Museum Kebangkitan Nasional
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Museum Kebangkitan Nasional (Museum of National Awakening) adalah gedung yang dibangun sebagai monumen tempat lahir dan berkembangnya kesadaran nasional, juga ditemukannya organisasi pergerakan modern pertama kali dengan nama Boedi Oetomo.
Sebelum menjadi museum, bangunan ini dahulunya adalah sekolah kedokteran yang didirikan oleh Belanda dengan nama School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) atau Sekolah Dokter Bumiputera.
Museum ini terletak tidak jauh dari Pasar Senen, tepatnya di Jalan Abdurrahman Saleh Nomor 26, sebelum RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat. (4)
Baca: Museum Ullen Sentalu
Baca: Museum Gunung Merapi
Latar Belakang
- Museum Kebangkitan Nasional merupakan museum sejarah yang koleksinya berkaitan dengan benda-benda bersejarah yang juga berkaitan dengan sejarah kebangkitan nasional.
Museum ini berada dalam kompleks Gedung Kebangkitan Nasional.
Gedung Kebangkitan Nasional memuat gedung-gedung bersejarah di DKI Jakarta yang dilindungi oleh Undang-Undang RI No 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.
Gedung Kebangkitan Nasional (Ex-Stovia) mulai dibangun sejak tahun 1899 dan selesai pada 1901.
Kemudian pada Maret 1902 diresmikan pemakaiannya untuk STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen), yaitu Sekolah Kedokteran untuk orang-orang Bumiputera yang berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia.
Para pelajar STOVIA diharuskan tinggal di asrama yang berada di dalam gedung itu juga hingga selesai masa pendidikan.
Pelajar yang diterima di STOVIA adalah para siswa lulusan EuropeescheLagere School (ELS) atau sederajat.
Pada tahun 1920, pendidikan STOVIA pindah ke gedung baru di Jalan Salemba Nomor 6, karena gedung lama tidak memadai lagi untuk pendidikan kedokteran.
Namun, untuk asramanya tetap menggunakan gedung lama.
Kepindahan pendidikan STOVIA tidak dilakukan sekaligus, melainkan bertahap.
Pada tahun 1925, Gedung STOVIA digunakan untuk pendidikan MULO (Setingkat SMP), AMS (Setingkat SMA), dan Sekolah Asisten Apoteker hingga tahun 1942.
Gedung ini juga digunakan untuk tempat penampungan bekas tentara Belanda sebagai tawanan perang.
Setelah Indonesia merdeka, sejak tahun 1945 hingga 1973 gedung ini ditempati oleh masyarakat Ambon.
Mengingat Gedung Ex-Stovia merupakan gedung bersejarahmakan pada April 1973 Pemerintah DKI Jakarta melakukan pemugaran pada gedung tersebut.
Seluruh penghuninya dipindahkan secara baik dan setelah selesai pemugaran gedung ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 20 Mei 1974 dengan nama Gedung Kebangkitan Nasional. (1)
Baca: Museum Dirgantara Mandala
Baca: Museum Tsunami Aceh
Peristiwa Penting
- Pertemuan antara dr. Wahidin Soedirohoesodo dengan R. Soetomo dan M. Soeradji. (Akhir Tahun 1907)
- Perkumpulan Budi Utomo yang didirikan oleh para pelajar STOVIA di bawah pimpinan R. Soetomo. (20 Mei 1908)
- Berdirinya 'Tri Koro Dharmo' yang kemudian pada tahun 1917 berubah nama menjadi 'Jong Java'. (7 Maret 1915)
- Berdirinya 'Jong Ambon' dan 'Jong Minahasa'. (1918)
- Gedung Ex-STOVIA mulai dipugar oleh Pemda DKI Jakarta. (6 April 1973)
- Pemugaran selesai dan diresmikan oleh Presiden Soeharto menjadi 'Gedung Kebangkitan Nasional'. (20 Mei 1974)
- Pengelolaan gedung dialihkan dari Pemda DKI Jakarta ke pemerintah pusat (dalam hal ini Depdikbud). (27 September 1982)
- Penetapan Gedung Kebangkitan Nasional (Ex-STOVIA) sebagai cagar budaya. (12 Desember 1983)
- Dikeluarkan SK Mendikbud No. 030/0/1984 tentang penyelenggaraan sebuah museum di dalam Gedung Kebangkitan Nasional, dengan nama 'Museum Kebangkitan Nasional'. (7 Februari 1984)
- Seluruh perkantoran swasta dipindahkan karena digunakan untuk pengembangan museum (September 1992)
- Museum Kebangkitan Nasional bertanggung jawab kepada Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata. (13 Desember 2001)
- Hingga saat ini Museum Kebangkitan Nasional menjadi Unit Pelaksana Teknis di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2012) (3)
Koleksi
Koleksi Museum Kebangkitan Nasional meliputi benda-benda bersejarah dalam bentuk foto, replika, lukisan, patung, diorama, maket, dan peralatan perang yang berkaitan dengan sejarah perjuangan bangsa.
Ada pun sistematika penataan benda-benda koleksi tersebut disusun menurut periodisasi sejarah perjuangan sebagai berikut:
Saat memasuki ruangan ini pengunjung akan berkenalan dengan sejarah Nusantara yang dijajah oleh bangsa barat, mulai dari Portugis, Inggris, hingga Belanda.
Penjelasan di ruangan ini mencakup rentang waktu awal datangnya penjajah hingga adanya perlawanan rakyat yang sifatnya masih kedaerahan.
Misalnya, Pangeran Diponegoro yang menjadi pemimpin perang di daerah Jawa dan Sultan Hasanuddin yang memimpin perang di daerah Kerajaan Gowa Tallo.
Ruangan Sejarah Museum Kebangkitan Nasional ini menggambarkan awal mula munculnya gerakan nasional dalam menghadapi penjajah setelah sebelumnya hanya berbekal kekuatan kedaerahan saja.
Dalam peristiwa ini, STOVIA memiliki kaitan yang erat dengan gerakan ini.
Ruangan ini mengisyaratkan kesadaran manusia-manusia di Nusantara dalam membentuk konsep bernegara dan berbangsa pada masa itu.
Orang-orang di daerah-daerah jajahan Belanda pun sadar bahwa mereka harus bersatu untuk melawan penjajah, meski berbeda suku, agama, pulau, dan berbagai latar belakang lainnya.
Semua ini tidak lepas dari perjuangan R.A. Kartini, Dewi Sartika, Wahidin Soediro Hoesodo, dan sebagainya.
Ruangan ini menghadirkan gambaran pergerakan nasional pada masanya, dimulai dari awal berdirinya organisasi-organisasi nasional di Indonesia, seperti Boedi Oetomo, Indische Partij, Muhammadiyah, dan sebagainya.
Gambaran tersebut dituangkan ke dalam bentuk diorama yang disajikan dengan menarik. (2)