Penantian Panjang Anwar Ibrahim Jadi Perdana Menteri Malaysia, Rela Menunggu 22 Tahun

Penulis: Dinar Fitra Maghiszha
Editor: Archieva Prisyta
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anwar Ibrahim

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Janji Mahathir Mohamad dan Koalisi Pakatan Harapan yang akan memberikan kepemimpinan kepada Anwar Ibrahim disebut palsu belaka.

Bukan sebuah rahasia lagi bahwa Mahathir tidak pernah benar-benar mau menginginkan pimpinan Parti Keadilan Rakyat (PKR) tersebut menjadi pemimpin negeri Jiran.

Mahathir disebut-sebut lebih jatuh hati pada wakil Anwar, Azmin Ali.

Azmin yang merupakan mantan wakil sekutu politik dan orang kepercayaan Anwar saat ini berada di atas angin.

Selama setahun terakhir hubungannya dengan Anwar memburuk karena dia disebut berambisi menyalip Anwar sebagai PM.

Baca: Kronologi Mahathir Mohamad Resmi Mengundurkan Diri Sebagai Perdana Menteri Malaysia

Mahathir Mohamad bersama Koalisi Pakatan Harapan pernah memberikan janji akan memberikan kepemimpinannya kepada Anwar Ibrahim (EPA)

Dua Kubu dalam Satu Partai

Akibat perpecahan ini, PKR terpecah menjadi dua faksi, yaitu kubu Anwar dan kubu Azmin.

Keduanya mempunyai loyalis masing-masing di mana loyalis Azmin menyebut keluar dari PKR dan membentuk koalisi baru bersama partai lain.

Dukungan Partai Bersatu

Parti Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu) lembaga politik tempat Mahathir Mohamad bernaung dilaporkan ikut keluar dari koalisi Pakatan Harapan menyusul kondisi politik yang berubah dramatis pada Senin (24/2/2020).

Dilansir CNA, keputusan ini diambil menyusul keluarnya 11 anggota Partai Keadilan Rakyat (PKR), termasuk Deputi Presiden Partai, Azmin Ali yang menyatakan pergi dari koalisi untuk membentuk blok independen di parlemen.

Azmin Ali adalah wakil Anwar Ibrahim, pimpinan Parti Keadilan Rakyat yang hubungan keduanya dikabarkan sedang memburuk sejak Azmin digadang-gadang akan menggantikan Mahathir.

Sementara itu, Anwar Ibrahim sendiri merupakan sosok lama yang sempat diberi janji oleh Mahathir beserta koalisi Pakatan Harapan akan memimpin Malaysia setelah Mei 2020.

Namun, hal itu sirna ketika nama Azmin Ali dan sejumlah anggota Parti Keadilan Rakyat keluar dan membentuk koalisi baru bersama dengan partai lainnya.

Baca: Jenderal Iran Qasem Soleimani Dibunuh AS, PM Malaysia Mahathir Mohammad: Negara Muslim Harus Bersatu

(FILES) Dalam file ini foto yang diambil pada 10 Mei 2018, mantan perdana menteri Malaysia dan kandidat oposisi Mahathir Mohamad (C) merayakan dengan para pemimpin koalisinya selama konferensi pers setelah pemilihan umum ke-14 di Kuala Lumpur. Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad, di 94 pemimpin tertua di dunia, mengajukan pengunduran dirinya kepada raja pada 24 Februari 2020, kantornya mengatakan, setelah upaya oleh mitra politiknya untuk menjatuhkan pemerintah.  (Manan VATSYAYANA / AFP)

Koalisi Baru

Presiden Bersatu, Muhyiddin Yassin menerangkan keputusan keluar dari koalisi dibuat oleh dewan tertinggi partai, pada Minggu (23/2).

"Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan perkembangan politik saat ini dan masa depan negara (Malaysia)," katanya.

Muhyiddin menambahkan bahwa semua anggota parlemen dari Partai Bersatu telah menandatangani deklarasi sumpah untuk terus mendukung Dr Mahathir sebagai perdana menteri Malaysia.

Adapun koalisi baru partai di luar Pakatan Harapan terdiri dari: Parti Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu), Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), Parti Islam Se-Malaysia (PAS), Gabungan Parti Sarawak (GPS), serta Parti Warisan Sabah (Warisan).

Pengunduran Diri Mahathir

Keinginan anggota parlemen Partai Bersatu untuk mempertahankan Dr Mahathir menguat setelah PM Malaysia ini mengajukan surat pengunduran dirinya sebagai kepala pemerintahan.

Dr Mahathir juga menyatakan mundur dari pimpinan Partai Bersatu.

Surat pengunduran dirinya diserahkan kepada Raja Malaysia, Sultan Abdullah.

Sudah menjadi hal umum kabar kemunduran Dr Mahathir setelah sebelumnya pria 94 tahun ini pernah menyebut akan menyerahkan kekuasaannya segera.

Namun, pada pekan lalu, Mahathir menyebut akan melanjutkan kekuasaannya sampai penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) di Malaysia.

Tentu publik Malaysia dan Dunia bertanya-tanya ihwal dinamika politik di Malaysia yang membuat Mahathir mengirim surat pengundurannya lebih cepat.

Baca: Sebut Suku Melayu Tetap Miskin karena Tak Mau Bekerja Keras, Mahathir Dikritik Oposisi

Anwar Ibrahim dan Mahathir Mohamad. (The Star)

Pertemuan Parpol

Sebelumnya, sejumlah partai politik di Malaysia mengadakan pertemuan khusus yang berpuncak audiensi dengan Raja Malaysia dalam acara makan malam di sebuah hotel di Petaling Jaya,  pada Minggu (23/2).

Respons Anwar Ibrahim

Anwar Ibrahim, pimpinan Partai Keadilan Rakyat (PKR) menyebut dirinya dikhianati oleh sejumlah anggota parlemen koalisi Pakatan Harapan.

“Saya jujur sangat kaget dengan dinamika politik yang sedang terjadi.

Ini adalah pengkhianatan karena jelas sudah ada janji Mahathir akan menyerahkan kekuasaan ke saya,” tutur Anwar di kediamannya, Minggu malam (23/2/2020) dikutip dari Malaysia Kini.

Ucapan bahwa telah dikhianati ini merujuk pada janji Mahathir Mohamad yang akan menyerahkan kursi kepadanya setelah dua tahun menjabat.

Anwar melanjutkan walau kaget, dia sudah mengetahui upaya untuk menjegalnya menjadi orang nomor satu Negeri “Jiran”.

Janji Mahathir ke Anwar Ibrahim

Sebelumnya, Mahathir bersama koalisi Pakatan Harapan pernah menjanjikan akan memberikan pimpinan pemerintahan kepada Anwar Ibrahim usai keduanya bersatu melawan Najib Rajak.

Anwar rela menunggu selama 22 tahun sejak dia dipecat oleh Perdana Menteri Mahathir Mohamad dan dipenjara karena tuduhan korupsi dan sodomi pada tahun 1998.

Anwar juga dikabarkan sempat mendekam dua kali di penjara karena kasus sodomi.

Ia berkali-kali berhasil melakukan comeback politik dengan memimpin gerakan oposisi.

Terakhir dia menerima grasi dari Raja Malaysia setelah kemenangan mengejutkan Pakatan pada pemilu Mei 2018.

Grasi itu diajukan oleh Mahathir yang memutuskan berekonsiliasi dengan Anwar guna mengalahkan mantan Perdana Menteri Najib Rajak.

Koalisi Pakatan Harapan kemudian sepakat Anwar akan menggantikan Mahathir pada Mei 2020, genap dua tahun setelah Mahathir berkuasa.

Anwar Siapkan Koalisi Pemerintahan Pasca-Mahathir

Setelah Mahathir mundur, kekuasaan Malaysia (sesuai kesepakatan) berada di tangan Anwar Ibrahim.

Presiden Parti Keadilan Rakyat (PKR) itu mengiyakan bahwa koalisi pemerintahan baru akan terbentuk paling cepat besok.

“Walaupun sejauh ini belum ada pengumuman malam ini, dari informasi yang saya terima koalisi baru tinggal menunggu waktu,” katanya.

Pemerintahan Tandingan?

Namun demikian, upaya menjegal Anwar Ibrahim untuk menjadi pimpinan Malaysia terus digaungkan oleh Partai Bersatu.

Pembentukan koalisi pemerintahan baru akan terdiri dari pecahan Koalisi Pakatan Harapan dipimpin oleh Partai Bersatu.

--

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Dinar Fitra Maghiszha)



Penulis: Dinar Fitra Maghiszha
Editor: Archieva Prisyta
BERITA TERKAIT

Berita Populer