Setelah ronde perdana Qatar pada 8 Maret, MotoGP dijadwalkan akan menyambangi Thailand pada 22 Maret.
Sirkuit Chang International atau Buriram yang menjadi venue MotoGP Thailand adalah sirkuit yang istimewa jika dilihat dari statistik penonton.
Sirkuit ini menjadi sirkuit dengan jumlah penonton terbanyak pada MotoGP 2019.
Baca: Sirkuit Internasional Buriram
Baca: Pengamat MotoGP Carlo Pernat Sebut Tim Repsol Honda Bisa Redup Jika Marc Marquez Pergi
Namun, MotoGP Thailand kali ini terancam batal karena wabah virus corona.
Thailand berada relatif dekat dengan China, tempat yang disinyalir sebagai asal virus ini, sehingga Dorna alias pihak penyelenggara belum membuat kepastian mengenai ronde tersebut.
Sementara, untuk MotoGP Qatar yang menjadi seri perdana MotoGP 2020, tetap diadakan 8 Maret mendatang.
"Kami akan berangkat ke Qatar dengan aman dan sesuai jadwal," ungkap Carmelo Ezpeleta selaku CEO Dorna Sport selaku promotor MotoGP, dikutip dari GPOne.com.
"Sebab mereka (pihak penyelenggara) menjamin jika itu tidak akan berbahaya," katanya.
Karen letak Qatar lumayan jauh dari China maka dapat dikatakan aman, sehingga kemungkinan penyebaran virus corona menjadi lebih sedikit.
"Tetapi untuk Thailand yang lebih dekat dengan wabah," ungkap Ezpeleta.
"Kami bertanya ke Pemerintah (Thailand) tentang informasi dan kami menunggu jawabannya," katanya.
Menurut Ezpeleta, keputusan untuk menggelar MotoGP Thailand tergantung jawaban yang diberikan oleh Pemerintah Thailand.
"Keamanan selalu menjadi hal penting untuk kami," kata Ezpeleta.
"Jika kami tidak bisa melakukannya di bulan Maret, maka kami akan mencari jadwal lainnya," Ezpeleta menjelaskan.
Namun, menurutnya, Dorna akan tetap menunggu kepastian kabar dari Pemerintah Thailand untuk gelaran MotoGP Thailand.
"Kami menunggu kabar dalam beberapa hari kedepan, sebelum menuju Qatar," katanya.
Baca: Johann Zarco Menjadi Satu-satunya Pembalap MotoGP yang Gunakan 5 Motor Berbeda dalam 5 Musim
Baca: Petronas Yamaha akan Rekrut Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo untuk MotoGP 2021?
Wabah penyakit pneumonia yang dikenal dengan 'Virus Wuhan' sedang menjadi perbincangan di berbagai media lantaran berjangkit di China.
Virus Wuhan yang disebabkan karena virus korona ini telah menyebar hingga Jepang dan Thailand dan sedang diwaspadai di seluruh dunia.
Menjelang Tahun Baru Imlek, tercatat lebih dari 200 kasus muncul berkaitan dengan virus korona dan tiga orang dilaporkan meninggal dunia akibat terjangkitnya virus tersebut.
Kemunculan virus korona bermula di sebuah pasar ikan di China.
Awalnya, virus ini disebut memiliki kemiripan dengan Pneunomia atau infeksi paru-paru.
Pada akhir bulan lalu, para dokter di China telah menemukan virus jenis baru pneumonia yang ditandai dengan gejala seperti; demam, batuk, sulit bernafas pada orang yang bekerja dan atau sedang mengunjungi pasar ikan di pinggiran Kota Wuhan, China.
Virus korona diperkirakan telah menyebar di beberapa daerah dan negara tetangga China
Satu contoh kasus penyebaran virus korona terjadi di wilayah Asia Tenggara, yaitu di Thailand.
Pada pekan lalu di Thailand terdapat dua kasus pneumonia baru.
Dilaporkan ABC News , Senin (20/1/2020), penyakit tersebut berasal dari virus yang dibawa oleh pengunjung Tiongkok.
Adapun penyakit yang sama muncul di Jepang pada Kamis (16/1) setelah salah seorang pria Jepang pulang dari kunjungannya ke Wuhan, China.
Sebenarnya apakah virus korona atau yang disebut 2019-nCoV itu? Berikut Tribunnewswiki.com sajikan informasi dari beberapa sumber.
Baca: 2 Orang Meninggal, WHO Identifikasi Wabah Virus Wuhan Bisa Ditularkan Manusia dan Menyebar di Asia
Apa itu Virus Korona?
Kendati wabah di China sedang diteliti oleh pihak kesehatan dan ilmuwan, virus korona bukanlah hal baru.
Virus Korona adalah bagian dari kelompok besar virus yang menyebabkan penyakit seperti pilek dan infeksi saluran pencernaan.
Virus ini juga dapat menyebabkan penyakit lainnya seperti Severa Acute Respitory Syndrome (SARS) atau sindrom pernafasan akut dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS) atau sindrom pernafasan timur tengah.
Dilansir oleh ABC News, Virus ini dinamai korona dari kata crown, yang berarti mahkota.
Virus ini memakai permukaan protein untuk menembus sel inang manusia, dengan kata lain, virus ini akan semakin menyebar cepat melalui air liur saat orang terinfeksi batuk atau bersin, dilaporkan BBC.
Baca: Membernya Terkena Infeksi Virus Konjungtivitis, TXT Tunda Rilis Album Hingga Akhir Oktober
Otoritas kesehatan masih bekerja keras untuk mencari tahu bagaimana virus tersebut bisa menyebar.
Pada kasus pertama, pihak kesehatan mendeteksi penyebaran berawal dari pasar ikan di Wuhan, China.
Namun demikian, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut bahwa pasar ikan tidak ada kaitannya dengan virus tersebut.
Di sinilah timbul asumsi bahwa penularan terjadi secara terbatas antara manusia satu dengan manusia lainnya.
Seseorang yang terjangkit virus korona biasanya ditandai dengan demam.
Terkadang juga adanya gangguan pernafasan, kata Irani Thevarajan, seorang dokter ahli penyakit menular di Universitas Melbourne.
"Batuk, napas pendek, tersengal-sengal, sakit tenggorakan, dan pilek. Agak mirip dengan flu biasa namun lebih parah," kata Dr Theravajan.
Theravajan menyebut bahwa dalam kasus di mana orang meninggal karena virus tersebut dimungkinkan juga memiliki kondisi medis lain yang juga berperan.
Sehingga virus ini bukan menjadi satu-satunya alasan seseorang meninggal, dilansir ABC News.
Bagi yang penasaran dengan gejala yang ditimbulkan serta bagaimana cara mengatasinya, Tribunnewswiki.com menghimbau kepada pembaca untuk berkonsultasi dengan pihak kesehatan.