Corona di Indonesia: Penimbun Masker Bekas di Bandung Digerebek, Waspada Produk Kesehatan Daur Ulang

Penulis: Maghita Primastya Handayani
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Masker diduga bekas pakai yang dibeli oleh warga di sebuah apotek di Yogyakarta seharga Rp. 330 ribu. Isu masker bekas pakai yang dijual kembali beredar luas. Berdasarkan laporan masyarakat, oknum penimbun ribuan masker bekas di Bandung digerebek.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Senin (2/3/2020) Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan terdapat dua WNI yang tinggal di Depok, Jawa Barat positif Covid-19.

Sejak saat itu, masyarakat yang panik mulai memborong masker untuk mencegah penularan virus corona atau SARS-CoV-2.

Karena permintaan terus bertambah dan barang yang semakin langka, harga masker terus melonjak.

Tak hanya itu, kini juga ditemukan oknum yang mendaur ulang masker bekas dan dijual bebas di pasaran.

Terbukti, dilansir oleh Kompas.com, sebuah rumah di wilayah Astana Anyar, Kota Bandung, Jawa Barat, digerebek Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Bandung.

Penggerebekan dikarenakan rumah tersebut diduga menjadi tempat penimbunan masker bekas pakai yang kemudian didaur ulang.

Dalam penggerebekan tersebut polisi mengamankan ribuan masker dalam dua karung besar.

Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Bandung AKBP, Galih Indragiri menjelaskan penggerebekan dilakukan berdasarkan laporan dari masyarakat.

Awalnya laporan tersebut hanya berdasarkan dugaan penimbunan masker.

Polisi kemudian melakukan penyelidikan dan mengecek kebenaran laporan tersebut.

"Kita lidik sesuai dengan perintah pimpinan. Jadi informasi dari masyarakat kita tindak lanjuti," kata Galih.

Dari hasil penggerebekan itu, polisi mendapat barang -barang berupa masker bekas yang diduga didaur ulang kembali.

"Ini barang recycle atau barang bekas yang diperbarui. Kita lihat di situ yang secara kasat mata itu, dari lemnya itu baru, lem yang belum kering," kata Galih.

Hingga saat ini, penyeiidikan secara mendalam atas temuan tersebut masih dilakukan, terutama mengusut penepul di wilayah Bandung.

"Nantinya untuk para pengepul atau home industry yang ada di wilayah kota Polrestabes Bandung," kata Galih.

Meski demikian, polisi belum bisa memastikan siapa yang diduga melakukan daur ulang masker bekas pakai tersebut.

"Ini kita sedang kembangkan, hasilnya seperti apa nanti kita sampaikan," ucap Galih.

Kelangkaan dan mahalnya masker di Indonesia pasca ditemukan kasus Covid-19

Penyidik Ditreskrimsus Polda Sulsel saat merilis penyitaan ribuan masker dari perusahaan alat kesehatan usai menjualnya dengan harga tinggi di Mapolda Sulsel, Kamis (5/3/2020) (KOMPAS.COM/HIMAWAN)


Baca: Fakta Oknum PNS Timbun Ribuan Masker, Jadi Penampung, Dinonaktifkan, Semua Fasilitas Dicabut

Baca: Maraknya Oknum Penimbun Masker, Mahfud MD Beri Julukan Penjahat Ekonomi

Setelah Jokowi mengumumkan dua orang ibu dan putrinya di Depok terjangkit Covid-19, masyarakat menjadi panik dan memborong masker.

Karena langka dan permintaan yang terus meningkat, harga masker terus melonjak.

Bahkan untuk 1 boks berisi 50 lembar masker tipe standar dijual di pasaran hingga Rp 325 ribu.

Padahal sebelum adanya Covid-19, masker dengan tipe yang sama bisa dibeli di kisaran harga mulai Rp. 30 ribu hingga Rp. 50 ribu.

Tak hanya mengalami kenaikan harga, masker menjadi barang yang langka diduga merupakan ulah oknum penimbun masker.

Untungnya, beberapa oknum penimbunan sudah ditangani oleh pihak kepolisian.

Diantaranya oknum penimbun masker dan hand sanitizer di Semarang, serta penyitaan 600 ribu masker di Tangerang oleh Polda Metro Jaya beberapa waktu lalu.

Kasus masker daur ulang

Isu adanya oknum penjual masker bekas muncul pertama kali dalam unggahan yang kemudian menjadi viral dari akun Twitter @Anelies_Syarief.

Sang pemilik akun bernama Anelies Praramadhani tersebut mengunggah foto-foto masker yang dibelinya dengan kondisi diduga bekas pakai.

Sejak diunggah pada (3/3/2020) lalu, unggahan Anelies telah mendapatkan reaksi warganet hingga 1,1 ribu komentar dan dibagikan oleh akun lain sebanyak 23,6 ribu.

Dari unggahan tersebut, sang pemilik akun mengaku telah membeli 1 boks masker dengan harga Rp. 330 ribu.

Namun tak sesuai ekspekasi, masker yang diteimanya dalam keadaan kotor diduga bekas pakai.

Berdasarkan utas yang juga ditulis oleh Anelies, masker tersebut dibelinya langsung dari sebuah apotek di Yogyakarta, bukan secara online.

Meski demikian, sang pengunggah tak menyalahkan pihak apotek, dan memberikan imbauan pada masyarakat untuk lebih teliti ketika membeli masker.

Pemprov DKI Jakarta telah menerima aduan adanya oknum penjual masker bekas

Atas fenomena tersebut, dilansir oleh TribunJakarta, Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) DKI Jakarta, Widyastuti mengatakan pihaknya telah mengetahui praktek kecurangan serupa sejak awal Februari 2020.

"Kami menerima aduan tentang masker itu bukan hanya sekarng, awal Februari 2020 itu sudah mulai bergerak," ucap Widyastuti, Kamis (5/3/2020).

Guna menanggulangi hal tersebut, Widyastuti mengatakan, pihaknya langsung bergerak cepat turun ke lapangan.

Dinkes DKI juga menggandeng pihak kepolisian dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk mengatasi praktek kecurangan ini.

"Langsung kami rapatkan, siapa saja yang ikut? Ada Polda Metro Jaya, Komisi Pengawasan Persaingan Usaha dan Kemenkes," ujarnya saat dikonfirmasi.

"Langkah-langkah selanjutnya kita tahu Polda sudah bentuk tim Satgas Masker," tambahnya menjelaskan.

Untuk diketahui, tim Satgas Masker bentukan Polda Metro Jaya ini sendiri bertugas untuk mencari oknum tak bertanggung jawab yang menjual masker bekas.

Selain itu, tim ini juga dibentuk untuk membongkar praktek penimbunan yang menyebabkan kelangkaan masker.

Baca: Penimbun Masker di Berbagai Daerah Dibekuk, Satu Pelaku Ada yang Berstatus PNS Rumah Sakit

Baca: Ternyata Ini Alasan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini Timbun Masker Sejak Awal 2020

Baca: Pemprov DKI Jakarta Restok 1,450 Boks Masker, Dijual 6,500 Per Lembar: Harga Perolehan Memang Naik

(TRIBUNNEWSWIKI/Magi, TRIBUNJAKARTA/Dionisius Arya Bima Suci, KOMPAS/Agie Permadi)



Penulis: Maghita Primastya Handayani
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
BERITA TERKAIT

Berita Populer