Anne Avantie
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Sianne Avantie lahir di Semarang pada 20 Mei 1954 merupakan seorang perancang busana Indonesia yang dikenal dengan berbagai koleksi kebaya batik hasil karyanya.
Karya-karya kebaya milik Avantie telah dikenal tidak hanya dalam skala nasional, tetapi juga skala internasional.
Kebaya-kebaya hasil rancangan Avantie juga sering kali dikenakan oleh para selebritis Indonesia hingga selebritis dunia, salah satunya dalam ajang Miss Universe. (1)
Baca: Muhammad Iman Usman
Baca: Nurhayati Subakat
Kehidupan Pribadi
Sianne Avantie atau yang lebih dikenal dengan nama Anne Avantie lahir di Rumah Sakit Bunda Semarang pada 20 Mei 1954.
Wanita keturunan Tionghoa ini menghabiskan masa kecilnya di Kota Surakarta, Jawa Tengah.
Anne lahir dari pasangan Hari Alexander dan Amie Indriati, kedua orang tuanya merupakan pengusaha dalam bidang masing-masing.
Ayahnya adalah seorang pengusaha otomotif, membuka bengkel untuk variasi mobil, sedangkan ibunya seorang pengusaha salon kecantikan.
Anne menikah dengan Yoseph Susilo pada tahun 1991, hingga kini keduanya telah dikaruniai tiga orang anak, yaitu Intan Avantie, Ernest Christoga Susilo dan Ian Tadio Christoga Susilo.
Ibu tiga orang anak ini merupakan anak ke-22 dari 24 bersaudara. (2)
Baca: Mooryati Soedibyo
Baca: Merry Riana
Awal Karier
Sejak duduk di bangku sekolah dasar, Anne telah menunjukkan ketertarikannya pada bidang mode.
Hal ini terlihat saat Anne membuat hiasan pita rambut yang kemudian ia jual pada teman-temannya.
Rupanya kemampuan tersebut didapat Anne dari ibunya yang juga seorang penjahit.
Beberapa kali Anne Avantie dipercaya untuk membuat kostum panggung bagi grup vokal dan tari sekolah dan berbagai acara hiburan remaja di Solo.
Namun, pendidikannya yang berhenti di tingkat Sekolah Menengah Pertama sempat membuatnya tidak percaya diri dan berputus asa.
Anne merasa sedih dan ingin menyalahkan keadaan karena memiliki segala keterbatasan dan terlahir dari keluarga yang bermasalah.
Tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan, Anne Avantie memutuskan untuk berusaha bangkit kembali dan berhenti meratapi hidup.
Anne berusaha untuk meyakinkan diri bahwa keterbatasan yang dimilikinya seharusnya tidak boleh menjadi batasan yang menghambat dirinya untuk maju di masa depan.
Ia berprinsip bahwa meskipun ia lahir dari keluarga bermasalah, ia tidak boleh membesarkan anak-anaknya kelak dalam keluarga yang bermasalah pula.
Anne bekerja keras untuk menghidupi dirinya serta keluarganya.
Bahkan salah seorang anaknya, Intan Avantie, kini mengikuti jejak Anne menjadi seorang perancang kebaya.
Sebelum menjadi perancang busana, Anne juga pernah mengalami jatuh bangun mulai dari berjualan mangga hingga menjadi SPG (Sales Promotion Girl) produk kosmetik. (4)
Baca: Jihane Almira
Baca: Kevin Gomes
Karier Perancang Busana
Tahun 1989, Anne Avantie merasa terpanggil untuk kembali menekuni dunia mode yang telah menjadi minatnya sejak kecil.
Anne memulai kariernya sebagai perancang busana dari sebuah rumah kontrakan yang diberi nama “Griya Busana Permatasari” dan hanya bermodalkan dua buah mesin jahit.
Meski begitu, hal ini dilakoninya dengan tekun dan sungguh-sungguh memulai usahanya dari nol tanpa berbekal pengetahuan mendesain sama sekali.
Semua hal dalam dunia mode dipelajarinya secara otodidak dengan bermodalkan intuisi dalam mendesain karena belum memahami cara membuat pola atau menggambar desain, hal-hal yang biasa dilakukan oleh seorang penjahit sebelum memulai membuat pakaian.
Biasanya Anne hanya bermodalkan seutas kain kebaya dan patung manekin untuk membuat desain.
Kemudian Anne akan memotong langsung kain tersebut dan inspirasi untuk mendesain mengalir begitu saja.
Awalnya, usaha Anne ini dimulai dengan membuat kostum penari dan berbagai busana malam yang berciri khas manik-manik, dan juga menyewakan kostum tari.
Lambat laun, setelah berbekal pengetahuan yang cukup dalam berbisnis, Anne mulai memberanikan diri untuk mencoba peruntungan dengan memperkenalkan karyanya ke Jakarta.
Namun, proses tersebut nyatanya tidak mudah, suami dan ketiga anaknya selalu mendukung penuh apa yang dilakukan Anne.
Hingga akhirnya, perlahan tapi pasti, ia mendapat tempat tersendiri di hati pecinta kebaya dan dalam industri mode.
Namanya mulai melambung dan dikenal sebagai perancang kebaya kondang Indonesia dengan rancangan yang begitu prestis dan bernilai tinggi.
Hal itu dilakukannya ketika ia melakukan gebrakan dengan memperkenalkan rancangan kebaya kontemporer dengan potongan asimetris.
Rancangan asimetris ini dinilai belum pernah dilakukan siapa pun sebelumnya pada desain kebaya.
Tidak hanya itu, rancangan tersebut makin bernilai tinggi karena Anne selalu memberikan sentuhan tangan secara menyeluruh pada hasil karyanya, sehingga rancangan tersebut menjadi eksklusif karena tidak diproduksi secara massal.
Kebaya rancangan Anne Avantie pun turut menarik perhatian publik, karena potongan kebaya miliknya yang dianggap tidak monoton dan membosankan.
Yayasan Putri Indonesia pun menjadi pelanggan setia Anne Avantie yang kerap kali menggunakan jasanya untuk merancang kebaya bagi para finalis Putri Indonesia dari tahun ke tahun.
Kebaya rancangan Anne Avantie pun sukses merambah mancanegara ketika dikenakan oleh Putri Indonesia dalam perhelatan kontes ratu kecantikan sejagad, Miss Universe.
Ketika ada kunjungan Miss Universe ke Indonesia, mereka juga tak segan untuk mengenakan kebaya cantik rancangan Anne Avantie.
Tahun 2010, Anne berhasil mendirikan dua butik di Mal Kelapa Gading dan Roemah Penganten, Grand Indonesia.
Tidak hanya itu, ia juga memiliki toko yang diberi nama Pendopo yang menjual produk seni dalam negeri hasil karya pengrajin UKM (Usaha Kecil Menengah).
Meski telah berekspansi ke ibu kota, ia tidak meninggalkan rumah kerjanya yang bertempat di Semarang.
Baginya tempat tersebut telah menjadi saksi hidupnya dalam jatuh bangun meniti karier sebagai perancang kebaya.
Untuk mengikuti kemajuan zaman, Anne Avantie juga mendirikan situs resmi Anneavantiemall.com yang merupakan e-commerce untuk menjual hasil kerajinan UKM. (2)
Baca: Desi Anwar
Baca: Rosianna Silalahi
Kepribadian Anne Avantie
Anne Avantie senang berbagi kasih dengan orang-orang tidak mampu atau anak-anak berpenyakit khusus yang membutuhkan bantuan.
Kecintaannya tersebut diwujudkan dengan membangun Yayasan Amal Wisma Kasih Bunda di Semarang yang saat ini dikelola bersama keluarganya.
Yayasan ini juga sering bekerja sama dengan Rumah Sakit atau instansi pemerintah yang menangani permasalahan sosial di Semarang.
Dalam membesarkan anak-anaknya, Anne Avantie memiliki cara yang unik.
Kedua anaknya tidak memegang ijazah SMA yang bagi sebagian besar orang tua, tentu merupakan suatu kegagalan apabila melihat anaknya tidak dapat menyelesaikan pendidikan hingga ke jenjang yang lebih tinggi.
Namun, untuk Anne dan suaminya, pendidikan dapat diperoleh dimana saja.
Hal yang terpenting adalah anak-anaknya dapat hidup sesuai dengan minat mereka, sehingga ia ingin mengarahkan dan memberi kepercayaan pada anak-anaknya untuk menekuni minat yang nantinya bisa menjadi salah satu jalan menuju sukses.
Terbukti, anak pertamanya, Intan Avantie, saat ini tengah membangun karier sebagai perancang busana kebaya sama seperti dirinya.
Intan sejak kecil telah membaur bersama bisnis sang bunda, ternyata memiliki minat yang sama dengan ibunya.
Ketika duduk di bangku SMA, ia tidak menamatkan pendidikan SMA karena mendapatkan beasiswa untuk belajar fashion designer di ESMOD Jakarta selama setahun yang menjadi bekalnya untuk menjadi seorang desainer seperti sang ibu.
Putra keduanya, Ernest Susilo, juga memilih untuk meninggalkan bangku SMA dan memilih untuk terjun langsung menekuni bidang kuliner demi bisa membangun restoran miliknya sendiri.
Berkat kepercayaan yang diberikan sang ibu, ia kini berhasil menjadi seorang juru masak dan memiliki sebuah restoran yang diberi nama Avantie Can Cook.
Ernest juga juga kerap diundang untuk menjadi pembicara atau pengajar masak di berbagai instansi dan perusahaan besar.
Bagi Anne, sejak kecil ia membiarkan anaknya untuk melihat dan berbaur dengan aktivitas bsinisnya.
Anne tidak merasa anak-anaknya mengganggunya ketika banyak bertanya seputar pekerjaan yang ditekuninya.
Justru ia ingin menjadi teladan bagi anak-anaknya, sehingga mereka bisa mencontoh nantinya ketika telah beranjak dewasa. (3)