Data hingga Jumat (28/2/2020), menunjukkan, virus corona telah tembus 54 negara di dunia.
Terkait hal tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengimbau kepada setiap negara untuk bertindak agresif dalam upaya mencegah penyebaran virus corona sebelum terlambat.
Menurut Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, saat ini bukanlah saat yang tepat untuk ketakutan.
"Ini adalah waktu untuk mengambil tindakan untuk mencegah infeksi dan menyelamatkan hidup sekarang," ujar Tedros.
Dilansir oleh Reuters, Tedros menyatakan, negara-negara kaya yang berpikir bahwa mereka aman dari virus corona, seharusnya memperkirakan adanya kejutan.
"Tidak ada negara yang boleh beranggapan tidak akan mendapatkan kasus virus corona, itu akan menjadi kesalahan fatal," kata Tedros, di Jenewa, Kamis (27/2/2020), seperti dikutip Kompas.com dari Reuters.
Baca: Pakai Masker Bukan Solusi, Begini Cara Terbaik untuk Cegah Penularan Virus Corona
Baca: Mahalnya Harga Masker di Indonesia Disorot Media Asing: 1 Box Masker N95 Melebihi 1 Gram Emas
Tedros mencontohkan kasus virus corona di Italia yang menunjukkan sebanyak 17 orang meninggal dunia.
Hal itu menjadikannya sebagai wabah terburuk di Eropa.
Merespons perkembangan virus corona di negaranya, Pemerintah Italia menyetok kebutuhan medis, memerintahkan penutupan sekolah, dan membatalkan event-event besar, termasuk olahraga.
Tedros juga mengungkapkan, virus corona memiliki potensi menjadi pandemik.
Dikutip dari Kompas.com, Iran dan Italia menjadi pusat infeksi utama, dengan orang-orang yang bepergian dari sana menyebarkan virus lebih jauh.
Beberapa pejabat Iran telah terinfeksi, yang terakhir merupakan Wakil Presiden untuk Urusan Wanita dan Keluarga Masoumeh Ebtekar.
"Itulah yang terjadi di seluruh dunia yang sekarang menjadi perhatian terbesar kami," kata Tedros seperti dikutip dari BBC, Jumat (28/2/2020).
Sejauh ini, sebanyak 83.265 kasus terkonfirmasi positif terinfeksi virus coronoa.
Virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China ini telah menewaskan 2.858 orang.
Dikabarkan, pasar saham di seluruh dunia telah terjun bebas di tengah kekhawatiran adanya peningkatan pembatasan perjalanan yang akan mencegah aktivitas bisnis.
Baca: Update Terbaru Virus Corona hingga 28 Februari: 2.811 Orang Meninggal, 32.765 Pasien Sembuh
Baca: Sudah Dinyatakan Sembuh, Seorang Wanita Jepang Kembali Dinyatakan Terinfeksi Virus Corona
Hingga Jumat (28/2/2020), sebanyak 54 negara telah mengonfirmasi kasus corona yang terjadi di negaranya.
Meski begitu, WHO belum menyebut virus ini sebagai pandemik.
Para ahli pun tetap khawatir terhadap penyebaran wabah dan jumlah orang yang akan terinfesksi.
Pihak-pihak yang berwenang juga tetap mempersiapkan kemungkinan Covid-19 sebagai pandemik selanjutnya yang harus dihadapi dunia.
Sampai saat ini, status wabah virus corona masih dikategoikan sebagai epidemik.
Epidemik biasanya ditujukan untuk kasus penyakit yang mengalami peningkatan tiba-tiba dan di atas jumlah kasus yang diperkirakan pada populasi di suatu wilayah.
Ini terjadi ketika suatu penyakit menyebar secara cepat ke banyak orang.
WHO juga telah memperingatkan negara-negara di dunia untuk "mempersiapkan diri akan adanya potensial pandemik virus corona", istilah yang digunakan untuk menggambarkan epidemik yang menyebar ke berbagai benua.
Baca: Nenek 60 Tahun Gagal Umrah setelah 7 Tahun Menabung Gegara Arab Saudi Tangguhkan Umrah
Baca: Italia Tak Gubris Saran dari WHO, Kini Tercatat Ada Belasan Kematian Akibat Virus Corona
Wabah virus corona yang terus meluas juga turut berpengaruh pada saham glonal.
“Saat ini, virus corona terlihat seperti pandemic. Pasar dapat bertahan meskipun risikonya besar selama kami dapat melihat ujung dari semua ini. Namun, saat ini, tidak ada yang dapat menjamin berapa lama seberapa parah nantinya,” kata Kepala Strategi Investasi di Mistubishi UFJ Morgan Stanley Securities, Norihiro Fujito.
Sementara, beberapa pihak juga memperingatkan bahwa dampak virus corona juga dapat melampaui dampak perang dagang AS-China.
Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, berjanji untuk melindungi kondisi ekonomi negara yang juga terpengaruh dari wabah ini.
"Namun, saya menyadari pandangan bahwa jika virus menyebar, akan berdampak besar pada perekonomian. Jika perkembangan berubah, kami akan memastikan untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah virus menjadi risiko kerugian besar bagi ekonomi Jepang," kata Abe.