Gempa terjadi tepatnya pada pukul 17.18 WIB dan dapat dirasakan hingga wilayah Panggarangan, Bayah, dan Citeko dengan kekuatan II-III Skala MMI.
Sedangkan getaran dapat dirasakan hingga IV-V Skala MMI di wilayah Cikidang, Ciambar, dan Cidahu.
Dikutip dari laman bmkg.go.id, skala MMI atau Mercalli adalah satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi, dengan ketentuan sebagai berikut:
- I MMI: getaran tidak dirasakan kecuali dalam keadaan luarbiasa oleh beberapa orang.
- II MMI: getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
- III MMI: getaran dirasakan nyata dalam rumah dan terasa seakan-akan ada truk berlalu.
- IV MMI: pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi.
Gempa yang bersumber dari darat 13 km Timur Laut Sukabumi tersebut mengakibatkan sejumlah bangunan dan rumah penduduk dikabarkan mengalami kerusakan ringan-sedang.
Baca: INFO GEMPA HARI INI: Gempa 5 SR Guncang Kabupaten Sukabumi, Getarannya Dirasakan hingga Jakarta
Baca: Kabupaten Sukabumi
Gempa bumi yang mengguncang Sukabumi, Jawa Barat Selasa (10/2/2020) diinformasikan diakibatkan oleh adanya aktivitas sesar aktif.
Dilansir oleh Kompas.com, informasi tersebut disampaikan oleh Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono.
“Hasil analisis menunjukkan bahwa gempa ini diakibatkan oleh aktivitas slip atau pergeseran blok batuan kulit bumi secara tiba-tiba,” ujarnya ketika dihubungi Kompas.com, Rabu (11/3/2020)
Daryono menyebut, berdasarkan peta zonasi sumber gempa di wilayah Jawa Barat tampak bahwa lokasi episenter gempa berada di zona Sesar Citarik.
Tepatnya pada koordinat 6,81 LS dan 106,66 BT, di daratan Kecamatan Kalangpanunggal, Sukabumi.
Menurut Daryono, dilihat dari bentuk gelombang gempa (waveform) tampak jelas adanya gelombang geser yang cukup nyata dan kuat.
Catatan selisih waktu tiba gelombang pressure (P) dan Shear (S) hanya 6 detik yang memberi petunjuk bahwa gempa yang terjadi merupakan gempa lokal.
“Gempa semacam ini biasa dikenal sebagai gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang dipicu aktivitas sesar aktif,” lanjut Daryono.
Berdasarkan hasil analisis mekanisme sumber, Daryono menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan mendatar (strike-slip-fault).
Menurutnya, dilihat dari kondisi geologi dan tataan tektonik di wilayah Jawa barat bagian selatan ada dugaan bahwa sesar tersebut memiliki pergeseran ke kiri.
Dijelaskan oleh Daryono, gempa yang terjadi Selasa (10/3/2020) tersebut memiliki magnitudo terkuat di Jawa Barat sejak 19 tahun terakhir.
Daryono menyampaikan beberapa pembelajaran yang bisa diambil dari kasus gempa Sukabumi tersebut adalah mengenai pemetaan sesar aktif.
Sebagai negara dengan banyak sebaran sesar aktif, pemetaan juga dapat digunakan untuk mengkaji mitigasi dan perencanaan wilayah.
Tak hanya itu, Daryono juga menegaskan pentingnya mewujudkan bangunan tahan gempa di kawasan terdampak sesar aktif.