Namun, ada yang ganjal dengan kedatangan beliau, sehingga banyak warganet yang membicarakannya.
Faida diketahui datang untuk memberikan bantuan berupa kasur dan selimut untuk korban banjir di Ma'had Baitul Ilmi.
Namun, jumlah yang dijanjikan dan diberikan waktu pertama kali datang ditarik kembali.
Diketahui pemerintah Jember menjanjikan pemberian bantuan selimut dan kasur dengan total 18 buah.
Dalam kunjungan yang dilakukan oleh Faida, ia menemui beberapa warga korban banjir dan sempat memberikan bantuan secara simbolis dengan menyerahkan bantuan kepada pemilik pondok pesantren.
Faida juga berdialog dengan Ustaz Mastur dan menanyakan jumlah santri yang ada di pesantren.
"Ditanya berapa penghuni asrama ini, saya bilang 18 santri. Beliau kemudian mengatakan, kalau gitu kasih satu-satu (selimut dan kasur)," kata Mastur, seperti dikutip dari Wiken.Grid.id.
Perintah untuk memberikan bantuan pada santri yang terkena banjir tersebut disaksikan oleh camat, lurah, RW dan RT setempat.
Baca: Demi Menangkal Virus ASF di Bali, Bupati Jembrana Adakan Kampanye Makan Daging Babi Guling Bersama
"Lalu diserahkan bantuan secara simbolis, ada 2 dus sembako, 5 selimut dan 5 kasur, saya hitung ada lima," lanjutnya.
Setelah selesai penyerahan bantuan secara simbolis tersebut, Faida meninggalkan lokasi beserta pejabat pemerintahan yang lain.
Namun, tidak lama, ada salah satu petugas yang datang menyampaikan bantuan yang sudah diberikan akan ditarik kembali untuk sementara.
"Saya tanya kenapa, ini katanya akan diserahkan secara serentak oleh kelurahan, sesuai data yang diajukan sesuai KK," ungkap pemilik pesantren tersebut.
Ma'Had yang diberikan bantuan itu terpaksa harus mengembalikan bantuan tersebut.
Berita tentang penarikan ini kemudian viral di beberapa media sosial, salah satunya di Instagram berkat postingan akun @fakta.indo.
Dalam unggahan @fakta.indo, akun tersebut menuliskan 'Bupati Jember datangi korban banjir. Usai diliput media, bantuan ditarik lagi', pada Minggu (16/2/2020).
Postingan itu viral dan langsung mendapatkan reaksi dari warganet.
Sudah 30.955 like dan 1.444 komentar, menurut pantauan dari TribunnewsWiki, hingga Senin (17/2/2020) pukul 8.00.
Kemudian, setelah berita tentang bantuan simbolis dan penarikan bantuan tersebut, salah satu santri dipanggil oleh perangkat RW.
Selang 3 hari dari kejadian tersbeut, pihak RW memanggil santri untuk mengambil bantuan yang dijanjikan.
Namun, bantuan tersebut tidak berupa 18 paket, namun hanya 2 paket yang terdiri dari kasur dan selimut.
"Karena banjir bukan hanya di asrama kami, tetapi tempat lain juga terkena, maka bantuan diratakan. Makanya kita hanya dapat jatah 2 kasur dan 2 selimut," ujar Mastur.
Baca: 20 Pasangan Tertipu WO High Level di Cianjur yang Beri Diskon 50%, tapi Hanya Dikirim Bunga Kering
Camat Kaliwates, Asrah Joyo Wardono memberikan klarifikasi terkait pemberitaan bantuan yang ditarik tersebut.
Ia mengatakan ada miskomunikasi antara pemerintah dan warga santri di pesantren.
"Yang benar adalah distribusi bantuan kepada korban yang terdata sesuai yang ada di KK, yang sudah terkumpul di BPBD Jember," katanya, seperti dikutip dari website resmi Pemkab Jember.
Mahasiswa yang menjadi santri di Pesantren Ma'had Baitul Ilmi belum terdaftar dengan lampiran KK karena berasal dari luar Jember.
"Karena bantuan yang diberikan oleh BPBD saat itu menggunakan KK," lanjutnya.
Namun, bupati akan tetap memberikan bantuan kepada santri yang ada dipesantren tersebut.
Pihak RT juga mengungkapkan kepada pengasuh pondok bahwa kekurangan yang 16 paket akan dikoordinasikan dengan camat dan BPBD untuk memenuhinya.