Dikutip dari Wordometers.info, hingga Jumat (28/2/2020), sebanyak 57 negara telah mengonfirmasi kasus virus corona di negaranya.
Kasus kematian akibat virus corona kini telah menembus angka 2.800 orang di seluruh dunia, sedangkan jumlah infeksi mencapai 83.000 kasus.
Iran menjadi negara pertama di luar Daratan China yang mencatat jumlah kematian terbanyak, yakni sebanyak 34 hingga Jumat (28/2/2020).
Kemudian ada Italia dengan total korban meninggal akibat Covid-19 adalah sebanyak 17 orang.
Berbeda dengan negara-negara tersebut, China yang merupakan negara pusat penyebaran virus tersebut justru berhasil menurunkan angka korban meninggal.
Dilansir oleh Kompas.com, pada Jumat (28/2/2020), jumlah korban meninggal dilaporkan turun ke angka 44 orang.
Terendah dalam sebulan terakhir.
Baca: Tak Hanya di Indonesia, Kerokan Juga Jadi Metode Pengobatan Alternatif Segala Penyakit di China
Baca: Corona Mewabah, Nasib Gelaran Piala Eropa 2020 Dipertanyakan
Aljazeera mengungkap kabar 44 orang yang meninggal akibat virus corona Covid-19 itu menurut data dari Komisi Kesehatan Nasional China.
Jumlah kematian 44 orang ini "mengalahkan" angka terendah sebelumnya, yakni 52 jiwa.
Pada Rabu (26/2/2020) AFP melaporkan 52 nyawa yang melayang itu merupakan angka terendah di China dalam tiga pekan terakhir.
Berdasarkan keterangan dari Komisi Nasional Keshatan China, 52 kematian tersebut semuanya terjadi di Provinsi Hubei, yang menyumbang 401 dari 406 infeksi baru waktu itu.
AFP juga menyebut dalam beberapa hari terakhir tingkat kematian akibat virus corona di China terus menurun, bahkan sejumlah provinsi melaporkan nol kematian.
Hal ini menjadikan pemerintah China dinilai telah berhasil dalam mengatasi penyebaran virus corona.
Sebelumnya, di markas besar Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO di Jenewa, Bruce Aylward, yang mengepalai misi pakar internasional ke China, memuji tindakan karantina dan penahanan penyebaran yang drastis di ‘Negeri Tirai Bambu’ itu.
Tetapi, dia memperingatkan bahwa negara-negara lain mungkin tidak siap untuk mengatasi wabah tersebut.
"Anda harus siap untuk mengelola ini pada skala yang lebih besar dan itu harus dilakukan dengan cepat," kata Aylward.
Dia memperingatkan bahwa setiap negara di dunia harus belajar dari pengalaman sukses China dalam menangani virus dan mengobati pasien yang terinfeksi virus corona.
“Mereka telah melakukan ini dengan cepat dan mereka tahu apa yang mereka lakukan. Mereka sangat, sangat pandai dalam hal itu,” kata dia.
Menurutnya, epidemik virus corona di China telah memuncak dan jumlahnya sedang menurun, berkat keterlibatan pemerintah China dalam menangani virus corona di setiap level.
Data yang mereka lihat menunjukkan bahwa itu telah menyelamatkan banyak orang dari penyakit dan kemungkinan kematian.
"Ratusan ribu orang di China tidak mendapatkan COVID-19 karena respons agresif ini," katanya.
Baca: Liga Spanyol Nekat Undang Klub dari Sarang Virus Corona untuk Tonton El Clasico
Baca: Temuan Terbaru Ilmuwan China tentang Asal Virus Corona, Ternyata Berasal dari Luar Wuhan
Penurunan kasus virus corona di pusat wabah, China ini berkebalikan dengan yang terjadi di negara-negara lain dimana jumlah kasus terus bertambah pesat.
Terkait hal tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengimbau kepada setiap negara untuk bertindak agresif dalam upaya mencegah penyebaran virus corona sebelum terlambat.
Menurut Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, saat ini bukanlah saat yang tepat untuk ketakutan.
"Ini adalah waktu untuk mengambil tindakan untuk mencegah infeksi dan menyelamatkan hidup sekarang," ujar Tedros.
Dilansir oleh Reuters, Tedros menyatakan, negara-negara kaya yang berpikir bahwa mereka aman dari virus corona, seharusnya memperkirakan adanya kejutan.
"Tidak ada negara yang boleh beranggapan tidak akan mendapatkan kasus virus corona, itu akan menjadi kesalahan fatal," kata Tedros, di Jenewa, Kamis (27/2/2020), seperti dikutip Kompas.com dari Reuters.
Tedros mencontohkan kasus virus corona di Italia dimana sebanyak 17 orang meninggal dunia.
Hal itu menjadikannya sebagai wabah terburuk di Eropa.
Merespons perkembangan virus corona di negaranya, Pemerintah Italia menyetok kebutuhan medis, memerintahkan penutupan sekolah, dan membatalkan event-event besar, termasuk olahraga.
Baca: Gara-Gara Virus Corona Melonjak, Iran Batalkan Salat Jumat
Baca: Mengenal Huang Xiqiu, Arsitek RS Khusus Corona di Wuhan yang Lahir dan Sekolah di Jember
Tedros juga mengungkapkan, virus corona memiliki potensi menjadi pandemik.
Iran dan Italia menjadi pusat infeksi utama, dengan orang-orang yang bepergian dari sana menyebarkan virus lebih jauh.
Beberapa pejabat Iran telah terinfeksi, yang terakhir merupakan Wakil Presiden untuk Urusan Wanita dan Keluarga Masoumeh Ebtekar.
"Itulah yang terjadi di seluruh dunia yang sekarang menjadi perhatian terbesar kami," kata Tedros seperti dikutip dari BBC, Jumat (28/2/2020).
Sejauh ini, sebanyak 83.265 kasus terkonfirmasi positif terinfeksi virus corona.
Virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China ini telah menewaskan 2.858 orang.
Dikabarkan, pasar saham di seluruh dunia telah terjun bebas di tengah kekhawatiran adanya peningkatan pembatasan perjalanan yang akan mencegah aktivitas bisnis.