Informasi awal
TRIBUNNEWSWIKI.COM – Flavius Valerius Constantinus atau Konstantine Agung, lahir 27 Februari 272 M, menjadi Kaisar Roma pertama yang memeluk Kristen.
Selain itu, Konstantin Agung juga medeklarasikan toleransi keagamaan pada Kristen dan mempopulerkan gereja di Imperium Roma.
Memenangkan perang sipil melawan Maxentius dan Licinius, Konstantin Agung menjadi kaisar tunggal yang berkuasa di barat dan timur pada 324 M.
Pada masa pemerintahannya, Roma memiliki sebuah istana kerajaan baru di Kota Byzantium yang kemudian diubah namanya menjadi Constantinople.[1]
Baca: Hari Ini Dalam Sejarah, 27 Februari 1844: Republik Dominika Deklarasikan Kemerdekaan dari Haiti
Baca: Hari Ini dalam Sejarah: 26 Februari 1815 - Napoleon Bonaparte Lari dari Pembuangannya di Pulau Elba
Karier awal
Flavius Valerius Constantinus lahir pada 27 Februari 272 M di Naissus, Moessius (sekarang Nis, Serbia).
Ayahnya, Flavius Constantius, adalah seorang perwiara di tentara Roma, sementara ibunya, Helena, berasal dari rakyat biasa.
Pada 293 M, ayah Konstantin menjadi wakil kaisar Maximian (Roma Barat) .
Sementara Konstantin kemudian dikirim ke istana Diocletian, Kaisar Roma Timur.
Di sini, Konstantin mendapat pendidikan sastra Latin dan Yunani serta menyaksikan persekusi terhadap orang-orang Kristen.
Setelah Maximian turun tahta pada 305, ayah Konstantin diangkat menjadi Kaisar Constantius I.
Konstantin bergabung dengan ayahnya dalam kampanye militer dan bertempur di sampingnya di Inggris.
Setahun kemudian, ayahnya meninggal dan Konstantin diangkat menjadi kaisar oleh pasukannya.
Untuk membuat pengangkatannya resmi, dia mulai bertempur untuk meraih kuasa.
Selama periode perang sipil, Constantine mempertahankan posisinya dan melawan faksi Roma lain, termasuk Maxentius, anak Maximian.
Dia memenangkan sebuah pertempuran menentukan di Jembatan Milvian, melawan Maxentius dan pasukannya.
Sebelumnya, dalam catatan hidupnya, Konstantin mengaku mendapat wahyu dan meminta simbol Kristen dilukis di perisai pasukan.
Setelah menggunakan emblem ini, Konstantin berhasil memenangkan pertempuran dan memasuki Roma.[2]
Baca: Hari Ini dalam Sejarah: Pesawat Turkish Airlines Flight 1951 Jatuh saat Mendarat, Tewaskan 9 Orang
Baca: Hari Ini dalam Sejarah: 9 Orang Tewas Tersedot Keluar dari Pesawat Setelah Pintu Boeing 747 Lepas
Menjadi Kaisar Roma
Setelah resmi menjadi Kaisar Roma Barat, Konstantin bertemu Licinus di Mediolanum untuk mengkonfirmasi sejumlah rancangan politik dan dinasti.
Hasil dari pertemuan dikenal dengan nama Maklumat Milano, yang memperluas toleransi pada Kristen dan mengembalikan properti yang dijarah selama persekusi.
Konstantine menyatakan bahwa gereja yang terpisah (skisme) akan membuat marah Tuhan Kristen dan memberikan hukuman ilahi pada Imperium Roma dan Konstantine sendiri.
Beberapa suratnya menunjukkan bahwa Konstantine benar-bernar teguh memeluk Kristen, tidak seperti yang diragukan beberapa orang.[3]
Ketika ada pertanyaan mengenai sifat keilahiahan Kristus, Konstantin menyelesaikannya dengan mengumpulkan para pejabat gereja pada Konsili Nicaea 325 M.
Pada 324 M, Konstantinmengalahkan Licinus, Kaisar Roma Timur, dan menjadi kaisar Roma bersatu.
Selama berkuasa, Konstantine mengeluarkan berbagai reformasi untuk menguatkan rezimnya.
Salah satunya adalah reorganisasi tentara yang membantu Konstantine menghadapi suku-suku seperti Visigoth dan Sarmatia.
Selain itu, Konstantin juga mengenalkan koin emas baru yang menjadi standar mata uang Byzantium dan Eropa lebih dari seribu tahun.
Pada masa pemerintahannya, Roma memiliki sebuah residensi kerajaan di Kota Bizantium, yang kemudian diubah namanya menjadi Konstantinople.[4]
Kematian
Konstantine mempertahankan perannya sebagai komandan militer, memerangi Alemani pada 328 M dengan bantuan putranya bernama Constantius II.
Empat tahun kemudian, dia mengalahkan suku Goth dan mengambil kembali wilayah yang didikui para Dacia.
Keinginan terakhir Konstantin adalah menaklukkan Persia, tetapi tidak terwujud.
Pada 337 M, Konstantine jatuh sakit dan meninggal pada 22 Mei di Nicomedia.
Dia dikuburkan di Gereja Rasul Suci di Konstantinople dan kepemimpinan Roma diteruskan ketiga putranya, Constantine II, Constantius II, dan Constans.[5]