Inilah Perbedaan Antara Rapid Test dengan Tes Corona yang Menggunakan Spesimen Saliva

Penulis: Restu Wahyuning Asih
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bentuk Virus Corona di dalam tubuh manusia yang dilihat melalui mikroskop canggih

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Pemerintah kini tengah mencanangkan pembelian 500 ribu alat rapid test virus corona dari China melalui PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI).

Pembelian tersebut diungkap oleh Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga setelah pihaknya mengantongi izin dari Kemenkes.

Kemudian, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga  telah menginstruksikan agar segera dilakukannya tes mahal untuk mendeteksi adanya Covid-19 di Indonesia.

Rapid test tersebut berguna untuk mendeteksi secara dini atau lebih awal seseorang yang mengalami gejala-gejala yang ditimbulkan oleh virus corona.

Juru Bicara Pemerintah, Achmad Yurianto, mengatakan kalau metode rapid test serupa dengan tes masal yang bisa memastikan status positif kepada pasien berstatus ODP dan PDP.

Baca: Panic Buying karena Covid-19, Petugas Medis Inggris Tak Kebagian Makanan: Toko Kosong Kehabisan Stok

Mengenal Rapid Test

Prof Wei Huang, salah satu pimpinan dari peneliti di Departemen Ilmu Teknik Universitas Oxford dan Pusat Penelitian Lanjut Oxford (OSCAR), mengungkapkan kalau rapid test adalah metode tes baru yang dapat mendeteksi virus secara khusus dari pengenalan fragmen RNA dan RNA Covid-19.

Penggunaan rapid test ini memiliki pemeriksaan bawaan yang mengurangi risiko munculnya hasil tes positif atau negatif yang palsu.

Rapid test juga dikenal memiliki akurasi yang tinggi dibanding dengan tes corona sebelumnya.

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa rapid test ini bekerja dengan cepat dan tidak memerlukan instrumen yang rumit.

Kalau sebelumnya, untuk mengetahui hasil positif atau negatif dari pasien membutuhkan waktu selama 90-120 menit bahkan sehari, rapid test ini mampu memberikan hasil hanya dalam setengah jam saja.

Yurianto juga mengungkapkan fakta-fakta rapid test yang akan digunakan di Indonesia, salah satunya adalah cara pengambilan sampel.

Nantinya, rapid test ini akan menggunakan spesimen darah yang diambil dari pasien, bukan lagi menggunakan sampel saliva.

"Karena rapid test ini menggunakan spesimen darah dan bukan tenggorokan atau kerongkongan (seperti tes corona sebelumnya). Tetapi menggunakan serum darah yang diambil dari darah (pasien)," kata Yuri, Kamis (19/3/2020).

Baca: Kantongi Izin Kemenkes, Alat Rapid Test Corona Tiba di Indonesia: Bakal Disalurkan ke RS Rujukan

Penggunaan metode tes masal rapi test ini pun tidak membutuhkan pemeriksaan laboratorium pada bio security 2, yang mana rapid test menjadi tes simpel yang bisa dilakukan di rumah sakit mana saja di seluruh Indonesia.

Namun, dalam penelitian terbaru, pasti ada keunggulan dan kelemahan dari suatu hal.

Rapid test ini membutuhkan reaksi dari imunoglobin pasien yang terinfeksi virus corona paling tidak seminggu setelah diketahui gejala-gejala Covid-19.

Karena jika pasien belum terinfeksi atau sudah terinfeksi selama kurang dari seminggu, kemungkinan bacaan imunoglobinya akan negatif.

Diketahui, total pasien positif virus corona hingga 19 Maret 2020 berjumlah 308 orang.

Penambahan tersebut berada di wilayah DKI Jakarta dengan 52 kasus baru, sedangkan untuk jumlah pasien sembuh ada 15 orang dan meninggal dunia 25 orang.

Halaman
12


Penulis: Restu Wahyuning Asih
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
BERITA TERKAIT

Berita Populer