Atas keberaniannya, Mbah Diro mendapat tali asih dari Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun.
"Mereka sudah mempertaruhnya nyawa untuk menyelamatkan anak-anak. Bahkan mereka juga bisa hanyut saat menyelamatkan, tetapi dengan berani mereka tetap membantu. Jangan dilihat dari nilainya, tetapi ini tanda kasih dan ucapan terimakasih saya sebagai ibu anak-anak Sleman," kata Sri Muslimatun, dikutip TribunJogja.com.
Kronologi Kejadian
Baca: Ditanya Alasan Gelar Susur Sungai Sempor, Tersangka Pembina Pramuka: Supaya Bisa Memahami Sungai
Baca: Mengaku Lalai, Tersangka Tragedi Susur Sungai Sempor Berharap Keluarga Korban Mau Memaafkan
Ketika kejadian, warga Dukuh, Donokerto, Turi, itu tengah membersihkan makam.
Letak makam kebetulan tak begitu jauh dari Sungai Sempor.
Sebenarnya, ia sudah mau memperingatkan siswa untuk naik saja karena cuaca yang sedang tidka mendukung.
Namun, ia sudah mendengar teriakan terlebih dulu dari kejauhan.
"Saya baru membersihkan makam. Saya sudah mau memperingatkan supaya naik saja karena cuaca tidak mendukung. Lalu sudah dengar anak-anak minta tolong. Anak saya langsung menghampiri,katanya anak-anak kintir (hanyut terbawa arus),"ungkapnya, Senin (24/02/2020).
Tanpa pikir panjang, ia pun langsung bergegas menuju sungai.
Ia pun ikut masuk ke sungai membantu Kodir (37) yang lebih dulu di lokasi kejadian.
Dengan tubuhnya yang renta, Mbah Diro berusaha membantu sebisanya.
Ia merangkul anak-anak yang hanyut ke tepi sungai.
Bahkan ia menggendong anak-anak yang mulai tak berdaya dan ketakutan.
"Arusnya memang cukup deras. Mungkin daerah atas sudah hujan deras, dan tiba-tiba air langsung tinggi. Itu yang membuat anak-anak terbawa arus. Ya cuma membantu sebisa saya saja. Ada yang cuma dipegangi saja, ada yang digendong,"terangnya.
Usaha penyelamatan yang dilakukan Sudiro bukan tanpa risiko.
Tubuhnya yang tak kuat menahan beban itupun sempat hanyut terbawa arus.
Beruntung ia bisa berpijak pada batu dan berpegangan pada tangga panjang yang dibawanya.
"Saya sempat ikut hanyut, anak masih di punggung saya. Saya bisa pegangan, tetapi karena batu licin, jadi terpeleset, kaki kena luka," bebernya sambil menunjukkan luka di telapak kakinya.
Hampir 30 anak diselamatkan olehnya dan Kodir juga dengan warga yang lain.
Tak ada rasa takut yang menghantuinya. Ia hanya berpikir bagaimana cara menyelamatkan anak-anak yang hanyut.
"Saya sedih sekali melihat anak-anak terluka. Ada yang kena bebatuan, dahinya lecet-lecet dan berdarah,"tutupnya.
Kodir Juga Dapat Tali Asih
Baca: Gelisah Anaknya Tak Kunjung Ditemukan, Suraji Terjun Langsung ke Sungai Sempor: Dek Maafin Bapak Ya
Baca: Korban Tragedi SMPN 1 Turi Ungkap Jawaban Pembina Saat Diperingatkan Warga : Mati di Tangan Tuhan
Diberitakan TribunJogja.com, Kodir pun mendapat tali asih sebagai apresiasi dan ucapan terimakasih.
Ia adalah warga Kembangarum Wetan Kali, Donotirto.
Saat itu, pria yang akrab disapa Kodir ini hendak memancing dikagetkan dengan teriakan siswi-siswi SMPN 1 Turi yang hanyut terbawa arus Sungai Sempor.
Dirinya melihat puluhan anak berseragam pramuka yang menjerit ketakutan.
Beberapa anak ada yang berpegangan batu, kayu atau apapun agar tubuhnya tidak terbawa arus.
Tak berpikir panjang lagi, Kodir langsung melempar alat pancingnya dan melompat ke dalam sungai.
"Sore itu, saat akan memancing bersama adik saya sekitar pukul 14.30 WIB, saya mendengar teriakan bocah-bocah dari arah sungai. Saya spontan membuang joran, lalu berlari ke sumber suara. Dari tebing saya melihat puluhan anak berada di dasar sungai.
Sebagian berada di pinggir sambil memegang tebing, sebagian lagi berada di tengah sungai sambil memegangi batu. Kondisi air masih sangat deras," keterangan Kodir saat wawancara dengan wartawan TribunJogja.com.
Pria berusia 37 tahun ini berhasil meraih satu per satu anak dan membawanya ke pinggir sungai.
"Setelah nyebur di air, saya segera mengevakuasi anak-anak yang memegangi batu di tengah sungai.
Saya bawa mereka satu per satu ke pinggiran yang bisa dinaiki.
Ada yang saya bawa ke kiri sungai, ada yang ke kanan sungai. Saya bawa mereka naik."
Kodir mengungkapkan pada waktu itu adiknya turut mengevakuasi.
Ia fokus untuk menyelamatkan siswa yang ada di tengah, sementara adiknya mengevakuasi yang ada di pinggir siswa.