak yang memiliki dua atau tiga,” tambahnya.

Baca: Update Pasien Virus Corona 23 Maret 2020: Total 335.997 Kasus, 98.330 Sembuh,14.641 Orang Meninggal

Baca: Pandemi Corona Tak Kunjung Reda, Liga Italia Terancam Mundur Lagi atau Dibatalkan

Skeptisisme terhadap Data

Para ilmuwan lainnya juga memiliki skeptisisme terhadap data kematian di Italia.

Martin McKee, Profesor of European Public Health di London School of Hygiene and Tropical Medicine, menyebutkan bahwa negara tersebut belum memiliki perhitungan terhadap gejala ringan virus corona.

Jika lebih banyak tes dilakukan kepada orang yang asimptomatik (tidak menunjukkan gejala), maka angka kematian dirasa akan menurun.

“Terlalu dini untuk membandingkan Italia dengan negara-negara lain di Eropa. Kita tidak tahu berapa banyak orang asimptomatik yang menyebarkan virusnya,” tambah ia.

Ilmuwan lain memiliki pemikiran adanya faktor lain terkait tingginya angka kematian akibat virus corona di Italia.

Faktor ini termasuk angka yang tinggi terhadap konsumsi rokok dan polusi udara.

Para pekerja medis membawa seorang pasien di bawah perawatan intensif ke rumah sakit sementara Columbus Covid 2 yang baru dibangun pada 16 Maret 2020 untuk para pasien coronavirus di Gemelli di Roma. (ANDREAS SOLARO / AFP)

Hal tersebut berdasarkan data bahwa mayoritas pasien yang meninggal berasal dari wilayah Lombardy bagian utara, yang memiliki kualitas udara cukup buruk dibandingkan wilayah lainnya.

Dr Mike Ryan selaku Health Emergencies Programme Executive Director dari WHO menyebutkan bahwa para dokter di Italia kewalahan menangani pasien sebanyak itu.

“Dokter di Italia tidak hanya melayani satu atau dua pasien, melainkan sampai 1.200 pasien,” tuturnya.

Kondisi ini diperburuk karena banyak petugas medis yang terinfeksi dan harus mengisolasi diri.

Sebanyak 2.000 petugas medis di Italia terinfeksi virus corona sejauh ini.

“Dibandingkan dengan negara-negara lainnya di Eropa, Italia memiliki jumlah ventilator dan petugas medis yang sangat sedikit,” tuturnya.

Baca: Kini Jadi Harapan Dunia, Inilah 3 Langkah Strategis yang Dilakukan China untuk Atasi Virus Corona

Baca: Rahasia Sederhana Vietnam Sembuhkan Seluruh Pasien Virus Corona, Bisa Diterapkan di Indonesia

(Kompas.om/Sri Anindiati Nursastri)(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Farid)

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengapa Banyak Pasien Covid-19 Meninggal di Italia?"



Penulis: Abdurrahman Al Farid
Editor: Archieva Prisyta
BERITA TERKAIT

Berita Populer