Mooryati Soedibyo
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Mooryati Soedibyo yang bernama lengkap dengan gelar Hj. DR. BRA. Mooryati Soedibyo, S.S., M. Hum adalah pendiri merek kosmetik terkenal di Indonesia, Mustika Ratu.
Mooryati lahir di Surakarta pada 5 Januari 1928, ia adalah seorang keturunan ningrat dari keraton Kasunanan Surakarta.
Ayahnya bernama KRMTA Poornomo Hadiningrat dan ibunya bernama GRA. Kussalbiyah.
Kakek Mooryati Soedibyo merupakan Raja Kasunanan Surakarta, yaitu Paku Buwono X.
Sejak kecil, Mooryati tinggal dalam lingkungan Keraton Surakarta yang kental dengan tradisinya.
Sebagai cucu Paku Buwono X, sejak kecil ia telah mendapatkan pelajaran mengenai tata karma, seni, bahasa, dan sastra Jawa.
Selain itu, Mooryati juga diberi pelajaran mengenai tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat dan diajarkan meramu jamu serta kosmetik yang berasal dari bahan alami.
Pengetahuan ini kemudian menjadi bekal baginya dalam membangun perusahaan kosmetik Mustika Ratu. (1)
Baca: Nurhayati Subakat
Baca: Sandhy Sondoro
Kehidupan Awal
Mooryati Soedibyo kecil lahir dan tinggal di lingkungan Keraton Surakarta yang kental dengan tradisi.
Cucu dari Paku Buwono X ini telah mendapatkan pelajaran mengenai tata krama, pelajaran seni, bahasa, dan sastra Jawa sejak kecil.
Selain itu, Mooryati juga diberi pengetahuan soal tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat dan juga diajarkan meramu jamu serta kosmetik yang berasal dari bahan-bahan alami.
Di usia remaja, Mooryati telah pandai menari, ia juga pandai meracik jamu tradisional resep keraton dan terkadang membagikan resep tersebut kepada teman-temannya.
Tahun 1965, Mooryati menikah dengan Soedibyo Purbo Hadiningrat dan kemudian mengikuti suaminya bertugas di Sumatera Utara.
Statusnya sebagai ibu rumah tangga, membuatnya mencari kesibukan lain saat berada di rumah.
Mooryati lalu menekuni hobinya meracik jamu dan kosmetik dari bahan tradisional yang kemudian dibagi-bagikan ke teman-temannya.
Tidak disangka, jamu racikannya digemari dan Mooryati mulai banyak mendapat pesanan.
Mooryati Soedibyo akhirnya memiliki ide berbisnis jamu dan kosmetik dari bahan alami.
Dengan modal 25 ribu rupiah, Mooryati memulai bisnis pembuatan jamu dan kosmetik kecil-kecilan di garasi rumahnya. (2)
Baca: 17 AGUSTUS - Serial Pahlawan Nasional : Pakubuwono VI
Baca: Taman Balekambang Surakarta
Memulai Mustika Ratu
Sejak menjadi ibu rumah tangga dan melakukan hobinya meracik jamu dan kosmetik, Mooryati mulai menemukan keinginan untuk membuka usaha.
Alasan ia ingin memulai usaha adalah pertama, untuk mewujudkan impiannya berbisnis produksi jamu dan kosmetika tradisional.
Kedua, ia ingin mendukung perekonomian keluarga sebagai persiapan jelang masa pensiun sang suami.
Mooryati menapaki jalan yang tidak mudah saat akan memulai usahanya.
Di awal ia telah mendapat cobaan, yaitu cibiran dari orang-orang terdekatnya.
Mereka memendang berdagang adalah pekerjaan yang tabu, rendah dan nista bagi Mooryati yang notabenennya adalah seorang keturunan Keraton, namun hal itu tidak membuat Mooryati pantang.
Dimulai dari garasi rumahnya, bisnis mulai dirintis oleh Mooryati Soedibyo.
Usaha tersebut awalnya dibuka kecil-kecilan, Mooryati Soedibyo dibantu oleh dua orang temannya, trial and error mewarnai usaha Mooryati.
Untuk bahan baku produknya, Mooryati mencari sendiri sehingga garasi rumahnya dipenuhi bahan baku pembuatan jamu dan kosmetik yang baunya tidak sedap.
Awalnya jamu serta kosmetik buatan Mooryati ditawarkan secara door to door dan perlahan tapi pasti, bisnis jamu dan kosmetiknya mulai berkembang.
Akhirnya di tahun 1975 Mooryati Soedibyo mendirikan perusahaan yang diberi nama PT Mustika Ratu.
Perusahaan memproduksi jamu dan kosmetik dari bahan tradisional dan alami.
Nama ‘Mustika Ratu’ sendiri diambil dari filosofi Jawa, yaitu trahing kusumo rembesing madu, trahing sinatrio mustikaning ratu.
Ungkapan ini memiliki terjemahan bebas, yaitu keturunan ksatria yang tersaring ketat, yang berperilaku penuh prihatin dan kesadaran, terlahirlah peninggalan berharga raja.
Filosofi ini dibawa oleh Mooryati ke dalam setiap aspek di perusahaannya, yaitu memberikan buah pikiran dan hasil kerja yang terbaik yang berasal dari peninggalan tradisi leluhur yang berasal dari Keraton Surakarta Hadiningrat.
Awalnya Mustika Ratu hanya memproduksi lima macam jamu saja yaitu Perawatan Remaja Putri, Perawatan Wanita, Kesepuhan, Sepetan Sari, Sedet Saliro serta beberapa macam kosmetik tradisional.
Berkat usaha keras Mooryati Soedibyo, Mustika Ratu pada tahun 1978 mulai mendistribusikan produknya ke salon-salon kecantikan yang menjadi agennya dan ke wilayah Jakarta, Semarang, Surabaya, Bandung dan Medan secara komersial.
Hingga kini, bisnisnya telah membantu menciptakan lapangan pekerjaan dengan merekrut sekitar 3000 tenaga kerja yang secara langsung memperbaiki taraf hidup 3000 keluarga Indonesia.
Tidak hanya itu, bisnis ini juga turut menjadi kebanggaan Indonesia sebagai salah satu produk bermutu yang berbahan tumbuhan alami Indonesia serta dihasilkan dari sumber daya Indonesia, yang disukai di mancanegara.
Oleh karena usianya yang sudah mulai senja, Mooryati akhirnya mewariskan kerajaan bisnis kosmetiknya kepada anaknya, yaitu Putri Kuswinu Wardani.
Berkat usahanya, Mooryati Soedibyo masuk ke dalam daftar 99 wanita paling berpengaruh di Indonesia tahun 2007 versi majalah Globe Asia. (3)
Baca: Loji Gandrung
Baca: Keraton Surakarta Hadiningrat
Pendidikan dan Karier Politik
Mooryati Soedibyo merupakan alumni Universitas Saraswati, Universitas Terbuka, dan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Gelar Doktornya diperoleh di Universitas Indonesia pada jurusan Ekonomi.
Mooryati Soedibyo merupakan peraih gelar doktor tertua di Indonesia yang masuk dalam rekor MURI Indonesia.
Nama Mooryati Soedibyo mulai dikenal berkat keberhasilannya mendirikan perusahan jamu dan kosmetik, PT Mustika Ratu.
Selain terkenal sebagai pengusaha wanita sukses, Mooryati Soedibyo juga dikenal sebagai pendiri Yayasan Puteri Indonesia yang hingga kini rutin mengadakan kontes Puteri Indonesia.
Mooryati Soedibyo juga pernah terjun ke dunia politik dengan menjabat sebagai Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat dari tahun 2004 hingga 2009. (2)