Mahalnya Harga Masker di Indonesia Disorot Media Asing: 1 Box Masker N95 Melebihi 1 Gram Emas

Penulis: Amy Happy Setyawan
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi virus corona tak hanya menyerang secara fisik, namun juga secara psikis. Untuk itu pemerintah China juga memberikan layanan psikologis bagi warganya.

TRIBUNNEWSWIKI.COM – Harga masker di Indonesia melonjak tajam, hingga bisa menyentuh angka 10 kali lipat di tengah kekhawatiran masyarakat akan penyebaran virus corona.

Bahkan, tingginya harga masker di Indonesia menjadi sorotan bebrapa media asing.

Dilansir oleh Kompas.com pada Sabtu (15/2/2020), salah satu media yang menyoroti harga masker di Indonesia adalah Reuters yang menyoroti kenaikan harga masker hingga 10 kali lipat dari harga asli.

Selain itu, media Pemerintah Singapura, Straits Times, dalam judul berita "Coronavirus: Price of a box of N95 masks cost more than a gram of gold in Indonesia" melaporkan bahwa harga satu kotak masker N95 sebanyak 20 lembar mencapai Rp 1,5 juta.

Harga tersebut melebihi nilai satu gram emas yang saat ini berkisar Rp 800 ribu.

Media tersebut juga melaporkan kenaikan harga lebih tinggi untuk masker biasa.

Baca: Waspada Virus Corona, Harga Masker di Indonesia Lebih Mahal dari Emas, Diduga Ditimbun Distributor

Baca: Seorang Perempuan Ditangkap di Supermarket karena Menolak Memakai Masker Pelindung Virus Corona

Satu kotak berisi 50 lembar mencapai Rp 275 ribu dengan harga normal kisaran Rp 30 ribu.

Tingginya permintaan masker dan keterbatasan stok membuat harganya melambung tinggi berkali-kali lipat.

Khususnya masker N95 yang disebut lebih ampuh memproteksi diri dari virus. 

Di Indonesia, persediaan masker di Pasar Pramuka, Matraman, Jakarta Timur, langka sehingga harganya juga sangat tinggi.

Diduga ada penimbunan masker

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengkritik pemerintah yang tidak turun tangan terhadap kenaikan harga masker di Indonesia.

Dilansir oleh Kompas.com, YLKI menduga ada penimbunan masker oleh pihak distributor untuk meraup untung lebih besar.

"Penimbunan tersebut akan mengacaukan distribusi masker di pasaran dan dampaknya harga masker jadi melambung tinggi," kata Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi dalam keterangannya, Jumat (14/2/2020).

Tulus mengungkapkan pihaknya telah banyak menerima aduan konsumen terkait lonjakan harga masker serta kelangkaannya di pasaran.

"Ini kan distributor (bisa saja) sengaja menimbun atau memainkan sehingga seolah-olah di pasaran tidak ada barang, tidak ada stok sehingga harga naik, konsumen panik, dan kemudian dijadikan objek eksploitasi untuk menaikkan harga," ujar Tulus.

Terkait hal tersebut, Tulus meminta pihak kepolisian dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengusut tuntas penyebab harga masker yang melonjak tajam di pasaran karena diduga ada pihak yang melakukan penimbunan.

Baca: Korea Utara Siap Tembak Mati Pasien Terjangkit Virus Corona Agar Tidak Menular ke Masyarakat

Baca: Jadi Tempat Asal Virus Corona, Ini Penampakan Pasar Seafood Huanan di Wuhan

China berlakukan denda bagi penjual masker dengan harga tinggi

Berbeda dengan pemerintah Indonesia yang belum turun tangan untuk atasi kenaikan harga masker, pemerintah China telah menerapkan aturan ketat untuk mengatur harga masker di pasaran.

Dikutip dari Kompas.com, pemerintah China akan memberikan denda hingga Rp 5,8 miliar kepada penimbun dan penjual masker dengan harga tinggi di tengah wabah virus corona.

Beijing mengirim lebih dari 390.000 orang untuk meningkatkan pengawasan terhadap harga alat perlindungan dan menimbun aktivitas penimbunan.

Salah satu kasus yang pernah terjadi ada di Distrik Fengtai, Provinsi Beijing, di mana sebuah toko obat didenda sebanyak 3 juta yuan, atau setara dengan Rp 5,8 miliar.

Toko tersebut didenda karena telah menaikkan harga masker wajah sampai 850 yuan atau setara Rp 1,6 juta per kotak.

Harga tersebut naik enam kali lipat dari harga aslinya.

Pihak administrasi juga telah menginspeksi produksi dan penjualan masker yang tidak berkualitas, serta yang palsu dan kedaluwarsa sebagai upaya perlindungan untuk publik.

Baca: Mengenal Huang Xiqiu, Arsitek RS Khusus Corona di Wuhan yang Lahir dan Sekolah di Jember

Baca: Virus Corona Telah Merambah Hingga ke Mesir, 1 Warga Asing Diisolasi

Di Kota Foshan, Provinsi Guangdong, otoritas lokal telah menutup pabrik pembuatan masker medis tanpa lisensi resmi dan menahan barang bukti sejumlah 175.000 masker palsu.

Organisasi Keshatan Dunia (WHO) juga telah mengirimkan sarung tangan, masker, alat bantu pernapasan, serta peralatan lainnya yang lebih dikenal dengan istilah Personal Protective Equipment (PPE) ke beberapa wilayah.

WHO menyatakan, tindakan non-pekerja medis yang membeli dan menimbun peralatan perlindungan hanya akan memperburuk kekurangan.

Virus corona telah menyebar pesat sejak Desember 2019 dari pusat penyebarannya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China.

Saat ini, tercatat sudah lebih dari 1.700 staf medis yang terinfeksi, enam di antaranya dilaporkan tewas dan 5.090 kasus baru ditemukan.

(Tribunnewswiki.com/Ami Heppy, Kompa.com)



Penulis: Amy Happy Setyawan
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
BERITA TERKAIT

Berita Populer