Sesuai dengan pernyataan WHO yang mengabarkan virus corona dalam situasi darurat global.
Dikutip dari Worldometers.info korban terinfeksi virus ini mencabai angka 75.217 jiwa dan korban meninggal mencapai 2.012 orang.
Korban yang sembuh dari virus ini sudah mencapai 14.745 orang.
Penyebab virus corona belum diketahui secara pasti.
Temuan demi temuan terus muncul dan memicu spekulasi yang beragam.
Baca: Corona, Pedagang Hewan Liar China Siap Jualan Lagi Jika Larangan Dicabut, Masih Simpan Daging Buaya
Baca: Menlu Ungkap 3 WNI yang Jadi Kru Kapal Diamond Princess Positif Corona
Ada yang menyebutkan virus ini berasal dari pasar di Wuhan yang menjual berbagai hewan liar untuk dikonsumsi.
Ada pendapat lain yang menyebutkan jika corona merupakan senjata biologis yang lepas dari laboratorium di Wuhan.
Seperti diwartakan South China Morning Post, sebuah buku berjudul The Eye of Darkness terbitan 1981 pernah membahas soal virus corona.
Buku tersebut membicarakan laboratorium militer China yang menciptakan senjata biologisnya.
Hal mengerikan yang muncul dalam buku ini menyebut ada virus bernama Wuhan-400 yang merujuk pada Covid-19 yang muncul pertama kali di Wuhan.
Tapi buku itu hanyalah buku karya sastra karya Dean Koontz, yang menceritakan seorang ibu, Christina Evans, yang melakukan perjalanan untuk mengetahui apakah putranya Danny masih hidup ataukah dia meninggal selama perjalanan berkemah.
Dia kemudian berhasil melacaknya ke fasilitas militer di mana dia ditahan setelah dia secara tidak sengaja terinfeksi mikroorganisme buatan manusia yang dibuat di pusat penelitian di Wuhan.
Kutipan dalam buku tersebut berbunyi:
"Saya tidak tertarik dengan filosofi atau moralitas perang biologis," kata Tina.
"Saat ini aku hanya ingin tahu bagaimana Danny bisa berada di tempat ini."
"Untuk memahami itu," kata Dombey, "Anda harus kembali dua puluh bulan. Saat itulah seorang ilmuwan Cina bernama Li Chen membelot ke Amerika Serikat, membawa rekaman disket tentang senjata biologis baru paling penting dan berbahaya dari Tiongkok pada dekade terakhir. Mereka menyebut barang-barang itu 'Wuhan-400' karena dikembangkan di laboratorium RDNA mereka di luar kota Wuhan, dan itu adalah strain mikroorganisme buatan empat ratus yang dibuat di pusat penelitian. ”
Pusat penelitian yang dimaksud dalam buku tersebut seperti menunjukan Institute Virologi Wuhan yang merupakan satu-satunya laboratorium biosafety level empat di China.
Laboratorium ini memiliki tingkat tertinggi dalam memperlajari virus mematikan, terletak 32 km dari tempat virus corona pertama kali muncul.
Anda mungkin pernah mendengat bahwa virus corona adalah senjata biologis buatan manusia, namun itu dibantah oleh China.
Selanjutnya, kutipan dalam buku itu menuliskan, bahwa virus ini adalah senjata sempurna, karena bisa bertahan di luar selama lebih dari 1 menit.
“Wuhan-400 adalah senjata yang sempurna. Itu hanya menimpa manusia. Tidak ada makhluk hidup lain yang bisa membawanya.
Dan seperti sifilis, Wuhan-400 tidak dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia yang hidup selama lebih dari satu menit, yang berarti tidak dapat mencemari objek secara permanen atau seluruh tempat seperti halnya antraks dan mikroorganisme ganas lainnya. ”
“Dan ketika orang yang terpapar mati, Wuhan-400 dalam dirinya lenyap sesaat kemudian, begitu suhu mayat turun di bawah delapan puluh enam derajat Fahrenheit. Apakah Anda melihat keuntungan dari semua ini? "
Serupa dengan tulisan Dean Koontz, seorang penulis buku bernama Sylvia Browne juga menulis soal wabah pada tahun 2008 dalam bukunya berjudul End of Days: Predictions anda Prophecies tentang End of World yang ditulis bersama Lindsay Harrison.
Dalam tulisannya dia memprediksi ada penyakit berhubungan dengan pernapasan yang mendatangkan malapetaka bagi seluruh dunia.
Kutipan dalam buku tersebut berbunyi:
"Pada sekitar tahun 2020, penyakit seperti pneumonia yang parah akan menyebar ke seluruh dunia," tulis Sylvia Browne dalam bukunya.
"Menyerang paru-paru dan saluran bronkial dan menolak semua pengobatan yang diketahui," tambahnya.
"Hampir lebih membingungkan daripada penyakit itu sendiri adalah kenyataan bahwa penyakit itu akan tiba-tiba lenyap begitu tiba," terangnya.
"Menyerang lagi sepuluh tahun kemudian, dan menghilang sepenuhnya," tulisnya.
Menurut lapora Sylvia Browne memiliki kemampuan psikis, namun dirinya telah meninggal tahun 2013 lalu.
Baca: Jumlah Korban Meninggal Akibat Virus Corona Tembus Angka 2009, Pasien Sembuh Capai 14.449 Kasus
Baca: Berikut Wujud Virus Corona Covid-19 yang Sebabkan Banyak Nyawa Melayang